Wali Kota Surabaya Bakal Gelar Griya secara Virtual
Saat silaturahmi Lebaran di masa pandemi Covid-19 dengan orangtua, kerabat, juga tokoh agama, tradisi bersalaman sambil cium tangan bisa diganti dengan sikap saling menundukkan kepala sebagai cara saling melindungi.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi bakal menggelar gelar griya atau open house serta halalbihalal secara virtual. Semua warga diundang ikut serta agar silaturahmi tetap terjaga meski tengah pandemi.
Gelar griya virtual akan diselenggarakan seusai shalat Id di rumah dinas wali kota Jalan Sedap Malam, Surabaya, Kamis (13/5/2021) sekitar pukul 10.00. Tujuannya, kata Ery, menyediakan sarana silaturahmi di masa pandemi.
Menurut Eri, penting mematuhi peraturan pemerintah ketika pandemi, salah satunya tetap berada di rumah. Silaturahmi virtual ini menjadi wujud dukungan pemerintah menekan penularan Covid-19. Semua dilakukan untuk menjaga dan melindungi orang-orang tercinta.
”Seluruh warga yang saya cintai, mari taati aturan. Tanpa mengurangi rasa hormat, semua tetap bisa bersilaturahmi dan melepas rindu secara virtual,” ungkapnya.
Ery mengatakan, semua warga bisa mengikuti silaturahmi virtual ini. Caranya, kata dia, mendaftarkan diri lewat tautan bit.ly/SilaturahmiCakEri. Selain itu, warga bisa ikut serta lewat live streaming dari akun Instagram @Surabaya dan @sapawarga serta saluran Youtube Bangga Surabaya dan Sapawarga Kota Surabaya.
”Ojo lali yo, Rek. Sesuk tak enteni (Jangan lupa ya, kawan. Besok saya tunggu) untuk berbincang meski secara dalam jaringan,” katanya
Menundukkan kepala
Sementara Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia Jatim Prof Akhmad Muzakki menyarankan beberapa penyesuaian ketika bersilaturahmi saat pandemi masih terjadi. Dia mencontohkan, mengubah perilaku cium tangan atau bersalaman dengan menundukkan kepala.
Tradisi bersalaman bisa diganti dengan menundukkan kepala untuk menjaga keselamatan jiwa bersama.
”Kami mengingatkan masyarakat agar, ketika bertemu orang tua, termasuk tokoh agama, sebisa mungkin tidak bersentuhan dan bersalaman. Tradisi bersalaman bisa diganti dengan menundukkan kepala untuk menjaga keselamatan jiwa bersama,” kata Ketua Dewan Pendidikan Jatim itu.
Muzzaki berharap jangan sampai tradisi bersalaman justru membahayakan diri sendiri dan orang lain pada masa ini. Pemahaman semua pihak terkait rasa sayang kepada kyai, tokoh, ataupun orangtua jangan sampai mengalahkan kebutuhan dan kewajiban menjaga keselamatan umat. ”Adaptasi baru harus diterapkan ketat,” katanya.
Ia mengajak masyarakat bersama-sama menyandingkan keyakinan dengan ilmu pengetahuan. Alasannya, ilmu pengetahuan menjadi bagian dari ilmu agama yang harus dipercaya.
”Silakan silaturahmi ke rumah sanak saudara di kala Lebaran. Hanya, tetap harus memperhatikan protokol kesehatan,” ujarnya.