Ketika Mensos Bermotor untuk Kaum Disabilitas Perkasa
Dengan mengemudikan motor, Menteri Sosial Tri Rismaharini mengelilingi BRSPDF Budi Perkasa, Palembang, Selasa (11/5/2021). Tempat ini akan dijadikan ”pabrik” pembuatan alat bantu bagi kaum difabel.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
Dengan menggunakan sepeda motor, Menteri Sosial Tri Rismaharini mengelilingi kawasan Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Fisik (BRSPDF) Budi Perkasa, Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (11/5/2021). Dia memantau fasilitas yang ada di tempat tersebut, termasuk memberikan arahan untuk sedikit merenovasi beberapa bagian.
Walau berkendara di atas keramik, Risma terlihat sangat lincah mengendarai sepeda motor otomatis tersebut. Sambil berlari kecil, jajarannya mengikuti dari belakang. Sesekali Risma berhenti meminta denah kawasan balai rehabilitasi seluas 4,74 hektar tersebut.
Tak butuh waktu lama untuk mengkaji, beberapa saran dan masukan pun langsung dicurahkan kepada jajarannya, termasuk untuk memperbaiki fasilitas yang ada di sana. Masukan ini diberikan setelah ia mengetahui, jika hujan mengguyur selama 1 jam saja, kawasan yang dihuni sekitar 50 penyandang disabilitas itu pasti kebanjiran.
Sistem penyekatan, memperbaiki saluran, dan membuat kolam serapan ditawarkan sebagai tindak lanjut untuk antisipasi banjir. ”Bangun kolam serapan di sini, ya, jangan sampai mengganggu (tanah) milik penduduk,” ucap mantan Wali Kota Surabaya tersebut.
Dia pun menggambar sketsa untuk memvisualisasikan pembangunan kolam serapan agar jajarannya mengerti apa yang ia rencanakan. Arahan dari Risma itu langsung diamini jajarannya.
Sebelum mengendarai sepeda motor, Risma sempat melihat para penyandang disabilitas unjuk kemampuan, seperti menjahit dan membuat kaki palsu.
Dalam, kunjungan tersebut, Risma menyapa dan menanyakan tentang peralatan bengkel pembuatan kaki palsu yang sudah usang. Tak lama setelah itu, dia menelepon jajarannya untuk memperbarui peralatan usang tersebut sehingga dapat dipergunakan.
Kedatangan Risma ke Palembang tidak hanya untuk memperbaiki saluran air untuk banjir, tetapi juga untuk memberikan santunan kepada keluarga dari Bhayangkara Satu (Anumerta) I Komang Wira Natha, anggota Polri yang gugur ditembak kelompok separatis dan teroris (KST) di Kampung Makki, Distrik Ilaga Utara, Kabupaten Puncak, Papua.
Tidak hanya itu, kedatangannya juga untuk memberikan alat bantu bagi penyandang disabilitas berupa kursi roda dan alat bantu berjalan berupa ortosis prosthesis (penyangga alat gerak) bagi penyandang disabilitas fisik kelainan gerakan (cerebralpalsy). Ketika alat bantu tersebut diberikan kepada Natasya Azahra (8), Risma tampak terus memberikan semangat. ”Pasti bisa jalan, Nak,” kata Risma menyemangati.
Kedatangan Risma ke Budi Perkasa, Palembang, juga untuk menjadikan tempat ini sebagai ”pabrik” pembuatan alat bantu bagi penyandang disabilitas. ”Sudah ada tempat untuk membuat beragam alat bantu di Solo, Jawa Tengah. Saya harap di tempat ini bisa diterapkan hal serupa,” ucapnya. Kedua kota ini akan dijadikan percontohan. Nantinya program ini akan diselenggarakan di sejumlah daerah di seluruh Indonesia.
Alat bantu sangat dibutuhkan penyandang disabilitas. Beragam kejadian memilukan yang dialami kaum disabilitas menjadi pelecut Risma menerapkan program tersebut.
Salah satu peristiwa yang ia ingat adalah ketika seorang tunarungu harus menjadi korban kecelakaan lantaran tidak mendengar suara kereta yang akan lewat. Alat bantu dibutuhkan oleh kaum disabilitas. Misalnya, sebuah alat yang dapat mengirimkan sinyal kepada penggunanya jika terdapat situasi yang membahayakan. Dalam pelaksanaannya, ujar Risma, pengelola juga harus melibatkan para disabilitas agar terlibat dalam pembuatan alat-alat tersebut.
Kepala Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Fisik (BRSPDF) Budi Perkasa, Palembang, Iwan Nurcandra Setiawan mengatakan, pihaknya akan segera menindalanjuti rencana tersebut. Sebelum ada program ini, ujar Iwan, BRSPDF Budi Perkasa sudah memiliki workshop shelter yang memang dipersiapkan untuk membina penyandang disabilitas dalam berkreasi. ”Hasil kreasi mereka pun selalu dipamerkan,” ucapnya.
Subkoordinator dan Asesmen Kementerian Sosial Elmiana mengatakan, pembuatan alat bantu bagi penyandang disabilitas harus segera diterapkan karena memang mereka sangat membutuhkannya. ”Tidak hanya penyandang disabilitas, alat bantu ini juga akan mempermudah para pendamping atau keluarga kaum disabilitas itu sendiri,” ucapnya.
Secara umum, ada sekitar 10.000 kaum disabilitas di 14 wilayah cakupan Sumatera, Kalimantan Selatan, dan Jawa Barat, tetapi yang terdaftar dalam sistem Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kementerian Sosial hanya sekitar 2.275 orang. ”Karena hanya mereka yang terdaftar inilah yang bisa menerima bantuan,” ucapnya.
Dengan menggandeng komunitas, keluarga, ujar Elmiana, pihaknya terus mendata mereka yang memang membutuhkan bantuan. ”Kami tidak bisa bekerja sendiri dan membutuhkan peran dari semua pihak, termasuk keluarga para penyandang disabilitas itu,” ujar Elmiana.
Proses pendataan kependudukan bagi kaum disabilitas pernah dilakukan BRSPDF Budi Perkasa dengan menggandeng Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Sumatera Selatan dan Pemkot Palembang, Kamis (11/5). Ada sekitar 162 orang yang melakukan perekaman.
Sebelumnya, Ketua HWDI Sumatera Selatan Hikmah Miliana mengatakan, walau jumlah ini masih jauh dari jumlah penyandang disabilitas di Sumsel yang sekitar 5.000 orang, ini sudah menjadi langkah awal yang baik agar semua penyandang bisa mendapatkan bantuan dan diakui sebagai warga negara.