Ada Larangan Mudik, Kiriman di Kantor Pos Yogyakarta Meningkat 25 Persen
Menjelang Lebaran, jumlah barang yang dikirim melalui Kantor Pos Yogyakarta mengalami kenaikan sekitar 25 persen. Kebijakan pemerintah yang melarang masyarakat untuk mudik dinilai turut mendorong peningkatan itu.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Menjelang hari raya Idul Fitri, jumlah barang yang dikirim melalui Kantor Pos Yogyakarta mengalami kenaikan sekitar 25 persen. Kebijakan pemerintah yang melarang masyarakat untuk mudik dinilai turut mendongkrak jumlah barang yang dikirim.
”Ada kenaikan karena ini memang peak season (musim puncak). Kenaikannya sekitar 25 persen,” ujar Kepala Kantor Pos Yogyakarta Arif Yudha Wahyudi saat dihubungi, Senin (10/5/2021).
Menurut Arif, pada hari-hari biasa, jumlah barang yang dikirim melalui Kantor Pos Yogyakarta sekitar 8.000 barang dalam sehari. Sementara itu, pada masa menjelang Lebaran ini, jumlah barang yang dikirim meningkat menjadi sekitar 10.000 barang dalam sehari.
Arif menjelaskan, pada masa menjelang Lebaran ini, barang yang dikirim melalui Kantor Pos Besar Yogyakarta didominasi oleh produk fashion, kosmetik, serta parsel atau bingkisan Lebaran. Sekitar 50 persen barang yang dikirim itu ditujukan untuk penerima yang beralamat di wilayah DIY dan Jawa Tengah. ”Ada juga yang dikirim ke luar Jawa dan luar negeri,” ujar Arif.
Arif menuturkan, kebijakan pemerintah yang melarang masyarakat mudik pada 6-17 Mei 2021 dinilai turut meningkatkan jumlah barang yang dikirim. Sebab, masyarakat yang tak bisa mudik memilih untuk mengirim parsel atau barang lainnya untuk keluarga.
”Justru meningkat karena orang yang tidak sempat pulang (mudik) lalu kirim bingkisan, hadiah, parsel. Jadi, orang-orang kemungkinan mengirim sesuatu buat pengganti mereka tidak hadir,” kata Arif.
Arif menambahkan, pada masa larangan mudik, pengiriman barang dari Kantor Pos Yogyakarta relatif tidak terganggu. Sebab, sebagian besar pengiriman menggunakan angkutan darat yang tetap dapat beroperasi selama masa larangan mudik. ”Secara umum, angkutan logistik tidak dilarang. Jadi, kita tetap jalankan seperti biasa, bahkan meningkat aktivitasnya,” tuturnya.
Akan tetapi, pengiriman barang yang biasanya menggunakan angkutan udara atau pesawat terbang harus diganti dengan angkutan darat. Hal ini karena banyak pesawat terbang yang tak beroperasi selama masa larangan mudik. Dengan penggantian itu, pengiriman barang memang menjadi lebih lama.
”Misalnya, barang ke Sumatera, kita angkut pakai angkutan darat. Tadinya, kan, pakai pesawat. Jadi, barang yang dulu biasa pakai angkutan udara sekarang jadi lebih lambat,” papar Arif.
Target JNE
Secara terpisah, Kepala Cabang JNE Yogyakarta Adi Subagyo mengatakan, pada masa menjelang Lebaran ini, jumlah barang yang dikirim melalui JNE Yogyakarta ditargetkan meningkat 30-40 persen. Namun, pihaknya belum bisa menyebut berapa angka pasti peningkatan tersebut.
”Untuk peningkatan jumlah kiriman belum dapat diinformasikan karena pengiriman bulan Ramadan dan Lebaran tahun ini masih terus berlangsung. Namun, target peningkatan jumlah kiriman sebesar 30-40 persen menjadi harapan semua karyawan,” kata Adi melalui keterangan tertulis.
Barang yang dikirim masih didominasi oleh produk fashion, barang elektronik, dan makanan.
Adi menambahkan, pada hari-hari menjelang Lebaran, barang yang dikirim masih didominasi produk fashion, barang elektronik, dan makanan. Dia menyebutkan, produk-produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Yogyakarta juga banyak dikirim melalui JNE.
”Banyak UMKM berbasis industri kreatif di Yogyakarta sehingga produk-produk fashion ataupun olahan makanan khas kota ini menjadi salah satu pilihan masyarakat untuk gift (hadiah) maupun klangenan (kegemaran) dari beberapa daerah di Nusantara,” tutur Adi.
Adi memaparkan, untuk mengantisipasi peningkatan jumlah kiriman, JNE Yogyakarta telah melakukan sejumlah langkah antisipasi. Salah satunya dengan mengurus surat muatan udara (SMU) semua maskapai penerbangan untuk semua tujuan pengiriman.
Selain itu, JNE Yogyakarta juga menambah jumlah sumber daya manusia (SDM) dan armada sebesar 10 persen. ”Ada penambahan lebih kurang 10 persen di sektor SDM dan armada, dari jumlah karyawan yang saat ini berjumlah 45.000 orang dan 11.000 unit armada yang terbagi menjadi berbagai kendaraan kecil dan sepeda motor untuk operasional pengantaran yang telah beroperasi,” kata Adi.
Sepi
Di sisi lain, ada juga agen perusahaan jasa pengiriman yang justru mengeluhkan kondisi yang sepi selama masa larangan mudik. Kondisi itu, antara lain, dialami oleh salah satu agen pengiriman Lion Parcel di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, DIY.
Menurut Haryo Sasongko (44), karyawan agen pengiriman Lion Parcel di Kasihan, saat masa larangan mudik pada 6-17 Mei 2021, jumlah barang yang dikirim melalui agen tersebut cenderung mengalami penurunan. ”Tiga hari terakhir agak sepi. Kalau sebelum larangan mudik, malah agak ramai,” katanya saat ditemui, Senin (10/5/2021).
Haryo menuturkan, sebelum masa larangan mudik, jumlah barang yang dikirim melalui tempat itu bisa mencapai 7-11 barang per hari. Namun, setelah ada larangan mudik, barang yang dikirim menurun menjadi dua barang per hari. Bahkan, pada Sabtu (8/5/2021) sama sekali tak ada barang yang dikirim melalui agen tersebut.
Haryo mengatakan, penurunan jumlah barang yang dikirim itu kemungkinan akibat banyak warga yang memilih menunda mengirim barang karena khawatir barangnya tidak sampai tepat waktu ke tujuan. ”Masyarakat, kan, sudah tahu ada pembatasan transportasi, jadi mungkin untuk belanja ditunda dulu sampai setelah Lebaran,” ujarnya.
Apalagi, Haryo mengakui, pada masa menjelang Lebaran ini, estimasi waktu pengiriman barang ke sejumlah kota memang menjadi lebih lama. Dia mencontohkan, estimasi waktu pengiriman ke beberapa kota di Jawa yang dulu hanya 3-4 hari kini menjadi 8-12 hari. Kondisi itulah yang membuat masyarakat berpikir dua kali sebelum mengirim barang.