45.000 Warga Lolos Mudik, Pengawasan dan Tes Covid-19 Perlu Digencarkan
Selama larangan mudik diberlakukan, puluhan ribu orang diprediksi sudah sampai di sejumlah daerah di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Pemudik yang lolos perlu diawasi dan dites Covid-19 guna upaya deteksi dini.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·4 menit baca
BREBES, KOMPAS — Pada empat hari terakhir, pemerintah resmi memberlakukan kebijakan pelarangan mudik. Namun, puluhan ribu pemudik terpantau sudah tiba di sejumlah daerah. Pengawasan dan pengetesan terhadap pemudik yang lolos perlu dilakukan untuk menekan risiko penularan Covid-19.
Selama empat hari terakhir, petugas gabungan yang terdiri dari personel Polri, TNI, satuan polisi pamong praja, dinas perhubungan, dan pihak-pihak terkait telah berupaya membendung pemudik melalui operasi penyekatan. Meski demikian, sedikitnya 45.000 pemudik terpantau sudah masuk ke sejumlah daerah, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Dari jumlah tersebut, 32.000 pemudik masuk di Jateng, 10.000 orang di Jabar, dan sedikitnya 3.000 orang di Jatim.
Menurut Kepala Kepolisian RI Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo, jumlah itu jauh lebih sedikit daripada jumlah orang yang menyatakan akan berkukuh mudik pada tahun ini. ”Apabila mengacu hasil survei Kementerian Perhubungan, ada 18 persen atau sekitar 27 juta masyarakat yang akan mudik. Namun, setelah dilarang, jumlahnya turun menjadi 8 juta-9 juta orang,” kata Listyo dalam kunjungannya, Minggu (9/5/2021), di Pintu Keluar Tol Pejagan, Kabupaten Brebes, Jateng.
Listyo berharap angka itu tidak bertambah hingga masa pelarangan mudik selesai. Untuk itu, pihaknya meminta anggotanya memperketat penyekatan dan menguatkan penerapan protokol kesehatan di lingkungan masyarakat.
Listyo juga meminta agar para pemudik yang lolos diawasi dan dites untuk memastikan mereka bebas Covid-19. Adapun yang terbukti positif Covid-19 diharapkan bisa segera dilacak kontak eratnya dan diisolasi atau dirawat sesuai keluhannya.
Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menuturkan, ada penurunan pergerakan masyarakat 10 persen pada masa pramudik atau sebelum 6 Mei 2021. Adapun setelah pemberlakuan larangan mudik, pergerakan masyarakat diklaim turun hingga 45 persen.
Budi menambahkan, pengendalian operasional angkutan pada sektor laut, darat, dan udara tergolong sangat efektif. Dari sektor angkutan udara, misalnya, operasionalisasinya diklaim turun hingga 93 persen. Adapun operasional angkutan udara dan angkutan laut juga dikatakan turun, masing-masing 90 persen.
”Berdasarkan pantauan, kami perkirakan pergerakan masyarakat hanya sekitar 10 persen. Dengan demikian, kekhawatiran kami terkait lonjakan arus pada H-3 dan H-4 mungkin tidak akan terjadi,” ucap Budi.
Kendati jumlah orang yang mudik dan jumlah pergerakan kendaraan lebih sedikit daripada yang diprediksi, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Puan Maharani tetap mengingatkan petugas untuk tidak lengah. Petugas di lapangan dan masyarakat juga diminta untuk saling menahan diri agar penyekatan pemudik berjalan efektif.
”Petugas di lapangan saya minta untuk tetap melaksanakan tugasnya dengan humanis. Jangan sampai ada kebingungan di masyarakat. Masyarakat juga saya mohon untuk tidak melawan petugas di lapangan,” tutur Puan.
Puan mengatakan, kebijakan pemerintah melarang mudik adalah keputusan terbaik yang mungkin dinilai tidak populer. Keputusan itu, menurut Puan, diambil pemerintah semata-mata untuk melindungi masyarakat dari bahaya penularan Covid-19.
Sejuta pemudik
Secara terpisah, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo memprediksi ada sekitar sejuta pemudik yang akan tiba di wilayahnya kendati sudah ada larangan mudik. Ia memerintahkan bupati dan wali kota menyiapkan langkah-langkah penanganan pemudik yang bisa lolos ke wilayahnya.
”Kalau berdasarkan data tahun lalu ada sekitar sejuta pemudik yang masuk ke Jateng. Saya perkirakan, tahun ini jumlahnya juga sekitar itu,” kata Gubernur Jateng Ganjar Pranowo saat memantau posko penyekatan pemudik di Terminal Tegal, Minggu siang.
Di Kota Tegal, Ganjar juga mengecek salah satu tempat isolasi komunal yang disiapkan pemerintah setempat, yakni Rumah Susun Tegalsari. Dari total kapasitas 64 tempat tidur, sembilan di antaranya ditempati penderita Covid-19. Adapun satu dari sembilan orang yang diisolasi di tempat itu merupakan pemudik.
”Fakta ini seharusnya menjadi pengingat untuk kita bahwa tidak semua yang mudik itu negatif Covid-19. Jangan sampai kita pulang, yang harusnya membawa kebahagiaan, tetapi malah membawa penyakit,” ucapnya.
CG (36), seorang pemudik asal Karawang, Jawa Barat, dinyatakan positif berdasarkan tes antigen. CG dites setelah tiba di kampung halamannya, Kelurahan Sumurpanggang, Kecamatan Margadana, Kamis (6/5/2021) pagi. Sembari menunggu hasil tes usap PCR, CG diminta menjalani isolasi di Rusun Tegalsari. Jika hasil tes usap PCR-nya positif, CG yang nekat mudik untuk berlebaran bersama keluarganya itu terancam tidak bisa mewujudkan keinginannya.