Ribuan Pemudik Lolos Penyekatan di Pantura Barat Jateng
Kendati sudah dihalau petugas, masih ada sebagian pemudik yang nekat mudik hingga sampai di kampung halaman. Sejumlah siasat ditempuh, seperti mudik pada dini hari untuk menghindari pemeriksaan petugas.
Oleh
KRISTI UTAMI
·4 menit baca
SLAWI, KOMPAS — Ribuan pemudik masih bisa pulang kampung ke sejumlah kota di Jawa Tengah. Mereka lolos dari halauan petugas yang memberlakukan pembatasan pergerakan di sejumlah daerah.
Salah satu pemudik yang bisa sampai kampung halaman adalah Syafira (35). Warga Kecamatan Baros, Kota Sukabumi, Jawa Barat, itu sampai di kampung halamannya, Desa Mejasem Barat, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal, Jumat (7/5/2021) atau pada hari kedua pelarangan mudik.
Syafira mengatakan, ia mudik menggunakan mobil yang ia sewa dari seorang teman. Pada Jumat pukul 01.00, Syafira memulai perjalanan dari Kota Sukabumi. Setelah menempuh perjalanan sekitar delapan jam, ia sampai di Tegal.
”Saya sengaja menempuh perjalanan dini hari untuk menghindari petugas. Saya pikir, kalau malam, pengawasannya mungkin tidak seketat saat siang hari,” kata Syafira, Jumat malam.
Kendati menyiapkan siasat untuk menghindari pemeriksaan, sebenarnya Syafira sudah menyiapkan dokumen yang disyaratkan bagi pelaku perjalanan. Dokumen yang ia siapkan meliputi surat izin perjalanan dari pejabat RT di Kecamatan Baros dan surat keterangan hasil tes antigen.
Saya sengaja menempuh perjalanan dini hari untuk menghindari petugas.
”Selama perjalanan deg-degan banget, tapi untungnya tidak ketemu (petugas). Saya menempuh perjalanan lewat jalan tol dan sengaja tidak mampir di rest area (tempat istirahat). Kata teman, pemeriksaan banyak dilakukan di situ (tempat istirahat),” ujarnya.
Tak hanya Syafira, menurut data pemantauan pemudik Kabupaten Tegal, sedikitnya ada 5.969 pemudik dari sejumlah daerah yang tiba di daerah itu dalam sepekan terakhir. Menurut Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Tegal Akhmad Uwes Qoroni, sebagian besar pemudik tiba di Tegal pada 5 dan 6 Mei.
”Dari jumlah pemudik yang tiba di Tegal, 21,34 persen atau 1.274 orang tiba di Kecamatan Dukuhturi. Adapun yang paling sedikit ada di Kecamatan Slawi sebanyak 0,27 persen atau 16 orang,” ucap Uwes.
Selain di Tegal, para pemudik juga tiba di Brebes selama larangan mudik diberlakukan. Fuzah (29), misalnya, tiba di Kecamatan Wanasari pada Kamis (6/5/2021) atau pada hari pertama larangan mudik diberlakukan. Fuzah sudah setahun belakangan merantau ke Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Fauzah menuturkan, ia mudik bersama suaminya dengan mengendarai sepeda motor. Ia memulai perjalanan Rabu (5/5/2021) pagi secara estafet. Pada Rabu siang, mereka tiba di Kabupaten Banyumas dan beristirahat selama semalam di salah satu hotel di daerah tersebut.
”Kamis pagi kami mulai melanjutkan perjalanan ke Brebes. Saat tiba di daerah Margasari, Kabupaten Tegal, sempat ada (pemeriksaan), tapi kami lolos soalnya kendaraan kami berpelat nomor lokal,” ujar Fauzah.
Berbeda dengan Syafira, Fauzah mudik tanpa membawa dokumen yang disyaratkan untuk menempuh perjalanan. Kendati demikian, Fauzah meyakini bahwa ia dan keluarganya sehat.
”Sampai di Brebes, saya dan suami langsung tes antigen. Alhamdulillah, hasilnya negatif,” ujarnya.
Kendati hasil tesnya negatif, Fauzah berkomitmen untuk tetap menjalani isolasi mandiri hingga lima hari ke depan, sesuai dengan anjuran pemerintah. Pada hari kelima isolasi, Fauzah dan suaminya juga berencana kembali menjalani tes antigen. Hal itu dilakukan demi kesehatan dan keselamatan keluarganya.
Tes mandiri
Dalam sepekan terakhir, sedikitnya 333 pemudik tiba di Kota Pekalongan dari sejumlah daerah di dalam dan luar negeri. Dari jumlah tersebut, 34 pemudik tiba di Kecamatan Pekalongan Timur. Semua pemudik yang tiba di Kecamatan Pekalongan Timur itu diminta menjalani tes usap mandiri.
”Kami sudah berkoordinasi dengan lurah-lurah serta ketua RT dan RW untuk betul-betul mengawasi siapa pun yang tiba di wilayah mereka selama larangan mudik diberlakukan. Semua pendatang kami wajibkan untuk tes PCR (tes usap) mandiri dan menjalani isolasi mandiri selama 5-10 hari,” kata Camat Pekalongan Timur Nur Sobah.
Menurut Sobah, proses isolasi mandiri para pendatang akan diawasi oleh kader-kader puskesmas dan anggota satuan tugas Covid-19 setempat. Sobah juga mengimbau masyarakat untuk tidak mudik ke Pekalongan Timur demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Sementara itu, upaya penyekatan pemudik masih terus dilakukan oleh petugas gabungan dari Polri, TNI, dan dinas perhubungan di sejumlah daerah. Dalam operasi penyekatan pemudik, puluhan kendaraan pengangkut penumpang tidak resmi atau ”travel gelap” ditahan. Adapun ratusan kendaraan pribadi yang dicurigai pemudik juga diminta putar balik.