Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan I tahun ini dilaporkan membaik meski masih terkontraksi tipis 0,44 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan I tahun ini dilaporkan membaik meski masih terkontraksi tipis 0,44 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Perekonomian provinsi itu diprediksi terus membaik pada triwulan berikutnya.
Kepala Badan Pusat Statistik Jatim Dadang Hardiwan mengatakan, pertumbuhan ekonomi Jatim triwulan I-2021 tersebut bahkan tumbuh positif 0,11 persen dibandingkan dengan triwulan sebelumnya atau triwulan IV-2020. Produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 587,33 triliun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan mencapai Rp 406,43 triliun.
Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 12,23 persen. Terjadi panen raya padi pada Maret dan April, di mana dari sisi produksi terjadi kenaikan hingga 57,43 persen dibandingkan dengan triwulan pertama tahun sebelumnya.
”Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen luar negeri sebesar 10,72 persen. Sebagian komponen PDRB menurut pengeluaran mengalami kontraksi,” kata Dadang, Rabu (5/5/2021).
Komponen yang mengalami akselerasi tidak lain pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 0,53 persen. Pengeluaran konsumsi pemerintah ini dipengaruhi oleh pembiayaan kegiatan yang wajib dan mendesak, seperti vaksinasi Covid-19. Berdasarkan data hingga akhir Maret lalu, capaian vaksinasi Jatim tertinggi di Indonesia.
Sementara itu, komponen yang mengalami kontraksi terdalam adalah ekspor luar negeri sebesar 9,94 persen. Turunnya ekspor dipicu perdagangan luar negeri komoditas nonmigas, terutama golongan perhiasan/permata.
Adapun penurunan konsumsi rumah tangga dipicu turunnya sektor transportasi seiring masih diberlakukannya pembatasan kegiatan mikro di beberapa daerah. Kunjungan ke tempat belanja dan tempat wisata berkurang. Namun, pada akhir triwulan I, kunjungan ke tempat belanja mulai menggeliat.
Seiring menggeliatnya kunjungan masyarakat ke tempat belanja, Dadang memprediksi, pertumbuhan ekonomi Jatim pada triwulan II-2021 akan membaik. Berdasarkan catatan BPS, laju pertumbuhan ekonomi Jatim sebelum pandemi Covid-19 rata-rata di atas 5 persen per tahun.
Dadang mengatakan, pandemi Covid-19 memang belum sepenuhnya pulih. Meski begitu, pergerakan ekonomi menunjukkan perbaikan. Sejumlah stimulus yang diberikan pemerintah, seperti relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah, berimplikasi signifikan mendorong pemulihan kegiatan ekonomi.
Sementara itu, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jatim Imam Subarkah memprediksi, kebutuhan uang untuk Ramadhan dan Lebaran tahun ini mencapai Rp 28,3 triliun. Adapun kebutuhan uang Lebaran untuk Surabaya Rp 11,8 triliun.
”Nilai kebutuhan uang Lebaran itu masih sama dengan tahun lalu karena masih terdampak pandemi Covid-19. Kebutuhan uang ini turun dibandingkan dengan Lebaran saat sebelum pandemi,” ujar Imam, pertengahan April lalu.
Penurunan kebutuhan uang saat Ramadhan dan Lebaran terjadi karena masih adanya pembatasan aktivitas masyarakat sehingga mereka tidak bisa berlibur atau mudik. Kondisi ini juga membuat peredaran uang di Jatim melambat.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, BI masih menyiapkan layanan penukaran uang baru untuk keperluan Lebaran. Masyarakat diimbau menukarkan uangnya melalui perbankan untuk mencegah kerumunan. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan semua bank sehingga masyarakat tidak perlu khawatir.