Enam Korban Longsor Masih Hilang, Tim Susuri Sungai Batang Toru
Tujuh korban longsor telah ditemukan dan enam lainnya masih hilang di lokasi proyek PLTA Batang Toru, Tapanuli Selatan. Tim SAR kini memperluas pencarian dengan menyusuri Sungai Batang Toru.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
SIPIROK, KOMPAS — Tujuh korban longsor telah ditemukan dan enam lainnya masih hilang di lokasi proyek PLTA Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, hingga Senin (3/5/2021) sore. Tim SAR gabungan kini memperluas pencarian dengan menyusuri Sungai Batang Toru yang berada di bawah lokasi longsor.
”Tim SAR gabungan kini berfokus melakukan pencarian di aliran Sungai Batang Toru karena ada kemungkinan korban terjatuh hingga ke sungai,” kata Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan Ismut Siregar.
Ismut mengatakan, pencarian dilakukan secara visual dengan menyusuri sempadan sungai di sisi kanan dan kiri. Pencarian pada Senin bisa dilakukan dengan maksimal karena tidak turun hujan. Namun, tim belum menemukan korban dari Sungai Batang Toru.
Selain menyusuri sungai, tim juga masih mencari korban di lokasi longsor dengan menggunakan ekskavator. Pencarian juga dibantu anjing K-9 dari Polda Sumut. ”Namun, pencarian dilakukan dengan sangat hati-hati karena tanah di lokasi masih sangat labil dan bisa longsor sewaktu-waktu,” kata Ismut.
Longsor sebelumnya terjadi di jalan proyek yang dibuka untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batang Toru yang saat ini masih dalam tahap konstruksi. Pengembang PLTA itu adalah PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE).
Material longsor menimbun Jalan R17 K4+100 Bridge 6, Desa Marancar Godang, Kecamatan Batang Toru. Material longsor juga menimpa kedai kopi yang berada di bawah jalan itu yang ditempati warga bernama Anius Waruwu dan keluarganya.
Pencarian dilakukan dengan sangat hati-hati karena tanah di lokasi masih sangat labil dan bisa longsor sewaktu-waktu.
Sebanyak tiga pekerja proyek PLTA Batang Toru yang sedang melintas di dalam mobil tertimbun longsor, satu di antaranya merupakan tenaga kerja asing dari China. Sementara sepuluh orang yang merupakan satu keluarga tertimbun di dalam warung kopi itu. Tujuh korban telah ditemukan dengan tiga di antaranya berhasil diidentifikasi, yakni Elmawati Waruwu (31) serta dua anaknya, Jupiter Gulo (10) dan Risda Gulo (2).
Gubernur Sumut Edy Rahmayadi, Minggu (2/5), telah meninjau longsor tersebut. Ia meminta evakuasi korban dilakukan dengan mengerahkan seluruh potensi yang ada dan melibatkan semua pihak terkait. ”Namun, harus tetap memperhatikan keselamatan karena kondisi lokasi masih rawan longsor,” kata Edy dalam siaran pers yang diterima Kompas.
Edy pun meminta evakuasi korban dilakukan secara optimal dengan harapan seluruh korban hilang dapat segera ditemukan.
Kepala Kepolisian Daerah Sumut Inspektur Jenderal RZ Panca Putra Simanjuntak mengatakan, pihaknya mengerahkan 200 personel dalam operasi pencarian itu. Ia meminta pencarian bisa dilakukan secara maksimal dengan tetap memperhatikan keselamatan tim.
”Saya minta seluruh personel yang ikut dalam operasi SAR ini mengerahkan semua kemampuan agar korban bisa segera ditemukan,” kata Panca.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumut Doni Latuparisa pun meminta agar penyebab longsor itu diusut tuntas. Sejak awal pembangunan PLTA Batang Toru, Walhi Sumut menilai proyek pembangkit listrik itu dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan bencana ekologis.