Belum ada laporan kerusakan bangunan atau fasilitas umum yang diterima BPBD. Masyarakat diimbau tidak perlu panik. BMKG juga merilis gempa ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gempa berkekuatan magnitudo 5,1 terjadi di perairan Samudra Hindia di sebelah selatan Banyuwangi pada Jumat (30/4/2021). Gempa tersebut dirasakan sebagian warga di Banyuwangi, Jawa Timur.
Sejumlah warga Banyuwangi melaporkan guncangan tersebut cukup kuat. Kendati demikian, hingga berita ini ditulis pukul 06.45 belum ada laporan kerusakan yang diterima Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi.
Info adanya gempa dibenarkan Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Banyuwangi Eka Muharram. ”Berdasarkan laporan dari BMKG yang kami terima, gempa tersebut berkekuatan magnitudo 5.1. Gempa berpusat di kedalaman 10 kilometer, di sekitar perairan selatan Bali, tepatnya di 127 kilometer barat daya Jembrana, Bali,” ujarnya melalui sambungan telepon.
Eka mengatakan, laporan gempa terasa disampaikan sejumlah sukarelawan BPBD di sejumlah kecamatan. Beberapa kecamatan di Banyuwangi yang merasakan ada guncangan gempa, antara lain, adalah Songgon, Wongsorejo, Glenmore, Kalibaru, Muncar dan Tegaldlimo.
Dari kedekatan wilayah administratif, pusat gempa lebih dekat dengan Kabupaten Banyuwangi. Namun, BMKG merilis jarak posisi gempa dihitung dari Jembrana.
”Kalau melihat laporannya, memang lebih dekat dengan Banyuwangi. Namun, mungkin gempa tersebut terekam oleh stasiun di Jembrana, Bali, sehingga pengukuran jarak pusat gempa disebut berjarak 127 kilometer barat daya Jembrana,” ujar Eka.
Hingga saat ini BPBD Banyuwangi terus melakukan pemantauan dampak gempa tersebut. Belum ada laporan kerusakan bangunan ataupun fasilitas umum akibat gempa tersebut.
Berdasarkan laporan dari BMKG yang kami terima, gempa tersebut berkekuatan Magnitudo 5.1. Gempa berpusat di kedalaman 10 kilometer, di sekitar perairan selatan Bali, tepatnya di 127 kilometer barat daya Jembrana, Bali.
Sulhan Hadi, warga Kecamatan Curahjati, mengaku merasakan hal tersebut. Gempa terjadi saat sejumlah masyarakat hendak memulai aktivitasnya pagi ini.
”Gempa terasa cukup kuat. Goyangannya seperti ditimang-timang. Saya sempat berpikir saya vertigo. Tetapi, melihat sangkar burung ikut bergoyang dan orang-orang merasakan hal yang sama, saya langsung keluar rumah,” katanya.
Tsunami
Kendati guncangan gempa dirasakan cukup kuat, Eka mengimbau, masyarakat tidak perlu terlalu panik, tetapi tetap perlu terus waspada. BMKG juga merilis bahwa gempa pagi ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
Gempa di selatan Jawa memiliki catatan buruk bagi masyarakat Banyuwangi, khususnya bagi warga yang tinggal di Desa Pancer, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi. Sekitar pukul 02.00, Jumat 3 Juni 1994, Pancer dan sejumlah desa di pesisir selatan Jawa Timur luluh lantak akibat tsunami.
Peristiwa tersebut terekam dalam pemberitaan halaman 1 harian Kompas pada edisi Sabtu (4/6/1994). Dalam berita tersebut tertulis, terjangan gelombang pasang dahsyat itu menyusul terjadi gempa tektonik berkekuatan gempa 5,9 pada skala Richter dengan pusat gempa di Samudra Hindia.
Saat ini penanda jelas terjadi tsunami di Pancer ialah Monumen Tsunami. Sebuah batu hitam berukuran sangat besar diletakkan di atas beton setinggi 2 meter. Di batu tersebut tertulis ”Pada TGL 2 JUNI 1994 HARI JUMAT PK.02.00. Telah terjadi Gelombang Pasang Tsunami yang mengakibatkan meninggalnya 229 orang Penduduk Pancer, Lampon, Rajegwesi, Kecamatan Pesanggaran”.