Kepergian bassist dan inisiator supergrup rock Boomerang, Hubert Henry Limahelu, menjadi kehilangan besar bagi dunia musik Indonesia.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Bassist sekaligus inisiator supergrup rock Boomerang, Hubert Henry Limahelu, meninggal dalam perawatan intensif di Rumah Sakit Husada Utama, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (24/4/2021) pukul 08.15.
Henry diketahui mengalami penurunan kondisi kesehatan setelah jatuh tak sadarkan diri di rumahnya di Surabaya, Rabu (14/4/2021). Henry sempat dibawa ke Klinik Pusura dan dirujuk ke Husada Utama. Diketahui, Henry mengalami pecah pembuluh darah di otak dan perlu operasi.
Ketika itu, kerabat, mantan anggota Boomerang, dan Boomers atau fans Boomerang, sempat mengadakan penggalangan dana untuk perawatan Henry di Husada Utama. Donasi agar disalurkan ke rekening BCA 0100461528 atas nama George Robert Andrew Limahelu.
Di Husada Utama, Henry akhirnya menjalani operasi. Kondisinya dikabarkan tak kunjung membaik dan akhirnya mengembuskan napas terakhir. Jenazah Henry disemayamkan di rumah duka Jalan Kalongan Kidul, Surabaya. Henry meninggalkan istri dan tiga anak. Menurut rencana, keluarga akan mengebumikan Henry di Kembang Kuning, Surabaya, Senin (26/4/2021). Di Kembang Kuning pula dimakamkan ayahanda dan ibunda Henry.
Kepergian Henry meninggalkan duka mendalam bagi keluarga. Selain itu, duka bagi sahabat, terutama anggota dan mantan personel Boomerang, fans musik rock dan Boomers. Duka juga dirasakan oleh kalangan anak dan remaja yang pernah didampinginya bersama Yayasan Arek Lintang (Alit) Indonesia di Surabaya.
Di rumah duka, Sabtu petang, Budi Santoso, personal manager Hubert Henry Limahelu mengatakan, dunia musik rock Indonesia kehilangan salah satu seniman yang mumpuni. Henry juga sosok yang humoris dan hangat atau penuh perhatian. Henry tak pernah mengeluh kondisi kesehatan atau jika ada masalah pribadi.
Om Henry membentuk gerakan inspirasi anak muda melalui musik yang dinamai Friendship & Solidarity. —Yuliati Umrah
Menurut Budi, di antara para pendiri Boomerang, yang tersisa hanya tinggal Henry. Almarhum pada masa hidupnya sedang menggarap proyek video lagu-lagu Boomerang. ”Sudah menggarap enam video dari target sepuluh video, kemudian Henry masuk rumah sakit,” ujarnya.
Budi mengatakan, ada impian Henry yang belum terwujud, yakni menghidupkan kembali Boomerang bersama dengan gitaris John Paul Ivan, vokalis Roy Jeconiah, dan drummer Farid Martin. Henry bersama Ivan dan Roy menginisiasi pembentukan band Lost Angels pada 1991 yang kemudian diubah menjadi Boomerang.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Alit, Yuliati Umrah, mengatakan, almarhum menjadi inspirator bagi keluarga besar yayasan yang berkantor pusat di Surabaya itu. Ketika serangan pandemi Covid-19 sejak Maret 2020 memaksa anak-anak Alit tak bisa sekolah, Henry datang dan memberi semangat baru.
”Om Henry membentuk gerakan inspirasi anak muda melalui musik yang dinamai Friendship & Solidarity,” kata Yuliati.
Henry terus memberi perhatian besar kepada anak-anak. Almarhum turut mendampingi anak-anak bukan sekadar dari aktivitas bermusik melainkan menjadi tempat curahan hati dan menawarkan solusi. Dalam pendampingan Henry, anak-anak Alit dapat mengaktifkan kembali studio mudik bahkan membuat satu album yang direkam secara mandiri.
”Henry adalah api yang tak pernah padam di hati kami dan, bagi kami, Henry tak pernah pergi karena semangatnya selalu hidup,” kata Yuliati.