Diantisipasi, Potensi Penularan Covid-19 di Perbatasan RI-Malaysia
Potensi lonjakan kedatangan pekerja migran Indonesia yang datang dari Malaysia diantisipasi Satgas Khusus Pengendalian Covid-19 Perbatasan Indonesia-Malaysia di wilayah Kalimantan Barat.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Potensi penularan Covid-19 yang rentan dipicu kedatangan pekerja migran Indonesia di perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Barat masih diantisipasi. Hingga kini, hasil tes usap polymerase chain reaction negatif sebagai syarat masuk Kalimantan Barat tetap berlaku.
Tercatat sejumlah kabupaten di Kalimantan Barat berbatasan dengan Malaysia. Beberapa di antaranya di Aruk di Kabupaten Sambas dan Entikong (Sanggau). Selain itu, ada juga di Jagoi Babang (Bengkayang) dan (Kapuas Hulu).
Tahun lalu, jumlah kedatangan terbanyak tercatat lebih kurang 700 orang pada H-3 dan H-4 Lebaran. ”Seminggu terakhir, pekerja migran terbanyak datang pada Minggu (18/4/2021), 499 orang,” ujar Ketua Satgas Khusus Pengendalian Covid-19 Perbatasan Mayor Jenderal Muhammad Nur Rahmad, Kamis (22/4/2021).
Nur Rahmad, juga Panglima Komando Daerah Militer XII/Tanjungpura, mengatakan, beragam upaya dilakukan untuk meminimalkan penularan dari aktivitas itu. Di Kabupaten Sambas, misalnya, disiapkan tempat isolasi dengan kapasitas 2.500 orang. Hal serupa juga dilakukan di Entikong, Kabupaten Sanggau. Saat tiba di perbatasan, pekerja migran akan menjalani karantina 5 x 24 jam.
Hingga kini, sudah lebih kurang 7.000 warga Indonesia yang dikarantina menjalani tes usap. Pekan lalu, 21 orang positif Covid-19 dan dikarantina. Beberapa orang tercatat sembuh dan bisa melanjutkan perjalanan ke daerah tujuan.
Nur Rahmad juga mengatakan, Konsulat Jenderal RI di Kuching, Malaysia, sudah melaksanakan langkah-langkah khusus terkait ini. Sesuai kebijakan pemerintah, pada 6-17 Mei tidak boleh ada angkutan melayani mudik. Hal itu diharapkan akan mengurangi jumlah warga melintas ke Kalbar.
Gubernur Kalbar Sutarmidji menyatakan, hasil tes usap polymerase chain reaction (PCR) negatif sebagai syarat masuk Kalbar masih berlaku. Tes usap menjadi metode terbaik mendeteksi penularan Covid-19.
”Ada maskapai nekat membawa penumpang hanya dengan tes usap antigen. Setelah dites usap PCR, ternyata ada yang positif Covid-19. Maka, hasil tes usap PCR negatif masuk Kalbar masih diberlakukan tanpa terkecuali,” ujarnya.
Tak hanya itu, peran Satgas Covid-19 di tingkat desa/kelurahan hingga RT/RW juga dioptimalkan. Apalagi, Kalbar masuk salah satu daerah yang menjalankan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat berbasis mikro. Seluruh desa/kelurahan se-Kalbar juga harus membentuk posko hingga tingkat desa.
Data Dinas Kesehatan Kalbar menyebutkan, secara kumulatif 7.023 orang terpapar Covid-19 hingga Senin (20/4/2021), pukul 21.00. Sebanyak 6.138 orang sembuh dan 42 orang meninggal dunia.
Hingga 18 April, terdapat tiga kabupaten zona orange (sedang), yaitu Sintang, Ketapang, dan Landak. Hal itu dipicu peningkatan kasus akibat lemahnya protokol kesehatan.
Sementara itu, 11 kabupaten/kota lainnya masuk zona kuning (risiko rendah). Daerah itu adalah kabupaten Sambas, Bengkayang, Kubu Raya, Kayong Utara, Sanggau, Mempawah, Kapuas Hulu, Melawi, dan Sekadau. Selain itu, ada juga Kota Pontianak dan Kota Singkawang.