Pandemi Covid-19 belum mereda sehingga potensi peningkatan bahkan lonjakan kasus bisa terjadi ketika pengendalian dan penanganan lemah. Meski gencar vaksinasi, jangan kendur testing. tracing, dan treatment (3T).
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS – Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Surabaya mewaspadai indikasi peningkatan kasus. Pasien Covid-19 yang isolasi di Asrama Haji Surabaya, Selasa (20/4/2021), bertambah 16 orang baru tetapi yang keluar hanya 1 pasien.
Sehari sebelumnya, jumlah pasien di asrama itu 24 orang. Namun, saat ini menjadi 39 orang karena dalam sehari bertambah 16 orang sedangkan yang keluar 1 orang. Penambahan pasien jauh melampaui pasien yang boleh keluar. Jika situasi ini terus terjadi akan membuat fasilitas kesehatan kembali penuh seperti ketika pandemi Covid-19 mengganas kira-kira setahun lalu.
Mengutip laman resmi http://infocovid19.jatimprov.go.id/ dan https://lawancovid-19.surabaya.go.id/, pandemi Covid-19 (Coronavirus disease 2019) akibat virus korona jenis baru (SARS-CoV-2) sejak pertengahan Maret 2020 secara akumulatif telah menjangkiti 23.309 jiwa warga Surabaya. Jumlah ini setara 16 persen dari 144.937 warga se-Jatim yang terjangkit.
Penambahan yang cukup tinggi di Asrama Haji Surabaya menjadi alarm yang harus diwaspadai agar jangan sampai kasus meledak (Irvan Widyanto)
Surabaya sejak awal serangan pandemi masih menjadi episentrum wabah meski tingkat bahaya penularan saat ini berada dalam kategori sedang atau zona oranye. Namun, status zona oranye di Surabaya bertahan lebih dari empat bulan dan belum membaik ke zona kuning atau risiko rendah. Dalam sepekan, data memperlihatkan penambahan kasus baru 179 orang sedangkan yang sembuh 184 orang. Yang meninggal 3 orang.
“Penambahan yang cukup tinggi di Asrama Haji Surabaya menjadi alarm yang harus diwaspadai agar jangan sampai kasus meledak,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Surabaya Irvan Widyanto sekaligus Wakil Sekretaris Satgas Covid-19 Surabaya.
Menurut Irvan, penambahan kasus di Asrama Haji Surabaya yang tinggi meski situasi mencerminkan satu hari bisa terjadi karena aparatur tetap menempuh pelacakan dan pengetesan. Semakin banyak tes ditempuh, kemungkinan akan didapat kasus-kasus Covid-19 yang selama ini tersembunyi.
Pelacakan penting
Epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo mengatakan, prinsip 3T (testing, tracing, treatment) terutama pengetesan dan pelacakan menjadi faktor penting untuk mendapatkan situasi pandemi Covid-19 yang mendekati kenyataan.
“Belum tentu daerah yang risiko rendah menggambarkan situasi sebenarnya. Kalau 3T kurang digencarkan, situasi sebenarnya belum terpetakan,” kata Windhu.
Surabaya sejak awal kasus menyerang menjadi episentrum di Jatim. Artinya, penambahan kasus secara akumulatif tetap tertinggi. Namun, perlu disadari, kondisi itu karena gencarnya 3T yang ditempuh aparatur di Surabaya. Data memperlihatkan di Surabaya sudah tercatat pengambilan sampel tes usap PCR sebanyak 679.120 sampel atau bertambah 1.279 sampel dari kemarin atau Senin (19/4/2021).
Total jumlah sampel PCR di Surabaya setara 52,6 persen sampel serupa se-Jatim yang 1.290.132 sampel atau bertambah 3.456 sampel dari hari sebelumnya. Data memperlihatkan, penambahan sampel dalam sehari hampir separuhnya disumbang oleh Surabaya.
Dari data-data tadi ada indikasi situasi pandemi di Surabaya mendekati kenyataan sebenarnya. Dengan demikian, kebijakan penanganan dan pengendalian dapat diterapkan dengan lebih komprehensif. “Suatu kebijakan sebisa mungkin jangan melemahkan kebijakan yang lain,” ujar Windhu.
Misalnya, di Surabaya, saat ini pemerintah mengendurkan pengetatan mobilitas masyarakat dengan pertimbangan pemulihan ekonomi. Saat bulan Ramadhan, bahkan kedai makan minum dibolehkan membuka layanan sahur sejak pukul 01.00 WIB setelah tutup operasional pukul 22.00 WIB.
Pengenduran kebijakan berkonsekuensi di sisi lain potensi peningkatan kasus baru karena indikasi lemahnya kedisiplinan penerapan protokol kesehatan. Sulit memastikan misalnya, masyarakat tetap bermasker dalam seluruh aktivitas di luar rumah, cuci tangan atau menjaga kebersihan, dan menjaga jarak. Untuk mengantisipasi potensi peningkatan Covid-19, aparatur harus meningkatkan pengawasan dan mengambil kebijakan terobosan yang tepat.
Suatu kebijakan sebisa mungkin jangan melemahkan kebijakan yang lain (Windhu Purnomo)
Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Febria Rachmanita mengatakan, hampir 700.000 orang telah mendapatkan vaksinasi Covid-19. Jumlah ini setara 25 persen dari populasi 2,87 juta jiwa di Surabaya.
“Vaksinasi digencarkan tetapi kami juga tidak melupakan pelacakan dan pengetesan untuk mendapatkan kasus-kasus baru,” kata Febria.