Kluster Kegiatan Sosial Muncul di Gunungkidul, 66 Orang Positif
Kluster penularan baru muncul bersumber dari kegiatan sosial seperti takziah dan hajatan, di Kabupaten Gunungkidul. Kemunculan kluster tersebut menunjukkan bahwa protokol kesehatan kurang diterapkan secara ketat.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
GUNUNGKIDUL, KOMPAS — Dua kluster penularan Covid-19 muncul dari kegiatan sosial masyarakat di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan sosial tersebut berupa takziah dan hajatan. Sejauh ini 66 warga dinyatakan positif dari kedua kluster tersebut. Pemerintah daerah mengkaji aturan takziah dan hajatan.
Kluster takziah muncul di Desa Girisuko, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dari kluster tersebut, tercatat 34 orang dinyatakan positif Covid-19, bahkan dua orang di antaranya meninggal.
”Ada 665 orang yang masuk daftar tracing kami. Dari jumlah itu, sudah dijalankan tracing kepada 370 orang. Saat ini tracing masih berlangsung,” kata Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul Dewi Irawaty, saat dihubungi, Selasa (20/4/2021).
Awalnya, Maret lalu, ada salah seorang warga yang pingsan di desa tersebut. Sejumlah warga membantu warga tersebut agar bisa dibawa ke rumah sakit. Akhirnya, warga itu dirawat dan ditangani di Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta. Sebelum dirawat, warga itu juga diambil sampel usapnya.
Selanjutnya, warga tersebut meninggal setelah satu hari dirawat di rumah sakit. Sampel usap baru keluar dua hari setelah warga itu meninggal. Padahal, sempat diadakan takziah atas meninggalnya warga tersebut.
”Tracing kami lakukan mulai dari yang menolong, menyopir, dan lainnya. Hampir semua yang terdekat hasilnya positif (Covid-19). Mulai dari istri, anak, cucu, tetangga, semuanya positif. Jadi, ini terus berkembang,” kata Dewi.
Dari total 34 pasien positif dalam kluster tersebut, ada sebagian pasien yang dirawat di rumah sakit. Sebanyak empat orang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Saptosari, satu orang di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta, dan empat orang di Rumah Sakit Bhayangkara. Sisanya menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing.
Kluster lainnya yang juga berawal dari kegiatan sosial muncul di Desa Getas, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul. Kemunculan kluster itu berawal dari 14 warga yang bepergian ke Jakarta untuk mendatangi suatu hajatan. Saat kembali, mereka juga mengikuti acara mitoni atau tradisi selamatan untuk kehamilan anak pertama yang usia kandungannya menginjak tujuh bulan.
Beberapa waktu setelahnya, terdapat tiga orang dari rombongan yang merasa tidak enak badan. Mereka menunjukkan hasil positif Covid-19 setelah memeriksakan diri ke puskesmas setempat.
”Di sini (mitoni) banyak yang berkumpul. Protokol kesehatan tidak dijalankan dengan baik. Seperti layatan (takziah) juga, masih ada masyarakat yang menunjukkan simpatinya dengan saling berpelukan, bersalaman, dan tidak pakai masker sehingga terjadilah seperti ini,” kata Dewi.
Dari kluster hajatan, sudah ada 44 orang yang diambil sampel usapnya. Sebanyak 32 orang dari jumlah tersebut menunjukkan hasil positif Covid-19.
Dewi menyebutkan, penelusuran kontak untuk kluster tersebut belum berhenti. Para petugas di lapangan masih terus melakukan tes. Jumlah target diperkirakan ratusan orang. Oleh karena itu, penambahan kasus dari kluster tersebut masih sangat dimungkinkan.
Secara terpisah, Sekretaris Daerah DIY Kadarmanta Baskara Aji menyampaikan, pihaknya mempertimbangkan pembuatan aturan untuk hajatan dan takziah di tengah pandemi. Pengaturan yang dilakukan berkaitan dengan pembatasan jumlah peserta. Diharapkan kegiatan-kegiatan sosial tidak memicu kerumunan.
”Pembatasan jumlah tamu dan model penyelenggaraannya harus diatur. Misalnya, makanan itu dibawa pulang saja, lalu yang diundang tidak banyak. Ini akan kami rumuskan lebih detail lagi,” kata Kadarmanta.