Jaga Stabilitas Harga Beras, Bulog Jatim Rutin Operasi Pasar
Stok beras di Jatim aman selama Ramadhan hingga Idul Fitri 1442 Hijriah karena saat ini masih masa panen. Meski demikian, operasi pasar beras ke pedagang dan konsumen rutin dilakukan guna menjaga stabilitas harga.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pasokan beras di Jawa Timur dipastikan dalam kondisi cukup hingga Idul Fitri 1442 Hijriah karena saat ini masih masa panen raya meski luas hamparannya mulai berkurang. Kendati demikian, operasi pasar beras rutin dilakukan untuk menjaga stabilitas harga di tingkat konsumen.
Berdasarkan data Perum Bulog Kanwil Jatim, stok beras saat ini 236.000 ton. Stok itu bahkan cukup guna memenuhi kebutuhan cadangan beras pemerintah (CBP) atau iron stock hingga akhir 2021. Jumlah stok beras ini terus bertambah karena Bulog masih menyerap gabah petani di masa panen raya saat ini.
”Setiap hari serapan beras produksi petani mencapai 2.700 ton. Serapan ini turun dari sebelumnya yang sempat menembus 3.000 ton per hari. Penurunan serapan terjadi seiring berkurangnya luas hamparan panen,” ujar pemimpin Perum Bulog Wilayah Jatim, Khozin, Minggu (18/4/2021).
Selain menyerap beras petani, Bulog juga menerjunkan satuan tugas pangan untuk memantau fluktuasi harga di pasar. Sesuai hasil pemantauan di sejumlah daerah, harga beras di tingkat pedagang dan konsumen saat Ramadhan ini masih stabil, belum ada kenaikan.
Meski harga beras masih stabil, Khozin mengatakan, Bulog Jatim tetap menggelar operasi pasar secara rutin di sejumlah daerah. Pihaknya juga siap melayani permintaan pemerintah daerah yang ingin menggelar operasi pasar. Operasi pasar ini bisa dilakukan dengan sasaran pedagang besar atau konsumen rumah tangga langsung.
”Sejak Januari sudah 9.900 ton beras disalurkan melalui mekanisme operasi pasar. Lebih dari 60 persennya menyasar pedagang pasar. Adapun daerah yang menggelar operasi pasar antara lain Pamekasan, Kediri, dan Jember,” kata Khozin.
Khozin mengatakan, ada dua mekanisme penyaluran beras ke masyarakat, yakni melalui operasi pasar dan gerai Rumah Pangan Kita (RPK) yang tersebar di perkampungan di 38 kabupaten/kota di Jatim. Dua strategi ini sama-sama berfungsi menjaga agar harga beras tetap stabil.
Adapun jumlah RPK di Jatim saat ini lebih dari 5.000 unit dengan penyerapan beras 10-15 ton di tiap kabupaten/kota. RPK merupakan gerai penyaluran produk Bulog yang penjualannya langsung ke masyarakat atau konsumen sehingga volume penyerapannya tidak terlalu besar per harinya.
Terkait harga jual, Bulog Jatim menawarkan beras kualitas medium dengan harga Rp 8.300 per kilogram. Harga itu berlaku sama bagi pedagang dan konsumen ritel atau pembeli eceran. Bahkan, harga Rp 8.300 per kg juga merupakan harga pembelian Bulog dari petani atau penggilingan padi yang menjadi mitra pemasoknya.
Hasil pantauan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jatim, seperti ditampilkan pada laman siskaperbapo.com, harga beras di pasar tradisional di 38 kabupaten dan kota relatif stabil, tetapi nilainya tinggi. Harga beras dengan kualitas medium yang paling banyak dikonsumsi masyarakat dijual terendah Rp 9.000 per kg dan paling banyak dijual Rp 10.000-Rp 10.500 per kg dalam rentang waktu 4-18 April.
Penjualan didominasi oleh beras dengan kualitas premium, komposisinya sekitar 80 persen.
Harga beras medium Rp 9.000 per kg antara lain ditemukan di sebagian pasar di Kota Surabaya, Gresik, dan Jombang. Sementara itu, harga beras medium Rp 10.500 per kg antara lain ditemukan di Kabupaten Jember dan Banyuwangi. Harga beras tertinggi tercatat di Pasar Gentengan dan Pasar Songgoriti, Kota Batu, yakni menembus 11.500 per kg.
Pantauan di Pasar Larangan dan Pasar Krian, Sidoarjo, harga beras medium berada di kisaran Rp 10.750 per kg, sedangkan harga beras premium, seperti Bengawan dan Mentik, berada di kisaran Rp 11.250 per kg. Harga beras medium itu tergolong tinggi karena harga pemerintah hanya Rp 8.300 per kg.
”Namun, peminat beras kualitas medium sangat minim di Surabaya dan Sidoarjo. Penjualan didominasi oleh beras dengan kualitas premium, komposisinya sekitar 80 persen,” ujar Khudori, pedagang beras di Pasar Krian, yang melayani penjualan partai besar dan eceran.
Selain kualitasnya, beras yang dikemas rapi dengan kemasan plastik lebih menarik pembeli dibandingkan beras yang dijual dalam kemasan zak atau karung. Alasannya, beras kemasan plastik lebih praktis saat dibawa dan tahan lama saat disimpan karena tidak mudah diserang kutu beras.
Kepala Disperindag Sidoarjo Tjarda juga mengatakan, beras premium paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat di wilayahnya. Selain konsumen rumah tangga, konsumen dunia usaha seperti katering dan rumah makan juga lebih menyukai beras premium dibandingkan beras dengan kualitas medium.
”Oleh karena itulah, saat menggelar pasar murah Ramadhan, ada dua pilihan produk beras yang ditawarkan, yakni kualitas medium dan premium. Namun, yang paling laku terjual biasanya beras premium,” ujar Tjarda.
Sebelumnya, Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor menyatakan, stok pangan di daerahnya aman selama Ramadhan hingga Lebaran nanti. Dia bahkan sudah berkunjung ke Kantor Bulog Surabaya Selatan dan mengecek stok beras yang ada di gudang Desa Buduran, Kecamatan Buduran.