Maestro tari topeng Indramayu, Wangi Indriya (59), terus berkreasi. Kali ini, melalui tariannya, Wangi mengisahkan pohon bambu di dekat rumahnya yang hilang dan berganti beton.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·2 menit baca
Di usianya yang hampir kepala enam,Wangi Indriya tidak kehabisan akal menebarkan seni tradisi. Kali ini, maestro tari topeng Indramayu, Jawa Barat, itu menari untuk bambu.
Wangi tampil dalam hari jadi ke-20 Dewan Kesenian Indramayu yang dirangkaikan dengan World Dance Day, Minggu (11/4/2021), di Gedung Kesenian Mama Soegra. Mengenakan selendang garis coklat dan hitam, Wangi menempelkan daun bambu di rambutnya.
Jemarinya lentur mengikuti tabuhan gamelan. Ketika tangan dan kakinya mengibaskan selendang, seakan muncul kekuatan magis yang membisukan penonton, kecuali bunyi jepretan kamera. Apalagi, ketika tubuhnya yang sedang duduk melengkung ke belakang.
Siapa pun bakal terkesima mengetahui di balik topeng Panji putih itu adalah perempuan berusia 59 tahun yang biasa disapa Mimi (nenek). Di akhir tarian yang berdurasi sekitar 11 menit itu, Wangi mengirap batang bambu.
Tepuk tangan penonton mengakhiri aksinya. Ucapan selamat hingga permintaan foto bareng menghujani Wangi.
”Tarian ini cerita tentang bambu. Dulu, di depan rumah saya banyak bambu. Bahkan, waktu kecil dijadikan piring, gelas, dan lainnya,” kata Wangi mengenang masa kanak-kanaknya di kediamannya di Desa Tambi, Kecamatan Sliyeg, Indramayu.
Sekarang, pohon bambu di sekitar rumahnya sudah tidak ada. Gantinya, ruko, rumah, dan bahan beton lainnya. Memorinya terkubur entah ke mana. ”Kalau mau cari bambu, harus ke sawah, jauh. Apa enggak ada yang merasa kehilangan bambu? Saya merasakan itu,” kata pimpinan Sanggar Mulya Bhakti ini.
Dalang perempuan ini pun tidak ingin tinggal diam. Melalui tariannya, anak Bapak Taham, dalang terkenal di Indramayu, ini mencoba menggugah kepedulian siapa saja tentang lingkungan. Tidak terkecuali puluhan muridnya.
Wangi telah mementaskan tarian bambu itu dalam acara ulang tahun sanggarnya ke-37 pada Juni 2020. Saat itu, berdekatan dengan Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada 5 Juni. Penari yang telah keliling ke sejumlah negara ini prihatin dengan merosotnya lingkungan hidup. Seperti hilangnya pohon bambu di dekat rumahnya.
Apa enggak ada yang merasa kehilangan bambu? Saya merasakan itu.