RSUP Dr Sardjito Teliti Sel Punca untuk Terapi Pasien Covid-19
Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito meneliti penggunaan sel punca untuk terapi bagi pasien Covid-19. Sel tersebut diduga mampu mencegah pasien mengalami penurunan gejala berat.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS—Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito meneliti penggunaan sel punca atau stem cell, untuk terapi bagi pasien Covid-19. Sel tersebut diduga mampu mencegah pasien mengalami penurunan gejala berat. Penelitian ditargetkan selesai September tahun ini.
Ketua Tim Kelompok Kerja (Pokja) Stem Cell Covid-19 Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito, Samekto Wibowo, menjelaskan, semua sel yang berkembang dalam tubuh berasal dari sel punca. Sebenarnya, sel tersebut sudah bisa digunakan untuk terapi penyakit lainnya seperti osteoarthritis.
“Sebetulnya (stem cell) bisa untuk kasus-kasus yang lain. Kali ini, kami lakukan penelitian khusus untuk (penanganan) Covid-19,” kata Samekto, di Kompleks RSUP Dr Sardjito, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jumat (16/4/2021).
Penelitian tersebut dilakukan bersama dengan tiga rumah sakit lainnya, yakni Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Moewardi Surakarta, RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung, dan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto. Penelitian berjalan secara independen dengan sistem koordinasi. Untuk itu, setiap rumah sakit punya kewenangan sendiri dalam semua keputusan terkait penelitian.
Hingga 15 April 2021, di RSUP Dr Sardjito, sudah ada sembilan orang pasien Covid-19 yang dapat direkrut untuk penelitian tersebut. Minimnya jumlah pasien yang bersedia terlibat menjadi hambatan. Kondisi ini dapat dipahami para peneliti mengingat riset yang tengah dilakukan belum banyak dikenal masyarakat.
“Penelitian ini merupakan hal baru. Jadi banyak yang belum tahu dan itu bisa dimengerti. Kami perlu menginformasikan persetujuan untuk tindakan medis. Ternyata, itu perlu edukasi pada keluarga dan pasien. Ini yang menghambat sebetulnya,” kata Samekto.
Peneliti Ahli Tim Pokja Stem Cell Covid-19 RSUP Dr Sardjito, Rusdy Ghazali Malueka menyatakan, pasien dengan gejala ringan tidak dimasukkan sebagai sasaran penelitian. Semua pasien yang menjadi sampel penelitian merupakan pasien bergejala berat.
“Ringan-sedang tidak kami masukkan. Tujuannya agar yang sudah berat tidak sampai masuk (ke fase) kritis,” kata Rusdy.
Selain bergejala berat, ada sejumlah syarat lain yang harus dipenuhi seorang pasien untuk menjadi sampel penelitian tersebut. Sejumlah syarat itu antaralain pasien harus memiliki fungsi ginjal yang normal, organ hati berada dalam kondisi baik, serta tidak boleh mempunyai riwayat kanker.
Sejumlah syarat itu antaralain pasien harus memiliki fungsi ginjal yang normal, organ hati berada dalam kondisi baik, serta tidak boleh mempunyai riwayat kanker.
Penelitian tersebut menggunakan metode Uji Klinik Acak Buta Ganda Terkontrol (Randomized, Double Blind, Placebo-Controlled Trial). Metode itu merupakan standar tertinggi untuk penelitian obat pada manusia. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga sudah memberikan persetujuan pelaksanaan uji klinik untuk penelitian tersebut.
Rusdy menyampaikan, sel punca yang digunakan berasal dari tali pusat bayi yang didonorkan. Tali pusat diolah dan diambil sel punca yang berada di dalamnya. Pengembangan dilakukan oleh Lab Regenic milik PT Bifarma Adiluhung. Pihaknya memastikan pemrosesan sel punca juga telah mengikuti standar yang ditentukan BPOM.
Sel punca yang berasal dari tali pusat dikenal memiliki keunggulan. Sebab, sel dari organ tersebut jarang menimbulkan reaksi alergi. Lebih dari itu, sel itu juga memiliki kemampuan yang baik dalam mengontrol peradangan di tubuh dan memperbaik sel-sel rusak.
“Kemampuan sel punca dalam mengontrol peradangan dan memperbaik kerusakan sel paru ini diduga berperan dalam pengobatan sel punca pada pasien Covid-19,” kata Rusdy.
Pengobatan menggunakan sel punca dilakukan melalui sistem injeksi, atau penyuntikan. Sel tersebut pertama kali disuntikkan kepada pasien Covid-19, pada Januari 2021. Pasien yang disuntik merupakan pria berusia 63 tahun dengan gejala berat. Kondisi paru-paru pasien itu membaik satu pekan setelah penyuntikan.
Rusdy menjelaskan, pihaknya belum bisa memastikan seberapa besar efektivitas sel punca untuk pengobatan Covid-19. Penelitian masih berlangsung. Hasil akhir penelitian ditargetkan sudah bisa rampun September nanti.
Direktur RSUP Dr Sardjito, Rukmono Siswishanto menyampaikan, penelitian itu menjadi salah upaya mencari jalan keluar atas penanganan Covid-19. Penelitian menjadi dasar dalam segala pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat.
“Intinya adalah kita harus mencari jalan untuk mempercepat pengetnasan atau penuntasan masalah-masalah Covid-19 melalui berbagai penelitian yang nanti diterapkan,” kata Rukmono.