Aparat keamanan mulai mengevakuasi warga dari Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, ke Kabupaten Mimika, Papua, untuk menghindari risiko serangan kelompok bersenjata.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Aparat gabungan TNI-Polri berhasil mengevakuasi delapan warga Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, ke Timika, Kabupaten Mimika, Papua, Rabu (14/4/2021). Evakuasi warga berjalan aman tanpa kontak tembak dengan kelompok kriminal bersenjata.
Kepala Kepolisian Sektor Beoga Inspektur Dua Ali Akbar, saat dihubungi dari Jayapura pada Rabu sore, membenarkan adanya evakuasi delapan warga Beoga dengan pesawat maskapai Smart Air. Delapan warga ini terdiri dari 6 orang dewasa dan 2 bayi, termasuk pula 2 tenaga guru dan 2 tenaga kesehatan.
”Kami berhasil mengevakuasi enam orang dewasa dan dua bayi pada pukul 15.10 WIT. Saat evakuasi warga, anggota TNI dan Brimob berjaga di ujung landasan Lapangan Terbang Beoga,” papar Ali.
Ia menuturkan, masih terdapat 34 warga Beoga yang belum dievakuasi ke Timika. Mereka masih mengungsi di sejumlah lokasi yang aman di Beoga, seperti Markas Komando Rayon Militer Beoga. ”Kami masih menunggu jadwal pesawat untuk mengevakuasi 34 warga ini. Sementara itu, pasokan makanan di Beoga masih tersisa tiga hingga empat hari ke depan,” ungkap Ali.
Eni, salah seorang warga yang mengungsi di dekat Koramil Beoga, mengungkapkan, dia bersama 13 pengungsi lain hanya mengonsumsi mi instan selama satu pekan terakhir. Ia berharap segera dievakuasi ke Timika karena merasa ketakutan dengan situasi di Beoga yang belum kondusif.
Sebanyak 42 warga mengungsi setelah peristiwa penembakan terhadap Oktovianus Rayo dan Yonatan Renden oleh KKB Muara. Keduanya tewas. Oktovianus adalah guru kelas di SD Jambul, sedangkan Yonatan adalah guru Matematika di SMP Negeri 1 Beoga.
Semua warga tidak berani beraktivitas dan memilih bersembunyi di rumah.
Oktovianus ditembak pada Kamis (8/4/2021) di Kampung Julukoma, Distrik Beoga, sementara Yonatan ditembak pada Jumat (9/4/2021) di ibu kota Distrik Beoga. Kelompok kriminal bersenjata (KKB) juga membakar sejumlah ruangan di tiga sekolah, yakni SD Jambul, SMP Negeri 1 Beoga, dan SMA Negeri 1 Beoga.
”Kios-kios yang biasanya menjual sembako sudah tutup dalam sepekan terakhir. Semua warga tidak berani beraktivitas dan memilih bersembunyi di rumah,” ujar Eni.
Bupati Puncak Willem Wandik mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan aparat kepolisian setempat untuk menyelidiki motif di balik aksi penembakan guru dan pembakaran sekolah di Beoga. Ia pun berharap ada jaminan keamanan bagi tenaga kesehatan dan tenaga pengajar di Kabupaten Puncak.
”Apabila tenaga kesehatan dan guru mengungsi, akan berdampak besar bagi pelayanan publik di sini. Masyarakat pun tak bisa mendapatkan layanan kesehatan dan pendidikan,” kata Willem.
Kepala Kepolisian Daerah Papua Inspektur Jenderal Mathius Fakhiri mengatakan, dua tim Nanggala dari Satgas Nemangkawi telah tiba di Beoga pada Rabu siang. Tim ini akan mengamankan Lapangan Terbang Beoga agar pesawat bisa membawa barang kebutuhan pokok dengan aman.
”Dengan kehadiran tim ini, pesawat bisa membawa barang kebutuhan pokok ke Beoga tanpa diserang KKB. Kami pun bisa mengevakuasi 46 warga yang mengungsi di sejumlah lokasi di Beoga,” tambahnya.
Data Polda Papua, terjadi 49 gangguan keamanan oleh KKB sepanjang tahun 2020. Teror penembakan KKB terjadi di tujuh wilayah hukum Polda Papua, meliputi Nduga, Intan Jaya, Paniai, Mimika, Puncak Jaya, Keerom, dan Pegunungan Bintang. Sebanyak 17 orang meninggal akibat aksi KKB.
Pada 2021, total telah terjadi 10 serangan KKB yang menyebabkan aparat keamanan dan warga menjadi korban. Tiga anggota TNI dan lima warga sipil meninggal, sementara satu anggota TNI dan seorang warga mengalami luka berat karena terkena tembakan.