Pencarian Ditutup, 13 Nelayan Indramayu Belum Ditemukan
Setelah sembilan hari, pencarian korban tabrakan kapal di perairan Indramayu, Jawa Barat, ditutup, Minggu (11/4/2021). Sebanyak 13 nelayan masih dinyatakan hilang, 4 orang ditemukan meninggal dunia, dan 15 orang selamat.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
INDRAMAYU, KOMPAS — Setelah sembilan hari, pencarian korban tabrakan kapal di perairan Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, ditutup, Minggu (11/4/2021). Sebanyak 13 nelayan masih dinyatakan hilang, 4 orang ditemukan meninggal dunia, dan 15 orang lainnya selamat.
”Upaya tim SAR gabungan telah maksimal. Namun, hingga hari terakhir perpanjangan waktu pencarian, tak kunjung ditemukan tanda-tanda penemuan,” kata Kepala Kantor SAR Bandung Deden Ridwansah.
Sebelumnya, kapal Habco Pioneer berukuran 17.979 gros ton (GT) terlibat tabrakan dengan kapal Barokah Jaya berukuran 29 GT, Sabtu (3/4/2021) pukul 16.45. Lokasinya di perairan Indramayu, tepatnya di koordinat 5°37’35.00”S 108°17’18.00”E.
Kapal kargo Habco Piooner berlayar dari Balikpapan ke Merak, Banten. Adapun kapal nelayan yang berisi 32 orang bertolak dari Tanjungan ke Balongan, Indramayu, untuk mencari ikan. Dari Eretan Wetan, Kandanghaur, nelayan harus menempuh sekitar 7 jam ke lokasi.
Akibat tabrakan, kapal nelayan terbalik. Sebanyak 15 anak buah kapal Barokah Jaya berhasil dievakuasi ke Habco Pioneer dalam kondisi selamat. Sebagian ABK merupakan anak usia 13-16 tahun yang berasal dari Eretan.
Tim SAR menemukan empat orang dalam kondisi tidak bernyawa. Korban meninggal adalah Eka Permadi (16), Misja (43), Toeron (80), dan Leman (71). Korban ditemukan tersangkut di jaring dan bagian kapal yang tenggelam.
Sementara 13 orang lainnya masih dinyatakan hilang. Upaya pencarian sudah dilakukan selama sembilan hari, termasuk dua hari tambahan. Tim SAR membangun posko di Pelabuhan Eretan Wetan dan mendata keluarga korban yang hilang.
Sejumlah kapal juga dikerahkan mencari korban. Armada itu seperti KN SAR Wisnu, KRI Cucut, kapal 1006 Polair Polda Jabar, KM Tunggal Jaya, dan KM Damar Lautsco. Berbagai kapal itu menyisir area sekitar 300 nautical mile (NM) atau sekitar 540 kilometer untuk mencari korban.
Namun, upaya itu belum membuahkan hasil. Oleh karena itu, lanjut Deden, berdasarkan evaluasi berbagai unsur di lapangan, termasuk nelayan, pencarian dinilai sudah tidak efektif. ”Operasi SAR ditutup, diganti dengan pemantauan,” ucapnya.
Operasi SAR ditutup, diganti dengan pemantauan. (Deden Ridwansah)
Apalagi, sesuai dengan pemetaan tim SAR, korban diduga telah tersebar di perairan Karimunjawa, Jawa Tengah. Untuk itu, pihaknya telah berkoordinasi dengan Kantor SAR Semarang dan beberapa instansi terkait. Jika ditemukan tanda-tanda korban, Kantor SAR Semarang akan berkomunikasi dengan Kantor SAR Bandung.
Rasgianto, Ketua KUD Misaya Mina Eretan Wetan, mengatakan, nelayan mengapresiasi upaya tim SAR gabungan mencari nelayan Kapal Barokah Jaya. Kapal itu berangkat pada Jumat (2/4/2021) untuk mencari ikan. Biasanya, nelayan berlayar seminggu hingga 10 hari.
”Kami juga tidak tahu mengapa bisa tabrakan. Baru kali ini terjadi kecelakaan laut dan memakan korban jiwa di Eretan,” katanya. Pihaknya juga mendorong aparat penegak hukum menyelidiki penyebab tabrakan kapal tersebut.
Terkait asuransi, Rasgianto mengakui, para ABK yang menjadi korban tabrakan kapal tidak memiliki asuransi. Bahkan, anak-anak yang ikut melaut sudah lumrah di Eretan. ”Kami sudah beberapa kali menyampaikan program asuransi ke nelayan. Tetapi, ini kembali lagi ke pemilik kapal,” katanya.
Eretan Wetan menjadi salah satu sentra perikanan di Indramayu. Terdapat sekitar 100 kapal ukuran 5-30 GT. Tahun lalu, produksi ikan di daerah itu lebih dari 1 juta kilogram dengan nilai Rp 18,2 miliar.