Jateng Dorong UMKM Lebih Berperan Menopang Ekonomi Kerakyatan
Usaha mikro, kecil, dan menengah mesti didorong lebih berperan mengangkat ekonomi masyarakat, terutama yang terdampak pandemi Covid-19. Produk berkualitas dan kreativitas pemasaran diyakini mampu mendongkrak produksi.
Oleh
GREGORIUS MAGNUS FINESSO
·3 menit baca
WONOGIRI, KOMPAS — Usaha mikro, kecil, dan menengah berpeluang menjadi tulang punggung mengangkat ekonomi riil sekaligus mengatasi kemiskinan secara berkelanjutan. Tugas pemerintah dan swasta untuk membina dan membantu pemasaran produk mereka. Perbankan di daerah didorong lebih berperan dalam pemulihan ekonomi masyarakat di masa pandemi Covid-19.
Hal itu disampaikan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di sela-sela Gowes Charity peringatan HUT Ke-58 Bank Jateng di Kabupaten Wonogiri, Sabtu (10/4/2021). ”Dalam situasi serba sulit saat ini, kita tidak bisa hanya mengandalkan bantuan pemerintah. Pemerintah pasti membantu, tetapi ekonomi swadaya mesti bertumbuh, termasuk lewat UMKM,” katanya.
Menurut Ganjar, konsep penanggulangan kemiskinan mesti diubah dari hanya mengandalkan mesin penggerak pemerintah menjadi bernapaskan kolaborasi. Dalam konsep ini, semua pihak punya peran sama penting. Salah satunya UMKM yang terbukti selalu mampu bertahan di setiap episode krisis di Tanah Air.
Ia mencontohkan, produk tiwul dari Wonogiri mungkin awalnya hanya dijajakan di pasar-pasar tradisional dan semakin ditinggalkan karena dikonotasikan sebagai makanan orang miskin. Namun, jika dikemas dan dipasarkan secara baik, produk olahan tiwul niscaya bisa menjadi oleh-oleh khas Wonogiri yang diburu warga.
”Dari satu produk ini (tiwul), sudah berapa banyak keluarga yang ikut menikmati omzetnya. Jelas bahwa UMKM menjadi mesin pendorong ekonomi rakyat yang punya peran sentral,” ungkap Ganjar.
Tinggal sekarang, lanjut dia, bagaimana menghasilkan produk UMKM yang berkualitas dan membangun jejaring pasar yang kuat. Di sini, pemerintah dan swasta, termasuk perbankan daerah, mesti ikut berperan.
Sebelum kegiatan sepeda bareng, Ganjar Pranowo dan Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno menandatangani peresmian ruang kerja bersama atau coworking space di kantor Bank Jateng Cabang Wonogiri di Jalan Jenderal Sudirman. Coworking space tersebut dapat diakses publik, termasuk kalangan pelaku UMKM Wonogiri, misalnya bertemu calon pelanggan.
Di ruang kerja bersama itu, terdapat juga tempat pamer sejumlah produk unggulan Wonogiri binaan Bank Jateng. Sejumlah produk yang dipamerkan, antara lain, kacang mete, tas kulit, produk konfeksi, dan kopi. Menurut Supriyatno, keberadaan coworking space disertai layar produk unggulan UMKM lokal tersebut diharapkan dapat diakses publik secara luas. Dengan demikian, Bank Jateng dapat lebih berperan di Wonogiri.
Ganjar mengatakan, ruang kerja bersama tersebut didorong menjadi simpul ekonomi baru di Wonogiri. Ruang itu juga mesti dimanfaatkan untuk memberi pembinaan maupun pendampingan pemasaran bagi para pelaku UMKM agar dapat lebih berkembang.
Supriyatno mengatakan, di masa pandemi, kinerja Bank Jateng masih terbilang baik. Pada 2020, bank pembangunan daerah tersebut mencatatkan laba bersih Rp 1,12 triliun atau meningkat 6,51 persen dari tahun sebelumnya (year-on-year). Sebelumnya, pada 2019, laba bersih Bank Jateng Rp 1,05 triliun.
Bahkan, pada 2020, nilai aset, dana pihak ketiga, serta realisasi pembiayaan Bank Jateng mencapai rekor tertinggi dalam lima tahun terakhir. Nilai aset Bank Jateng pada 2020 tercatat Rp 73,11 triliun atau 104,32 persen dari target. Tahun sebelumnya, aset Bank Jateng Rp 71,89 triliun.
Adapun kinerja kredit dan pembiayaan Bank Jateng tumbuh 4,39 persen (yoy) senilai Rp 51,11 triliun. Meski demikian, perlu dicatat angka kredit macet (non performing loan/NPL) mencapai 3,52 persen. Angka ini adalah yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Pada 2018, NPL Bank Jateng 1,84 persen dan pada 2019 2,88 persen.
”Dampak pandemi pasti menekan para pelaku usaha termasuk UMKM. Perbankan pasti lebih berhati-hati. Namun, pertumbuhan positif pada 2020 membuat kami tetap optimistis meskipun pandemi belum berakhir,” katanya.
Sejumlah pelaku UMKM di wilayah Solo Raya mengatakan, usahanya terdampak pandemi, terutama dari sisi pemasaran. Heri Setiono, pelaku UMKM Setia Rasa, produsen mete di Wonogiri, menyebutkan, produksi mete selama 2020 menurun hingga 50 persen. ”Penurunan terutama terjadi untuk segmen wisatawan,” katanya.
Para pelaku UMKM mulai menyiasatinya dengan memperkuat pemasaran digital. Romi Anjas, staf pemasaran Keju Indrakila Boyolali, mengatakan, pihaknya menyiasati berkurangnya pemasaran secara langsung dengan pemasaran daring. Pemasaran daring memanfaatkan marketplace hingga media sosial.