Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno berharap, Kafe Keroncong Bank Jateng menjadi titik awal untuk kembali memfasilitasi para pekerja seni sehingga bisa kembali beraktivitas dan karya-karyanya dapat dinikmati.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·2 menit baca
Direktur Utama Bank Jateng Supriyatno (65) tak mau ketinggalan menyambut Hari Musik Nasional yang jatuh pada Selasa (9/3/2021). Hobi bermain saksofon, ia memainkannya pada acara "Kafe Keroncong Bank Jateng, Apreasiasi Sang Maestro Gesang" yang dilaksanakan secara daring dari Co-Working Space Lantai III Gedung Bank Jateng, Kota Surakarta, Jawa Tengah.
Dengan saksofon, Nano, sapaan Supriyatno, memainkan sejumlah lagu ciptaan almarhum Gesang, sang maestro keroncong, salah satunya "Bengawan Solo" dengan diiringi Bank Jateng Band. Ia juga berduet dengan kakak-adik penyanyi asal Surakarta, yang juga pelestari keroncong, Endah Laras dan Sruti Respati. Dengan Endah, Nano membawakan lagu "Jago Kluruk", sedangkan saat berduet dengan Sruti, ia memainkan lagu "Dongengan".
"Di saat-saat pandemi, kreativitas harus terjaga. Melalui musik, seni, apapun bisa menjadi wahana kreativitas. Apalagi, Kota Surakarta, seperti juga sejumlah kota lain, merupakan pusat ekonomi kreatif. UMKM dan para pelaku seni ada di sini. Bukan hanya kelas nasional, tetapi juga dunia sebagaimana almarhum Gesang," ujar Nano.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo juga hadir secara daring pada acara itu. Nano menuturkan, acara musik yang digelar Bank Jateng terinspirasi dari Ganjar yang membuat Panggung Kahanan pada Mei 2020 lalu. Panggung tersebut dibuat guna memfasilitasi sejumlah pelaku seni yang terdampak pandemi Covid-19. Kegiatan itu disiarkan secara streaming.
Nano berharap, Kafe Keroncong Bank Jateng menjadi titik awal untuk nantinya kembali memfasilitasi para pekerja seni sehingga bisa kembali beraktivitas dan karya-karyanya dapat dinikmati masyarakat. "Ada satu harapan dan kita butuh sentuhan bersama. Bukan hanya Bank Jateng. Ekonomi kreatif bisa tumbuh di manapun berada," katanya.
Pada acara tersebut, Bank Jateng juga memberikan tali asih kepada keluarga almarhum Gesang senilai Rp 58 juta. Tali asih tersebut diserahkan secara simbolik, langsung oleh Nano kepada keponakan almarhum, Hasanudin Santoso.