Sebanyak 82 manuskrip Lampung akan disusun menjadi katalog setelah diteliti sejak 2009. Penerbitan katalog ini diharapkan dapat mendokumentasikan warisan budaya dan mendorong pengembangan penelitian.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Sebanyak 82 manuskrip Lampung akan disusun menjadi katalog setelah melalui penelitian sejak 2009. Penerbitan katalog ini diharapkan dapat mendokumentasikan warisan budaya dan mendorong pengembangan penelitian tentang naskah kuno di daerah.
Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta Nurudin mengatakan, program penyusunan katalog manuskrip Lampung ini merupakan bagian dari upaya pelestarian manuskrip Nusantara. Sebelumnya, pihaknya juga telah meneliti naskah kuno di daerah lain, di antaranya Cirebon.
Dalam penyusunan katalog manuskrip Lampung ini, pihaknya bekerja sama dengan Kantor Bahasa Lampung dan Universitas Lampung. Sedikitnya ada lima peneliti dari berbagai lembaga yang dilibatkan dalam penyusunan katalog. Proses penyusunan katalog ditargetkan bisa selesai dalam kurun waktu empat bulan ke depan.
”Hasil penelitian ini diharapkan bisa mendokumentasikan warisan intelektual dan budaya serta menjadi bahan ajar bagi masyarakat,” kata Nurudin di sela-sela kegiatan penyusunan draf manuskrip Lampung di Bandar Lampung, Rabu (7/4/2021).
Dia menambahkan, penyusunan katalog ini juga diharapkan mendorong komitmen pemerintah daerah dalam upaya pelestarian naskah kuno di Lampung. Selama ini belum banyak pihak yang memberikan perhatian bagi upaya pelestarian manuskrip kuno. Padahal, naskah kuno yang tersimpan di museum ataupun tersebar di masyarakat menyimpan kearifan lokal yang bisa dipelajari oleh generasi masa kini.
Ketua Tim Kegiatan Pengembangan Penyusunan Katalog Manuskrip Lampung Zulkarnain Yani menuturkan, penelitian naskah kuno di Lampung sebenarnya sudah dilakukan sejak 2009. Selain mendokumentasikan naskah kuno yang tersimpan di Museum Lampung, peneliti juga mencari naskah kuno yang masih tersebar di masyarakat.
Menurut dia, sejumlah naskah kuno ditemukan di sejumlah daerah di Lampung, antara lain Lampung Barat, Lampung Timur, dan Lampung Utara. Sebagian besar naskah kuno yang ditemukan berisi tentang mantra atau doa untuk pengobatan.
Sebagian besar naskah kuno yang ditemukan berisi tentang mantra atau doa untuk pengobatan. (Zulkarnain Yani)
Naskah kuno Lampung yang ditemukan, antara lain, ditulis dengan aksara Lampung dan aksara Arab. Bahasa yang digunakan juga beragam, antara lain bahasa Melayu, Lampung, dan Arab.
Zulkarnain menjelaskan, proses penelitian manuskrip kuno membutuhkan waktu yang cukup lama. Selain harus melibatkan peneliti dari berbagai ilmu, pencarian naskah kuno di masyarakat juga kerap terkendala.
Benda pusaka
Selama ini, pemilik menganggap naskah kuno sebagai benda pusaka yang tidak bisa dilihat oleh sembarang orang. Hal itu membuat peneliti membutuhkan pendekatan cukup lama dengan masyarakat adat agar bisa mengakses manuskrip kuno.
Sementara itu, Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Museum Lampung Ruwa Jurai Budi Supriyanto menuturkan, Museum Lampung menyimpan 43 koleksi naskah kuno yang ditulis di berbagai media. Selain kulit kayu, sejumlah manuskrip itu ditulis pada media bambu, tanduk hewan, ataupun kertas.
Selama ini, pihaknya juga telah berupaya menerjemahkan naskah kuno tersebut. Namun, upaya penelitian terkendala minimnya ahli. Selain itu, sebagian naskah juga ditemukan dalam kondisi sepenggal-sepenggal sehingga sulit ditelaah isinya.
Salah satu naskah kulit kayu yang telah diterjemahkan adalah naskah yang ditemukan di Kabupaten Lampung Timur. Naskah kuno itu terdiri atas 42 halaman yang isinya ditulis dengan aksara Lampung kuno disertai dengan gambar (rajah). Sebagian besar isi naskah kuno itu adalah mantra-mantra pengobatan.