Setelah melewati masa suram karena pandemi Covid-19, aktivitas wisata dan pergelaran panggung seni di Aceh mulai bergeliat. Para pelaku seni menyambut antusias sebab akan berdampak baik pada kondisi ekonomi mereka.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Setelah melewati masa suram karena pandemi Covid-19 aktivitas wisata dan pergelaran panggung seni di Aceh mulai menggeliat. Para pelaku seni menyambut antusias geliat wisata karena memberi ruang untuk mereka berkreasi.
Agus Nur Amal (51), seorang pelaku seni tutur atau hikayat di Banda Aceh, Selasa (6/4/2021), menuturkan, selama pandemi Covid-19, pada 2020, dia tidak mendapatkan panggung besar. Dia mendapatkan panggung daring, tetapi dengan honor jauh di bawah standar.
Larangan kegiatan wisata dan panggung seni secara luring membuat Agus dan para pelaku seni lain kehilangan pendapatan. ”Tahun 2021, saya baru sekali tampil di panggung terbuka,” kata Agus.
Agus diundang untuk tampil pada acara peluncuran ”Pesona Aceh” oleh Indihome di Banda Aceh, Senin, 5 April 2021. Selain Agus, grup band lokal, Apache13, juga tampil.
Agus adalah seniman tutur. Dia membawa cerita dengan cara berhikayat. Topik yang diceritakan sesuai dengan tema kegiatan. Dia bercerita dalam bahasa Aceh dan bahasa Indonesia. Kini, seniman tutur di Aceh semakin langka.
Sebelum pandemi, Agus kerap mengisi panggung seni di Aceh dan Jakarta. Sebulan, dia biasanya tampil 2-3 kali. Namun, pada saat pandemi, dia hanya tampil sesekali melalui daring dengan bayaran sukarela.
”Dengan mulai vaksinasi, semoga penyebaran Covid-19 bisa dicegah dan panggung seni kembali tumbuh,” kata Agus.
Dengan mulai vaksinasi, semoga penyebaran Covid-19 bisa dicegah dan panggung seni kembali tumbuh.
Nainunis, seniman tarian hip hop di Banda Aceh, juga menyambut antusias membaiknya kondisi wisata. Pada 2020, grup tari hip hop yang dia pimpin, yakni Nanggroe Break Cypherz, hanya dua kali manggung. Namun, 2021 Nanggroe Break Cypherz telah tujuh kali manggung.
Sebelum pandemi, Nanggroe Break Cypherz tampil rata-rata 3 kali sebulan dengan honor Rp 5 juta sekali tampil. Grup Nanggroe Break Cypherz memiliki anggota 15 orang. Sekali tampil 6-8 orang dengan sistem giliran.
”Seniman lokal kualitas sudah bagus, tetapi harus diberi panggung yang merata. Honor harus ada standar agar seniman lokal bisa berdaya,” ujar Nainunis.
Kepala Bidang Promosi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Ramadhani mengatakan, aktivitas wisata mulai digelar meski dengan protokol kesehatan. Dia berharap bergeliatnya aktivitas wisata mendorong pertumbuhan ekonomi pelaku usaha usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), seniman, dan pekerja kreatif.
”Kami berharap aktivitas wisata akan merangsang kembali aktivitas ekonomi UMKM,” kata Ramadhani.
Sepanjang 2021, Pemprov Aceh akan mengadakan sebanyak 67 kegiatan festival wisata dan budaya. Kegiatan ini bertarif lokal dan nasional. Para pelaku seni lokal diberikan kesempatan untuk tampil pada kegiatan wisata.