Festival Kopi Kutaraja, Mengembalikan Gairah Wisata Aceh
Di Aceh, kopi menjadi sumber pendapatan banyak orang, seperti petani kopi, pengepul, buruh kebun, pengolah bubuk, pengusaha warung kopi, dan pekerja di warung kopi. Bagi warga Aceh, kopi juga bagian dari sosial budaya.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Selama setahun penuh aktivitas wisata lesu, akhirnya Pemerintah Daerah Aceh menggelar Festival Kopi Kutaraja sejak 27 Februari sampai 1 Maret 2021 di Banda Aceh. Kegiatan ini sebagai upaya mengembalikan gairah wisata di ”Tanah Rencong”.
Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Ramadhani, Minggu (28/2/2021), mengatakan, festival kopi digelar di masa pandemi untuk merangsang kembali aktivitas wisata yang nyaris setahun mati suri. Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memerlukan ruang untuk memasarkan produknya. ”Kami berharap aktivitas wisata akan merangsang kembali aktivitas ekonomi UMKM,” kata Ramadhani.
Kegiatan Festival Kopi Kutaraja digelar di dalam gedung dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Pengunjung wajib memakai masker. Sebelum masuk ke area, petugas mengecek suhu tubuh dan mengarahkan pengunjung untuk mencuci tangan. Pengunjung di dalam area festival kopi dan kuliner dibatasi agar tidak berdesakan.
Ramadhani menuturkan, karena masih dalam masa pandemi, sasaran pengunjung bukan wisatawan dari luar provinsi, melainkan warga lokal. Dengan adanya kegiatan itu, warga Banda Aceh dan sekitarnya tidak perlu pergi ke luar daerah untuk mencari hiburan.
Kami berharap aktivitas wisata akan merangsang kembali aktivitas ekonomi UMKM.
”Warga juga perlu hiburan sebab sudah cukup lama tidak bisa berwisata. Daripada ke luar daerah, lebih baik berwisata di Aceh saja,” ujar Ramadhani.
Festival kopi merupakan agenda wisata yang digelar setiap tahun, kecuali pada 2020 karena sedang puncak masa pandemi Covid-19. Pemda Aceh menjadikan kopi sebagai salah satu komoditas wisata unggulan.
Memburu kopi
Ramadhani mengatakan, kopi arabika Gayo dan robusta Gayo cukup terkenal hingga ke mancanegara. Banyak wisatawan yang berkunjung ke Aceh memburu kopi sebagai buah tangan. Melalui festival, pemerintah ingin memperkuat citra kopi Aceh sebagai salah satu ikon wisata.
Di Aceh, kopi menjadi sumber pendapatan banyak orang, seperti petani kopi, pengepul, buruh kebun, pengolah bubuk, pengusaha warung kopi, dan pekerja di warung kopi. Bagi warga Aceh, kopi juga bagian dari sosial budaya.
Cut Dira dari panitia pelaksana mengatakan, festival kopi diisi dengan ragam kegiatan, antara lain bazar kopi, kompetisi cupping, seminar kopi, penampilan musik, dan lomba memasak kuliner tradisional.
Sebanyak 30 pengusaha kedai kopi mengambil bagian pada kegiatan ini. Mereka menyuguhkan racikan kopi dengan berbagai varian rasa, seperti kopi sanger, espresso, kopi fermentasi, dan kopi nira. Bagi penikmat kopi, festival kopi menjadi pesta yang selalu dinantikan.
Salah seorang pengunjung, Adam Zainal (30), mengatakan, dirinya mendapatkan pengetahuan baru tentang kopi setelah berkunjung ke beberapa stan kopi. Dia tertarik pada sajian kopi fermentasi yang memiliki rasa unik, asam, manis, dan sedikit pahit.
Sementara Aulia Mirza, pemilik usaha Coffe Bro Indonesia, mengatakan, dirinya memanfaatkan festival kopi untuk memperkenalkan produk kopi yang dia punya. Coffe Bro Indonesia menawarkan kopi fermentasi dan teh jawa fermentasi. Dua varian minuman ini tergolong baru di pasar kopi Aceh.