Paskah, Momentum Kebangkitan dari Keterpurukan Covid-19
Pandemi Covid-19 membuat perayaan Paskah dilakukan dalam keterbatasan. Sebagian jamaat harus menghadiri perayaan Paskah secara daring.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pandemi Covid-19 yang melanda dunia lebih dari satu tahun menghadirkan kesulitan di berbagai bidang. Perayaan Paskah dalam memperingati kebangkitan Yesus Kristus diharapkan menjadi momentum untuk bangkit dari keterpurukan akibat pandemi.
Pandemi Covid-19 membuat perayaan Paskah dilakukan dalam keterbatasan. Di Katedral Santo Petrus Bandung, Jawa Barat, misalnya, jemaat yang mengikuti misa dibatasi tidak sampai setengah dari kapasitas karena harus menerapkan jaga jarak untuk menerapkan protokol kesehatan.
Jemaat lainnya tetap dapat mengikuti Ibadah Paskah secara daring. Menurut Pastor Agustinus Sudarno, sejumlah umat bersedih karena tidak dapat mengikuti ibadah pekan suci Paskah di gereja.
Tidak hanya dalam beribadah, Covid-19 juga menyebabkan kesusahan di berbagai bidang lainnnya. Agustinus mengajak umat tidak meratapi kesulitan akibat pandemi, melainkan menjadikan momentum Paskah untuk bangkit menjalani hidup lebih baik.
”Tidak selamanya mendung itu kelabu. Melalui momen Paskah, kita semua diajak bangkit dari keterpurukan, lebih-lebih pada pandemi Covid-19 seperti sekarang ini,” ujarnya dalam homili Paskah di Katedral Bandung, Minggu (4/4/2021).
Lebih dari satu tahun pandemi, Covid-19 telah menjangkit 129 juta orang di 223 negara. Sejumlah 2,8 juta orang di antaranya meninggal.
Agustinus mengajak umat tidak meratapi kesulitan akibat pandemi, melainkan menjadikan momentum Paskah untuk bangkit menjalani hidup lebih baik.
Sementara di Indonesia, sekitar 1,5 juta orang terpapar penyakit yang disebabkan oleh virus korona jenis baru atau SARS-CoV-2 tersebut. Sekitar 1,3 juta orang sembuh dan 41.000 orang meninggal.
Pandemi Covid-19 juga berdampak buruk pada sektor ekonomi. Sejumlah negara, termasuk Indonesia, mengalami resesi. Pertumbuhan ekonomi nasional pada 2020 terkontraksi minus 2,07 persen.
Meskipun Covid-19 menghadirkan beragam kesulitan, Agustinus mengajak umat menyingkirkan kesusahan, kekecewaan, dan keputusasaan untuk diisi dengan harapan yang dibawa Yesus lewat kebangkitannya dari kematian.
”Mungkin selama ini kita mengeluh, mengapa Tuhan, Covid-19 ini tidak pergi-pergi. Beranikah kita melihat terang bahwa Allah tetap menyertai kita. Yesus yang bangkit menuntun kita, memberikan harapan bahwa hidup itu berarti dan bernilai,” ujarnya.
Dalam Ibadah Paskah di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Maulana Yusuf, Kota Bandung, Pendeta Bernadeth Florenza mengajak jemaat tetap berpengharapan meskipun dalam kesusahan. Hal itu menjadi makna kebangkitan Yesus setelah mengalami kesengsaraan dan wafat di kayu salib.
”Kita sering merasa gagal dan terpuruk. Dalam momen Paskah ini, karya (Yesus) Kristus di kayu salib dan kebangkitannya bagi kita semua hendak terus menggaungkan satu berita penting, kita selalu punya harapan dalam Allah yang hidup,” ujarnya.
Dalam khotbahnya, Bernadeth menceritakan tentang kesedihan Maria Magdalena atas kematian Yesus. Maria juga menangis karena tidak menemukan jenazah Yesus di kubur. Namun, kesedihan itu berubah menjadi suka cita setelah ia menyaksikan kebangkitan Yesus.
”Kalau kita merasa di tengah pergumulan tidak mampu menemukan Tuhan, persis seperti Maria Magdalena yang tidak mampu menemukan Yesus, tetaplah percaya, sebab pada akhirnya Dia yang akan menemukan dan memulihkan kita,” katanya.
Di tengah pembatasan jemaat akibat pandemi Covid-19, perayaan Paskah di sejumlah gereja di Bandung berjalan lancar. Beberapa gereja dijaga ketat personel TNI dan Polri bersenjata untuk mengantisipasi rentetan aksi teror di Makassar dan Jakarta dalam sepekan terakhir.