Aksi bom bunuh diri pada perayaan Minggu Palma (28/3/2021), belum lepas dari ingatan. Namun, aksi teror itu gagal menebar rasa takut di hati warga Makassar.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·6 menit baca
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Umat Katolik meninggalkan Katedral Hati Yesus yang Mahakudus Makassar, Sulawesi Selatan, seusai misa Kamis Putih (1/4/2021) malam.
Perbuatan pasangan teroris, L dan YSF, meledakkan diri di halaman Katedral Hati Yesus yang Mahakudus Makassar, Sulawesi Selatan, pada perayaan Minggu Palma (28/3/2021), belum lepas dari ingatan. Namun, aksi teror itu gagal menebar rasa takut di hati warga Makassar.
“Hari ini saya ke gereja tanpa rasa takut. Saya yakin, di dalam Tuhan ada keselamatan,” kata Florencia (41), selepas misa pertama Kamis Putih (1/4/2021), di Katedral Makassar, Sulawesi Selatan. Ia berniat datang lagi untuk merayakan Jumat Agung, Sabtu Suci, dan Minggu Paskah seperti biasa setiap tahun, seolah tak ada sesuatu pun terjadi.
Memang, Florencia sempat merasakan kengerian yang hebat ketika terakhir kali pergi ke Katedral pada Minggu Palma. Sekitar pukul 10.25 Wita, ia sudah duduk manis di kursi umat menunggu misa pukul 11.00 Wita. Tiba-tiba saja, duarrr! Ledakan keras dari gerbang depan di Jalan Kajaolalido menggetarkan bangunan Katedral.
Umat menjerit karena kaget. Panik menyebar. Misa yang dijadwalkan pukul 11.00, begitu pula pukul 16.30 dan 18.00 Wita, langsung dibatalkan. “Kami disuruh pulang, tidak ada misa. Saya syok. Wajar, kami juga manusia biasa,” kata dia.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Umat Katolik meninggalkan Katedral Hati Yesus yang Mahakudus Makassar, Sulawesi Selatan, seusai misa Kamis Putih (1/4/2021) malam.
Di luar, asap hitam bekas ledakan mengepul dari sebuah skuter otomatis yang hangus. Di sebelahnya teronggok tubuh manusia yang gosong dan tak lagi utuh. Itulah akhir dari serangan bom panci milik L dan YSF, dua anggota jaringan teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Mereka hanya mencapai pagar karena dihalau masuk oleh seorang pegawai Katedral, Cosmas Balalembang (52). Meski wajah dan tangannya terkena luka bakar, Cosmas selamat. Sembilan belas orang lain juga luka-luka seperti Cosmas, tetapi tidak ada korban jiwa.
Pagar gereja pun masih utuh, begitu juga bangunan yang ada di belakangnya. Hanya beberapa kaca pintu dan jendela, serta sebagian tripleks di atap gedung pastoran yang pecah.
Bagi Florencia, itu adalah wujud kasih Tuhan. Jika tidak, pasti lebih banyak umat yang meninggal. Katedral juga bisa saja sudah hancur. “Jadi, kita tidak perlu takut. Saya tidak tahu harus komentar apa soal aksi teror itu, tetapi saya berharap mereka diampuni,” kata dia.
Lian Christine Darmawati (44) baru saja selesai mengikuti misa pukul 08.30 Wita saat itu. Taksi daring yang ditumpanginya sudah melaju sejauh 1 kilometer dari Katedral, tetapi ledakan tetap terdengar. Sesampainya di rumah, aliran pesan WhatsApp dari teman dan kerabatnya terus menggetarkan ponselnya.
“Saya sempat update status, foto di Katedral. Teman-teman kantor, tetangga, sampai kerabat di Manado langsung menanyakan keadaan saya. Kemudian mereka sampaikan simpati dan belasungkawa, termasuk yang bukan beragama Katolik,” kata Lian.
Ia bersyukur karena tidak ada orang-orang terdekatnya yang menjadi korban. Pascaserangan itu, ia pun memutuskan tak ada alasan untuk takut untuk beribadah lagi di Katedral. “Memang tidak ada yang dapat melawan takdir Tuhan, tetapi saya yakin Tuhan akan selalu menyertai langkah kami,” ujar Lian.
Sementara itu, Angeline Theresa Nirmala (24), berada di Mamuju, Sulawesi Barat ketika peristiwa naas itu terjadi. Ia sempat ragu untuk merayakan Kamis Putih dan Jumat Agung di Katedral ketika kembali ke Makassar. Namun, akhirnya dua perayaan itu ia ikuti secara langsung di tempat.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Anggota Brimob Polda Sulsel berjaga di Katedral Hati Yesus yang Mahakudus Makassar, Sulawesi Selatan, menjelang perayaan misa Kamis Putih (1/4/2021).
Ia bahkan juga mendoakan kedua pelaku. “Aksi mereka itu hasil dari hasutan pihak-pihak yang tidak ingin kita hidup damai. Tetapi, saya sendiri memaafkan pelaku karena dalam ajaran agama saya, tidak ada ruginya mengampuni orang yang memusuhi kita,” kata dia selepas ibadah Jumat Agung (2/4).
Setelah kejadian itu, ibadah di 200-an gereja di Makassar dijaga ketat menjelang Minggu Paskah (4/4). Di Katedral saja, 101 polisi dan tentara disiagakan demi menjaga keamanan. Pada perayaan Jumat Agung, kendaraan taktis Barracuda milik Polri dan TNI disiagakan.
Kepala Polrestabes Makassar Komisaris Besar Witnu Urip Laksana mengatakan, sebanyak 1.600 pasukan gabungan Polri dan TNI diturunkan untuk mengamankan gereja-gereja. Ia menjamin, kegiatan perayaan umat Kristiani dapat berjalan aman. Saya jamin, semua pelaksanaan kegiatan ibadah di Kota Makassar berjalan aman dan kondusif,” kata Witnu.
Ini untuk memberikan rasa aman bagi masyarakat.
Dalam kunjungan ke Makassar, Jumat, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan, sebanyak 1.001 tentara di Makassar juga diturunkan untuk membantu polisi hingga Minggu Paskah. Setelah itu, Polri dan TNI masih akan meningkatkan deteksi dan pencegahan dini terhadap kerawanan. “Ini untuk memberikan rasa aman bagi masyarakat,” kata dia.
Pada saat yang sama, Detasemen Khusus 88 Antiteror (Densus 88) Polri menangkap puluhan orang yang diduga terlibat dalam aksi L dan YSF di berbagai kota di Indonesia. Hingga kini, 16 di antaranya ditangkap di Makassar. Pemeriksaan masih berlangsung dan penangkapan masih sangat mungkin berlanjut.
Kasih
Uskup Agung Makassar Johannes Liku Ada’ dalam khotbahnya mengatakan, ada dua hal yang dirayakan pada Kamis Putih. Pertama, pemberian diri Yesus sebagai korban Paskah untuk membebaskan umat Kristiani dari perhambaan terhadap dosa. Kedua, Yesus memberikan teladan untuk saling mengasihi tanpa pamrih dengan membasuh kaki kedua belas muridnya.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Uskup Agung Makassar Johannes Liku\' Ada (kiri) berbincang dengan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, Senin (29/3/2021), di halaman Katedral Hati Yesus yang Mahakudus Makassar.
Menurut dia, kasih itu tak bisa disangkal dalam peristiwa serangan bom bunuh diri pada Minggu Palma. “Kalau kita tanyakan kepada saudara-saudari kita yang menjadi korban, seperti Cosmas, apa yang mereka alami itu? Jawabannya kita temukan dalam perayaan inti hari ini: Yesus mencintai kita sampai sehabis-habisnya,” kata Johannes.
Johannes menambahkan, kasih ilahi itu juga terpancar melalui simpati dan belarasa saudara lintas agama. Sehari pascaserangan, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas bertandang bersama para pemuka agama di Makassar. Ia menjabat tangan Uskup, lalu berkata, “Jangan takut, kalian tidak sendiri.”
Forum organisasi Islam di Makassar juga bersepakat mengutuk aksi teror tersebut. Pernyataan itu mereka kemas dalam baliho-baliho besar yang dipasang di area pusat kota Makassar.
Johannes mengakui, tidak mudah memaafkan aksi kedua teroris itu. Namun, umat Kristiani ia harap bisa meneladani Yesus, yaitu mengasihi semua orang tanpa pamrih, termasuk yang menganggap mereka musuh.
KOMPAS/KRISTIAN OKA PRASETYADI
Anggota Brimob berjaga di depan Katedral Hati Yesus yang Mahakudus Makassar, Senin (29/3/2021).
Ke depan, Johannes berharap dialog lintas agama dapat diintensifkan. Umat beragama di Makassar dapat menggali kembali sejarah kota yang pada abad 16-17 menjadi komunitas yang sangat terbuka dan toleran. Hal itu sempat berubah saat pendirian Darul Islam/Tentara Islam Indonesia. “Impian Kahar Muzakkar tampaknya belum sepenuhnya hilang,” kata dia.
Menag Yaqut berharap teror-teror serupa tidak terulang. Untuk itu, semua umat beragama harus bahu-membahu. Pemuka-pemuka agama pun wajib mengembalikan agama ke fungsinya semula, yaitu menciptakan damai dan kasih sayang.
“Tidak ada agama yang mengajarkan kekerasan dan teror. Saya harap nilai ini bisa dikembalikan dan disampaikan oleh para pemuka agama kepada umatnya. Dengan begitu, Indonesia bisa semakin tenang dan nyaman buat kita semua,” ujar Yaqut.
Aksi L dan YSF gagal mencapai target kehancuran yang mereka harapkan. Bara rasa takut juga langsung dipadamkan oleh seruan kasih dan toleransi. Tugas selanjutnya bagi masyarakat adalah mencegah radikalisme agama, sedangkan pemerintah menumpas kelompok teroris hingga ke akar-akarnya.