Temui Ketum PP Muhammadiyah di Yogyakarta, AHY Bahas soal Kebangsaan
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono menemui Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir di Yogyakarta, Sabtu (3/4/2021). Persoalan kebangsaan menjadi pembahasan kedua belah pihak dalam pertemuan itu.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengunjungi Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Yogyakarta, Sabtu (3/4/2021). Dalam kesempatan itu, ia bertemu Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir. Persoalan kebangsaan menjadi pembahasan kedua belah pihak dalam pertemuan itu.
”Diskusi tadi terkait berbagai hal. Isu-isu di Indonesia beberapa tahun ke depan dan isu-isu kebangsaan. Kami berterima kasih dan terus mengapresiasi sikap perjuangan Muhammadiyah yang ingin mengokohkan persatuan di negeri ini,” kata Agus seusai pertemuan yang berlangsung lebih dari satu jam itu.
Ada empat hal utama yang menjadi topik pembahasan. Mulai dari penegakan demokrasi, Pancasila, menjaga nilai keagamaan dan kehidupan berbangsa, hingga persatuan dan kemajuan bangsa Indonesia.
Agus menyebutkan, pesan Haedar kepadanya, demokrasi menghadapi tantangan yang semakin berat di Indonesia. Tantangan itu tidak akan hilang begitu saja, tetapi bakal terus-menerus muncul. Diharapkan, segenap anak bangsa bisa bersama-sama merawat demokrasi dengan semangat yang masih berpijak pada konstitusi.
Lebih lanjut, Agus juga diminta ikut menjaga Pancasila sebagai konsensus bersama. Pancasila hendaknya tidak sekadar diucapkan, tetapi juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
”Kita berharap, jangan sampai Pancasila jadi sekadar pelabelan untuk satu kelompok melawan kelompok lain. Pancasila justru sebagai melting pot yang mengakomodasi berbagai keragaman di Indonesia,” kata Agus.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, lewat keterangan tertulisnya, turut berpesan pentingnya menjaga agama dan etika sebagai nilai dasar dan luhur dalam berbangsa dan bernegara. Agama bukan hanya urusan primordial antara pemeluk agama dan Tuhan, melainkan juga mengenai nilai kebaikan, keselamatan, kedamaian, yang menyatu dalam nadi bangsa Indonesia.
Terkait hal tersebut, Haedar menyatakan, elite politik berperan penting mewujudkannya. Mereka harus menjadi contoh dan teladan bagi masyarakat. Elite politik harus berkomitmen dalam persatuan dan kemajuan Indonesia.
”Indonesia eksis ketika kita bersatu dalam perbedaan. Secara umum, kita harus ada dalam kolektivitas. Terikat dalam persatuan. Tokoh politik harus merawat persatuan, jangan menganggap enteng persatuan,” ujar Haedar.
Ia melanjutkan, partai politik juga hendaknya memiliki komitmen ikut serta memajukan bangsa. Sebab, bangsa ini memiliki potensi besar. Perlu ada sistem yang bisa memacu diri agar Indonesia kelak bisa menjadi negara maju.
”Partai politik harus punya komitmen memajukan bangsa ini. Jangan berhenti pada usaha untuk kepentingan politik masing-masing dan lupa bahwa kita merdeka. Kita menjadi Indonesia untuk menjadi bangsa yang maju,” kata Haedar.
Legitimasi
Agus menyatakan, pertemuan kedua belah pihak sudah direncanakan sejak lama. Ia sudah punya niat menemui Haedar secara langsung. Sebelumnya, ia pernah berkunjung ke Kantor PP Muhammadiyah di Jakarta. Saat itu, Haedar hanya hadir secara daring.
”Rasanya belum afdal jika tidak bertemu secara langsung. Saya berjanji, jika ada kesempatan datang ke Yogyakarta, saya izin untuk bisa sowan secara langsung. Dan, ini terjadi,” ucapnya.
Agus menambahkan, pihaknya sangat senang dalam pertemuan tersebut. Sebab, ia tak hanya bisa bertemu dengan Haedar. Turut dihadirkan pula Ahmad ”Buya” Syafii Maarif, Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 1998-2005, secara virtual.
Haedar menyatakan, silaturahminya dengan Agus sudah lama direncanakan. Pertemuan tersebut menjadi ajang diskusi bagi kedua belah pihak untuk membahas mengenai kebangsaan dan kenegaraan.
Dihubungi terpisah, Wawan Mas’udi, pengajar ilmu politik dari Universitas Gadjah Mada, mengatakan, langkah Agus mengunjungi PP Muhammadiyah dapat dilihat sebagai upaya menunjukkan legitimasi sosial sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. Seolah, Agus ingin menegaskan sebagai pemimpin sah dari partai tersebut.
”Dia membutuhkan legitimasi sosial. Kemarin, kan, dia memastikan legitimasi formal sebagai pemimpin partai yang diakui. Itu juga dilakukan sebelumnya dengan menemui sejumlah kalangan pemerintah,” katanya.
Wawan menambahkan, di sisi lain, Agus mencoba membangun komunikasi politik yang lebih luas. Diharapkan, komunikasi politik yang dilakukan menjadi modal awal baginya memperkenalkan diri ke publik.