Efek Dinilai Masih Normal, Kepri Lanjutkan Penggunaan Vaksin AstraZeneca
Dinas Kesehatan Kepulauan Riau tetap melanjutkan penggunaan vaksin AstraZeneca. Kejadian pascaimunisasi seperti demam, menggigil, nyeri tulang, mual, dan muntah, disebut normal pada 5-10 persen penerima.
Oleh
PANDU WIYOGA
·4 menit baca
BATAM, KOMPAS — Dinas Kesehatan Kepulauan Riau tetap melanjutkan penggunaan vaksin Covid-19 merek AstraZeneca. Kejadian pascaimunisasi seperti demam, menggigil, nyeri tulang, mual, dan muntah, disebut normal pada 5-10 persen penerima. Warga yang mengalami gejala itu diminta tidak panik dan disarankan segera berkonsultasi dengan dokter yang telah ditunjuk.
Kepala Dinas Kesehatan Kepri Mohammad Bisri, Selasa (30/3/2021), mengatakan, efek simpang (adverse effects) yang dirasakan setelah mendapat suntikan vaksin AstraZeneca memang terbilang lebih kuat daripada efek simpang vaksin Sinovac. Namun, ia memastikan, kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) yang dialami penerima AstraZeneca itu normal dan telah diperhitungkan dalam kajian keamanan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Bisri menuturkan, dokumen izin darurat penggunaan (EUA) AstraZeneca sebenarnya telah menyebutkan KIPI berupa efek simpang dari vaksin ini tergolong sangat sering terjadi dan sering terjadi pada 5-10 persen penerima. Artinya, 1 di antara 10 penerima suntikan sangat mungkin mengalami gejala berupa demam, menggigil, nyeri tulang, mual, dan muntah.
”Vaksin seperti AstraZeneca yang punya efikasi tinggi tentu juga punya dampak efek simpang lebih kuat. Namun, semua gejala itu adalah bagian dari reaksi yang sudah diperhitungkan sebelumnya,” ujar Bisri.
Data yang dikumpulkan pada vaksin AstraZeneca dari Inggris, Brasil, dan Afrika Selatan, menunjukkan kemanjuran 74,6 persen terhadap yang disebut varian Inggris, B.1.1.7. Namun, riset yang dipublikasikan di The New England Journal of Medicine pada 16 Maret 2021, menunjukkan, AstraZeneca gagal memberikan perlindungan pada gejala ringan hingga sedang akibat varian B.1.351 dari Afrika Selatan (Kompas, 19/3/2021).
Vaksin AstraZeneca-Oxford dikembangkan AstraZeneca bersama University of Oxford di Inggris. Vaksin ini merupakan yang termurah di antara vaksin Covid-19 yang ada sehingga menjadi pilihan bagi negara-negara miskin (Kompas, 17/3/2021).
Sebelumnya, negara-negara Eropa sempat menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca karena diduga memicu pembekuan darah. Namun, belakangan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan badan regulator obat di Eropa (EMA) mengungkapkan, tidak ada bukti peningkatan kejadian pembekuan darah setelah penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca. Permasalahan terkait kualitas vaksin itu juga tidak ditemukan, baik secara keseluruhan maupun pada kode produksi (batch) tertentu (Kompas, 20/31/2021).
Pada 19 Maret, BPOM dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan bahwa vaksin AstraZeneca bisa digunakan untuk masyarakat. Manfaat pemberian vaksin Covid-19 AstraZeneca dinilai lebih besar dibandingkan dengan risiko yang ditimbulkan. Kini, Kementerian Kesehatan telah mendistribusikan vaksin ini ke tujuh provinsi, yaitu Kepri, Jakarta, Bali, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Sulawesi Utara. Bali dan Jatim mendapat pasokan paling banyak dengan 250.000 dosis.
Pada 27 Maret, Dinas Kesehatan Sulut menghentikan pemberian vaksin AstraZeneca kepada masyarakat setelah tiga hari penggunaan akibat timbulnya ratusan kasus efek simpang pascaimunisasi. Hal itu dilakukan sembari menunggu penjelasan dan pernyataan resmi dari Kementerian Kesehatan serta WHO.
Adapun di Kepri, Bisri menegaskan, penggunaan vaksin Astra Zeneca tetap dilanjutkan, meski terdapat ratusan kasus efek simpang pascaimunisasi, seperti yang terjadi di Sulut. ”Efek simpang itu sudah diperhitungkan sebelumnya. Artinya, warga tidak perlu khawatir. Kami tetap jalan terus,” ujarnya.
Pada 25 Maret, Kepri mendapat pasokan 50.000 dosis vaksin AstraZeneca. Sebanyak 35.000 dosis dialokasikan bagi warga Kota Batam. Adapun sebanyak 15.000 dosis lainnya dialokasikan untuk vaksinasi warga di Kota Tanjung Pinang dan Kabupaten Bintan.
Salah satu warga Batam, Bobi Bani (29), mengalami demam, menggigil, pusing, dan nyeri tulang, setelah mendapat suntikan pertama vaksin AstraZeneca pada 29 Maret. Namun, saat ini, kondisi Bobi berangsur membaik setelah beristirahat di rumah selama satu hari penuh.
”Saya sempat berpikir untuk minta dirawat di rumah sakit. Untungnya hari ini sudah berkurang demamnya, tetapi saya belum dapat kembali beraktivitas di luar rumah,” kata Bobi.
Gejala yang sama juga dialami Ajang Nurdin (40) yang mendapat suntikan pertama vaksin AstraZeneca bersamaan dengan Bobi di Rumah Sakit Budi Kemuliaan. ”Saya sempat demam, tetapi sudah sembuh setelah mengonsumsi parasetamol. Sekarang yang terasa tinggal nyeri di bagian lengan kiri atas tempat disuntik vaksin itu,” katanya.
Menanggapi hal itu, Bisri menyarankan warga yang mengalami KIPI untuk berkonsultasi dengan dokter yang nomor teleponnya sudah tercantum di kartu vaksinasi yang diberikan setelah mendapat suntikan pertama. Dari kasus-kasus sebelumnya, kata dia, gejala-gejala yang timbul setelah disuntik vaksin AstraZeneca biasanya akan hilang antara satu hari dan dua hari.