Kelompok ”Villa Mutiara” disebut terkait aksi bom bunuh diri Makassar, Sulsel. Pelaku dinikahkan oleh pimpinan kelompok itu enam bulan lalu dan diduga disiapkan sebagai pengantin bom bunuh diri.
Oleh
Reny Sri Ayu
·4 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Polisi terus memburu kelompok Jamaah Ansharut Daulah di Makassar, Sulawesi Selatan, yang disebut juga kelompok ”Villa Mutiara”. Kelompok ini dinyatakan bertanggung jawab atas aksi bom bunuh diri di gerbang Katedral Makassar, Minggu (28/3/2021).
Salah satu terduga pelaku yang diidentifikasi polisi berinisial L, tinggal di sebuah rumah kontrakan di Jalan Tinumbu Lorong 132, Kelurahan Bunga Ejaya, Kecamatan Bontoala. Sepanjang Senin (29/3), aparat menggeledah sejumlah rumah di kawasan padat penduduk ini. Rumah kontrakan itu, berdasarkan keterangan warga, ditempati oleh Lukman (23). Rumah terdiri atas dua petak kamar dan belum lama ditempati Lukman bersama istrinya.
Di rumah kontrakan ini, polisi menyita sejumlah barang. Beberapa barang itu harus diurai dan diledakkan. Selain rumah Lukman, polisi juga menggeledah rumah ibunya, yakni W, yang terpaut jarak sekitar 500 meter. Di rumah ibunya itu, polisi terpaksa mendobrak pintu karena rumah telah kosong ditinggal pemiliknya. Sejumlah barang juga disita dari rumah ini. Menurut warga setempat, polisi telah meminta keterangan dan memeriksa adik Lukman pada Minggu.
Polisi kemudian menggeledah rumah kontrakan lain yang ditempati seseorang berinisial R. Polisi menyebut R adalah teman dekat Lukman. Mereka sering mengikuti kajian bersama.
Kepala Polri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo, dalam keterangan pers di Markas Polda Sulsel, Senin siang, memastikan L adalah pelaku yang tewas dalam aksi bom bunuh diri pada Minggu. Kepastian ini diambil setelah tim Inafis Polri melakukan pengecekan DNA dan mencocokkan dengan data keluarga.
Adapun satu pelaku lain berjenis kelamin perempuan diidentifikasi berinisial YSF, yang tak lain istri L, dan keduanya baru menikah sekitar 6 bulan lalu. Data ini identik dengan sidik jari yang didapatkan polisi.
”L dan YSF ini enam bulan yang lalu dinikahkan oleh Rizaldy, yang merupakan anggota kelompok JAD yang ditangkap pada Januari. L ini sempat meninggalkan surat wasiat kepada orangtuanya, yang isinya mengatakan bahwa yang bersangkutan berpamitan dan siap untuk mati syahid,” kata Kapolri.
Rizaldy tewas dalam penggerebekan di Perumahan Villa Mutiara, Kecamatan Biringkanaya, Makassar, pada 6 Januari 2021. Selain Rizaldy, menantunya, Zulfikar, juga tewas dalam penggerebekan tersebut. Rizaldy terkait dengan aksi bom bunuh diri di Gereja Zolo, Filipina, pada 2018.
Saudara kandung Rizaldy adalah pelaku dalam peladakan bom di Filipina itu dan Rizaldy disebut ikut membiayai aksi kala itu. Di rumah Rizaldy di Villa Mutiara itu, kajian sering dilakukan, yang di antaranya diikuti oleh Lukman. Kelompok ini juga diketahui sering melakukan pelatihan dan mempersiapkan sejumlah aksi penyerangan dan bom bunuh diri.
Ketua RT 001 RW 002, Kelurahan Bunga Ejaya, Kecamatan Bontoala, Nuraini mengatakan, selama ini Lukman dikenal tidak terlalu bergaul dengan tetangganya. Saat kecil, Lukman tinggal di Kabupaten Maros, Sulsel, bersama orangtuanya. Rumah di Jalan Tinumbu adalah rumah kakek dan nenek dari pihak ibunya. Dia adalah anak pertama dari dua bersaudara.
”Ayahnya meninggal saat Lukman masih berusia sekitar 3 tahun dan ibunya membawanya tinggal di rumah kakeknya. Ibunya kemudian membangun rumah tak jauh dari rumah orangtuanya. Saat Lukman sudah menikah, dia mengontrak rumah petak, masih di dekat sini juga,” kata Nuraini.
Selama ini, pekerjaan Lukman tidak menentu. Informasi lain menyebut dia pernah bekerja sebagai kurir pengantar barang. Salah satu pengusaha yang menjual pakaian muslim mempekerjakan Lukman sebagai kurir. Dia disebut sering minta izin, terutama hari Minggu, untuk mengikuti pengajian. Belakangan, diketahui Lukman ikut dalam pengajian dan kajian kelompok JAD di Villa Mutiara.
Terkait perkembangan kasus ini, kata Kapolri, empat orang di Makassar sudah ditangkap, yaitu AS, SAS, MR, dan AA. Keempat orang ini memiliki peran yang sama dengan L dan YSF, dan masih dalam satu kelompok kajian Villa Mutiara. Keempat tersangka di antaranya memiliki peran untuk memberikan doktrin, kemudian mempersiapkan rencana serangan, serta berperan membeli bahan yang digunakan sebagai alat untuk bom bunuh diri.
Kapolri menambahkan, di saat bersamaan, tim Satuan Tugas Detasemen Khusus 88 Polri di Jakarta juga menangkap empat orang, dengan identitas ZA, AH, AJ, dan BS. Dari hasil penangkapan dan penggeledahan ditemukan barang bukti berupa lima bom aktif jenis bom sumbu yang siap digunakan, lima toples besar berisi aseton, H2O2, sulfur, dan termometer. Bahan-bahan ini akan diolah untuk menjadi bahan peledak. Jumlah totalnya kurang lebih 4 kilogram. Ada pula bahan peledak sudah jadi jenis TATP dengan jumlah 1,5 kilogram.
”Saat ini mereka sudah kita amankan. Adapun perannya masing-masing ada yang membeli bahan, ada yang mengajarkan, ada juga yang membuat bahan peledak hingga siap digunakan. Hingga saat ini, tim satgas wilayah Jakarta terus melakukan pengembangan untuk mengungkap pelaku-pelaku yang lain,” kata Kapolri.
Masih terkait bom Makassar, satu orang lain juga ditangkap di Bima, Nusa Tenggara Barat. Sebelumnya, ada empat orang yang ditangkap. ”Saat ini terus dikembangkan, mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa segera dituntaskan. Jadi, hingga hari ini, baik di Makassar, Jakarta, dan Bima tetap kita pantau. Jadi, kami imbau masyarakat tidak perlu khawatir,” kata Kapolri.