Wiracarita Menyelamatkan Nyawa Itu Terus Berlanjut
Tenaga kesehatan belum berhenti bertaruh nyawa. Sembari terus melacak dan mengobati kasus baru, tugas vaksinasi ada di depan mata. Jaminan ketersediaan vaksin sangat dibutuhkan guna mulusnya upaya bertahan saat pandemi.
Wiracarita tenaga kesehatan selama pandemi di Nusantara belum usai. Tugas melacak hingga mengobati pasien Covid-19 masih terus dilakukan. Pengabdian mereka bahkan bertambah saat vaksinasi harus dilakukan secepatnya. Meski sulit dan melelahkan, tenaga kesehatan belum ingin berhenti berjuang.
Sambil membuka kemejanya, seorang pengajar di Pondok Pesantren KHAS Kempek, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, merapalkan doa-doa. Dia khawatir dengan runcing jarum saat vaksinasi Covid-19 di ponpes itu, Kamis (18/3/2021).
”Wis lawas bli (sudah lama tidak) disuntik. Terakhir, SD,” katanya.
”Aja (jangan) tegang. Santai saja. Ini lebih kecil dari suntik KB (keluarga berencana) kok,” ucap Susi Maulaniandi (45). Tak lama, ia menyuntikkan vaksin Covid-19 itu. Kelakar Susi berhasil meredakan ketegangan itu. Alih-alih berteriak saat jarum menembus kulitnya, pria berpeci dan sarungan itu malah tertawa kecil.
Begitulah sekilas cara Susi menenangkan warga yang takut jarum saat divaksin. Sebisa mungkin, ia mencairkan suasana, mulai bertanya kabar hingga melempar canda seperti suntik KB. Siang itu, ia bersama empat vaksinator bertugas menyuntik vaksin pada 309 orang di Ponpes KHAS Kempek.
Bertahun-tahun menjadi tenaga kesehatan, Susi tidak asing dengan cara suntik intramuskular, lurus horizontal dan bersudut 90 derajat, pada vaksin Covid-19. Apalagi, sebelumnya, ia kerap menyuntik anak-anak dan ibu-ibu dalam program KB.
Namun, vaksinasi kali ini sangat berbeda. Ia wajib mengenakan alat pelindung diri, seperti gaun medis, masker, dan sarung tangan. Pakaian itu membuat tubuh bak dalam sauna. Gerah. Sebelum dan setelah menyuntik, tangannya juga dilumuri cairan antiseptik.
Jika imunisasi biasa kelar sebelum tengah hari, vaksinasi kali ini selesai sore hari. Petugas di Puskesmas Winong ini juga menyuntik guru, aparat desa dan kecamatan, hingga orang lain di lingkungan pesantren. Jika tidak ada jadwal vaksinasi, ia tetap sibuk mengecek kesehatan ibu dan anak di desa.
Khawatir tertular sih sering, tetapi kan saya tetap pakai APD yang safety (aman). Kami juga dapat vitamin.
Pandemi ini benar-benar menguras tenaganya. Setahun terakhir, bidan Desa Kempek itu juga bertanggung jawab jika ada warga positif Covid-19, mulai dari melaporkan kasus, melacak dengan mengunjungi rumah warga terkonfirmasi, melakukan tes usap, hingga memberikan obat.
Tidak jarang, pelacakan dilakukan dari pagi hingga pukul 20.00. Ia juga memantau kasus terkonfirmasi agar tetap mematuhi isolasi mandiri. Beberapa waktu lalu, misalnya, ia merawat tiga warga positif. Setelah isolasi dan diberi obat, kini mereka sembuh.
”Khawatir tertular sih sering, tetapi kan saya tetap pakai APD yang safety (aman). Kami juga dapat vitamin,” kata Susi yang telah menerima dua vaksin Covid-19. Ia bersyukur, suami dan anaknya yang tengah kuliah semester empat mengerti tugasnya.
Baca juga: Perjuangan Tenaga Kesehatan hingga Napas Terakhir
Ati Rohayati (47), bidan Puskesmas Winong, Cirebon, juga merasa tugasnya kali ini lebih berat dan berisiko. Ketika banyak yang menjauhi orang terpapar Covid-19, ia malah mendekat meski tak bisa akrab seperti biasanya. Untuk memberi obat, misalnya, kadang hanya digantung di pintu.
Pernah juga ia diusir secara halus oleh keluarga yang terpapar. ”Ada juga yang enggak mau swab. Kami coba ajak ngobrol. Pernah gagal tetapi kami enggak bisa apa-apa,” ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Eni Suhaeni mengatakan, vaksinator di 60 puskesmas telah siap mempercepat vaksinasi. Jika sebelumnya hanya terdapat satu tim, kini meningkat menjadi empat hingga lima tim setiap puskesmas. Satu tim berjumlah delapan petugas. Mereka terdiri dari tenaga kesehatan di bagian pendaftaran, skrining, penyuntikan, hingga observasi.
”Kendalanya, vaksin yang datang masih terbatas,” ujar Eni.
Vaksinasi tahap kedua bagi pelayan publik, misalnya, menyasar 365.925 orang. Namun, vaksin yang diterima dari pemerintah pusat hingga kini hanya untuk 73.600 orang. Lebih dari 20.000 warga telah divaksin dalam tahap kedua. Pihaknya mengatakan sudah mengajukan penambahan vaksin demi mempercepat vaksinasi.
Penambahan vaksin ini sangat vital. Pada saat yang sama, kasus Covid-19 terus bertambah. Pada Senin (22/3/2021), tercatat 70 kasus positif baru. Kasus kematian akibat positif Covid-19 di Cirebon hingga 347 orang. Sebanyak 620 orang masih menjalani isolasi.
Inisiatif
”Bu, ini sudah siang, kok belum datang? Kami masih menunggu?”
”Aduh, maaf saya lagi enggak bisa. Mungkin besok saya ke sana. Maaf, saya lagi ada keperluan.”
Begitu Nina Herlina (37), bidan di Puskesmas Klari, Karawang, menirukan percakapannya melalui telepon dengan beberapa orang yang mangkir dari jadwal penyuntikan vaksin. Hal itu kerap membuat dia dan rekannya galau. Target 80 orang yang harus disuntik vaksin setiap harinya juga tidak tercapai.
Bagi Nina, mangkirnya orang-orang yang masuk dalam prioritas vaksinasi itu jauh lebih melelahkan hati ketimbang penyuntikan itu sendiri. Hanya bertahan lima jam setelah dikeluarkan dari penyimpanan, ketidakhadiran mereka hanya akan membuat vaksin rentan tidak digunakan. Ironisnya sikap abai itu terjadi saat vaksin masih langka dan penambahan kasus baru masih tinggi.
Tidak hanya menelepon satu persatu peserta vaksinasi yang belum datang, ia juga berinisiatif membuat grup Whatsapp bagi para warga lansia tenaga kependidikan dan pedagang Pasar Kosambi. Anggota grup itu sudah disuntik vaksin, pertengahan Maret lalu. ”Grup digunakan untuk mengingatkan waktu penyuntikan kedua,” katanya.
Jumat (19/3/2021) malam, dia mengirim pesan di grup yang terdiri atas 19 warga lansia itu. ”Assalamulaikum, selamat malam. Saya bidan Nina Herlina (koordinator imunisasi) Puskesmas Klari. Mau menginformasikan bahwa jadwal penyuntikan vaksinasi Covid kedua bagi ibu/bapak (usia lebih dari 60 tahun) adalah Kamis, 8 April 2021, pukul 08.30-11.00 di Puskesmas Klari. Ditunggu bapak/ibu sesuai jadwal di atas. Semoga sehat selalu.”
Tak selang lama, beberapa anggota grup merespons Nina dengan ucapan terima kasih karena telah diingatkan. ”Harapannya mereka bisa datang sesuai dengan jadwal. Kehadiran mereka bisa meringankan tugas sekaligus pikiran kami. Ini demi kebaikan semua,” kata Nina semringah.
Baca juga: Percepat Vaksinasi, Tenaga Kesehatan Didatangkan ke Kota
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Dinkes Karawang Yayuk Sri Rahayu mengatakan, total jumlah vaksin yang telah diterima 111.500 dosis. Setiap minggu, pihaknya berkoordinasi dengan pemerintah provinsi agar mengirimkan kuota vaksin. ”Kami proaktif meminta Pemprov Jabar agar segera mengirimkan dosis vaksin. Ini untuk mengejar target percepatan vaksinasi dari pusat,” kata Yayuk.
Berdasarkan data Dinkes Karawang per Selasa (23/3/2021), jumlah tenaga kesehatan yang telah mendapatkan vaksin dosis pertama 10.956 orang. Kemudian, ada 28.992 orang dari total 86.439 orang petugas publik yang telah menerima vaksin dosis pertama. Sementara, total sasaran lansia yang akan divaksin 217.835 orang, dari jumlah tersebut 1.732 orang telah menerima vaksin.
Ke depan, perjalanan bagi 708 vaksinator, 115 dokter, 365 bidan, dan 228 perawat di Karawang masih bakal panjang. Fakta pernah ada 494 tenaga kesehatan yang tertular hingga satu rumah sakit dan lima puskesmas ditutup sementara karena muncul kasus Covid-19 tidak menyurutkan semangat mereka untuk masa depan lebih baik.
Doa untuk tenaga kesehatan
Di Kota Cirebon, vaksinasi juga berkejaran dengan penyebaran Covid-19. Setelah ditutup untuk disinfektan karena seorang positif Covid-19, petugas Puskesmas Pamitran, misalnya, langsung terjun vaksinasi. , Rabu (17/3/2021) siang, vaksinasi menyasar 139 pedagang dan petugas Pasar Pagi.
Jumlah itu melebihi rencana awal, yakni 130 sasaran. ”Sebelum ini, kami datang sosialisasi dan menangkal hoaks. Misalnya, seorang pedagang yang disuntik kejang-kejang dan meninggal. Ada juga hoaks kalau vaksin ini haram. Semua itu tidak benar,” kata Wijaya, Kepala Bagian Tata Usaha Puskesmas Pamitran.
Petugas pun rela menguras kuota pribadi untuk tethering agar data penerima vaksin bisa dikirim via daring. Seperti siang itu tidak ada jaringan internet di lokasi vaksinasi. Ketika ditanya apakah ada insentif khusus untuk petugas vaksinasi, Wijaya hanya tersenyum dan bilang, ”Alhamdulillah, kami enggak rewel.”
Jangan ragu divaksin. Islam mewajibkan sehat. Kalau enggak sehat, enggak bisa puasa, ke sekolah, dan lainnya. Nanti kalau bulan Ramadhan, vaksin tidak membatalkan puasa, yang membatalkan itu nasi lengko dan nasi jamblang.
Bagi Umaenah (47), vaksinator Puskesmas Pamitran, yang terpenting saat ini memperluas cakupan vaksinasi dan menegakkan protokol kesehatan. Dari 16 Maret hingga 14 April 2021, ada 16 jadwal vaksinasi yang melibatkan Umaenah dan petugas lainnya. ”Pulangnya bisa pukul 17.30,” kata ibu dua anak ini.
Atas semua karya mulia itu, Pengasuh Ponpes KHAS Kempek, KH Musthofa Aqiel Siroj, mendoakan para tenaga kesehatan tetap sehat demi memperluas vaksinasi. Ia juga mengajak masyarakat tidak ragu divaksin.
”Jangan ragu divaksin. Islam mewajibkan sehat. Kalau enggak sehat, enggak bisa puasa, ke sekolah, dan lainnya. Nanti kalau bulan Ramadhan, vaksin tidak membatalkan puasa, yang membatalkan itu nasi lengko dan nasi jamblang,” ujarnya.
Perjuangan vaksinator melawan penyebaran Covid-19 jelas tidak mudah. Namun, mereka belum menyerah terus berupaya menyuntikkan vaksin demi melindungi masyarakat sekaligus menginjeksi harapan keluar dari lorong gelap pandemi.
Baca juga: 75 Persen Tenaga Kesehatan Belum Mendapatkan Insentif