Tiba di Medan, Pengungsi Rohingya Berharap Ditempatkan ke Negara Ketiga
Sebanyak 36 pengungsi asing etnis Rohingya tiba di lokasi pengungsian baru di Medan. Sebelumnya, mereka ditampung di Lhokseumawe, Aceh. Mereka berharap segera ditempatkan ke negara ketiga.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Sebanyak 36 pengungsi asing etnis Rohingya tiba di lokasi pengungsian baru di Medan, Sumatera Utara, Jumat (26/3/2021). Mereka sebelumnya ditampung di Lhokseumawe, Aceh, hampir setahun belakangan. Pengungsi Rohingya berharap segera ditempatkan ke negara ketiga.
”Kami berterima kasih masih bisa mendapat tempat di Indonesia. Kami berharap bisa segera ditempatkan ke negara ketiga agar bisa memulai hidup kami yang baru,” kata Namasha bin Shamsul (25), di Medan.
Mereka merupakan bagian dari 92 pengungsi Rohingya yang Juni tahun lalu ditampung di Balai Latihan Kerja (BLK) Desa Meunasah Mee Kandang, Kota Lhokseumawe. Untuk mendapat tempat yang lebih layak, mereka dipindahkan secara bertahap ke Medan.
Mereka dipindahkan menggunakan bus pada Kamis malam dengan dikawal ketat aparat keamanan dan petugas kesehatan. Pada Jumat pagi, mereka tiba di tempat penampungan di sebuah rumah kos di Jalan Ikahi I, Medan. Lokasi itu merupakan kawasan kos-kosan mahasiswa Universitas Sumatera Utara.
Tiba di lokasi, pengungsi Rohingya itu pun sibuk mengeluarkan barang-barangnya dari tas besar berwarna biru bertuliskan IOM. Mereka menyusun barang-barangnya di kamar berukuran sekitar 3 meter x 4 meter.
Setiap kamar diberi fasilitas tempat tidur, lemari, kipas angin, dan kamar mandi. Mereka tampak senang. Dari beberapa kamar terdengar musik mengalun. Anak-anak pun bermain sepeda di halaman.
Kami berterima kasih masih bisa mendapat tempat di Indonesia. Kami berharap bisa segera ditempatkan ke negara ketiga agar bisa memulai hidup kami yang baru. (Namasha bin Shamsul)
Namasha mengatakan, ia, istrinya, dan anaknya yang baru berusia tujuh tahun tiba di perairan Aceh pada Juni tahun lalu. Mereka meninggalkan Myanmar karena konflik etnis.
Mereka berlayar bersama pengungsi Rohingya lainnya dari Bangladesh selama lebih dari 120 hari dengan berdesak-desakan di sebuah kapal kayu kecil. Mereka pun ditolak di sejumlah negara sampai akhirnya diterima di Aceh.
Namasha mengatakan, harapan mereka saat ini adalah bisa diterima di negara ketiga. Ia sudah menjalani wawancara awal untuk rencana penempatan di Kanada. Namun, ia belum mendapat informasi resmi kapan bisa dikirim ke negara ketiga.
Shamshull Hoque bin Nazir (25) juga berharap agar ia dan istrinya bisa ditempatkan ke negara ketiga. Ia siap ditempatkan di negara mana pun. ”Namun, sampai sekarang saya belum pernah wawancara untuk ditempatkan ke negera ketiga,” katanya.
Berdasarkan catatan Kompas, lebih dari 2.000 pengungsi asing kini ditampung di beberapa gedung di Medan. Di sekitar Jalan Ikahi I tersebut ada beberapa rumah kos bertingkat yang menjadi tempat tinggal pengungsi asing dari negara konflik, seperti Somalia, Myanmar, Irak, Iran, dan Afghanistan.
Mereka tampak hilir mudik dengan sepeda motor di kawasan itu. Beberapa berbelanja di warung atau nongkrong di kedai kopi.
Juru Bicara Satgas Penanganan Pengungsi Rohingya Marzuki mengatakan, 36 dari 92 pengungsi Rohingya dipindahkan ke Medan agar mendapat tempat yang lebih layak untuk jangka waktu yang lebih panjang. Mereka pun dipindahkan atas rekomendasi Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
”Tahap pertama dipindahkan 36 orang, yang lain akan dipindahkan pada tahap selanjutnya,” kata Marzuki.
Programme Coordinator-Emergency Response Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) Sonya Syafitri mengatakan, para pengungsi Rohingya itu akan mendapat uang saku setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar mereka. Anak-anak juga akan mendapat pembelajaran di lokasi pengungsian dan orang dewasa dilatih berbagai jenis keterampilan.
Mereka juga akan mendapat layanan kesehatan di puskesmas atau rumah sakit setempat yang telah bekerja sama dengan IOM. Pembiayaan kebutuhan hidup dasar mereka selama di Medan akan dibantu oleh European Civil Protection and Humanitarian Aid Operation (ECHO) dari Uni Eropa.
Sonya mengatakan, penempatan mereka ke negara ketiga akan diurus oleh Komisi Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR).