Stok Vaksin Terbatas, Vaksinasi di Sumsel Belum Optimal
Vaksinasi di Sumsel baru mencapai sekitar 16 persen dari sekitar enam juta warga yang menjadi sasaran. Sumsel mencapai kekebalan komunal jika 70 persen sasaran vaksinasi telah divaksin.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Vaksinasi di Sumatera Selatan belum optimal lantaran ketersediaan vaksin masih terbatas dan banyak sasaran memiliki penyakit bawaan. Hal ini dikhawatirkan akan meningkatkan risiko penularan, terutama mendekati hari raya Idul Fitri.
Kepala Dinas Kesehatan Sumsel Lesty Nurainy seusai menghadiri vaksinasi di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumsel, Kamis (25/3/2021), mengakui vaksinasi di Sumsel belum optimal. Vaksinasi baru mencapai sekitar 16 persen dari sekitar enam juta warga yang menjadi sasaran.
Kelompok kaum lanjut usia (lansia) menjadi yang terendah untuk cakupan vaksinasi, yakni baru mencapai 3 persen dari total sasaran sekitar 700.000 orang. Banyak kendala yang terjadi di lapangan, seperti sulitnya warga lansia mencapai akses tempat vaksinasi dan temuan adanya penyakit bawaan yang membuat mereka harus menunda atau membatalkan vaksinasi.
Adapun untuk petugas pelayan publik, cakupan vaksinasi baru mencapai 6 persen dari 1,1 juta orang sasaran. Sementara untuk tenaga kesehatan sudah di atas 90 persen dari total sasaran 44.000 orang.
Untuk memperluas cakupan vaksinasi, lanjut Lesty, perlu peran dari pemerintah kabupaten/kota untuk berinovasi. Misalnya, bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mempermudah jangkauan vaksinasi atau mendorong perusahaan mendata karyawannya agar vaksinasi bisa lebih terfokus.
Sebenarnya, minat masyarakat Sumatera Selatan untuk mengikuti vaksinasi cukup tinggi. Hal ini terlihat dari padatnya agenda vaksinasi. Hanya saja, pelaksanaan vaksinasi harus disesuaikan dengan ketersediaan vaksin.
Pelaksanaan vaksinasi harus disesuaikan dengan ketersediaan vaksin. (Lesty Nurainy)
Untuk saat ini, Dinas Kesehatan Sumsel masih fokus melakukan vaksinasi pada kaum lansia dan petugas pelayanan publik. Adanya fatwa dari Majelis Ulama Indonesia yang memperbolehkan vaksinasi pada bulan puasa diharapkan dapat mempercepat vaksinasi di Sumsel.
Harapannya, ujar Lesty, Sumsel mencapai kekebalan komunal saat 70 persen sasaran vaksinasi yang mencapai enam juta orang telah mendapatkan vaksin. ”Jika itu terjadi, diharapkan akan tercapai kekebalan individu ataupun komunal,” ucapnya.
Epidemiolog Universitas Sriwijaya, Iche Andriyani Liberty, mengatakan, lambatnya vaksinasi di Sumsel disebabkan oleh keterbatasan vaksin. ”Mau tidak mau, kita harus mengakui Indonesia masih bergantung pada vaksin yang didatangkan dari luar negeri. Hal ini membuat penyebarannya belum menyeluruh ke semua daerah,” ucapnya.
Kurang optimalnya vaksinasi ini dapat berdampak pada meningkatnya risiko penularan. Itu bisa saja terjadi apabila masyarakat tidak taat dalam menjalani protokol kesehatan. Perlu disadari, orang yang sudah divaksinasi pun tetap berisiko tertular, apalagi yang belum.
Orang yang sudah divaksinasi pun tetap berisiko tertular, apalagi yang belum. (Iche Andriyani Liberty)
Idul Fitri
Jelang Idul Fitri, risiko penularan diprediksi bakal meningkat, dipengaruhi tingginya mobilisasi masyarakat setelah izin mudik dikeluarkan. ”Kontak erat pasti terjadi. Tidak hanya di perjalanan, tetapi juga ketika bersilaturahmi di kampung halaman,” kata Iche.
Karena itu, Iche berharap agar pemerintah benar-benar mengawasi pelaksanaan mudik, terutama di jalur darat. ”Yang saya khawatirkan adalah perjalanan lewat darat atau laut yang pengawasannya tidak seketat transportasi udara,” ujarnya.
Penjagaan di perbatasan harus ditingkatkan, misalnya dengan memeriksa kelengkapan pemeriksaan tes usap. ”Dengan ini diharapkan risiko penularan bisa ditekan,” kata Iche.
Pergerakan ekonomi
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Selatan Hari Widodo menyampaikan, salah satu syarat pergerakan ekonomi adalah efektivitas vaksinasi dan juga kesehatan masyarakat. ”Jika warga sehat, pergerakan ekonomi akan meningkat. Hal ini tentu akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat,” ucapnya.
Saat ini, lanjut Hary, geliat ekonomi Sumsel mulai terlihat dan menunjukkan tren membaik.
Pertumbuhan ekonomi Sumsel pada triwulan IV 2020 terkontraksi 1,21 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019. Angka ini lebih baik dibandingkan dengan kontraksi pada triwulan III yang mencapai 1,43 persen atau triwulan II yang terkontraksi 1,37 persen dibandingkan dengan tahun 2019.
Secara akumulatif pada tahun 2020, lanjut Hari, pertumbuhan ekonomi Sumsel memang masih terkontraksi, yakni 0,11 persen. Namun, dibandingkan dengan sejumlah daerah di Pulau Sumatera, angka ini masih cukup baik.
”Di Sumatera, pertumbuhan ekonomi Sumsel termasuk yang cukup baik. Sumsel hanya kalah satu tingkat dibandingkan dengan Bengkulu,” ujar Hari. Dia berharap, pada triwulan I tahun 2021, kondisi perekonomian Sumsel terus menunjukkan tren positif.
Hari memprediksi pergerakan ekonomi ke depan sangat bergantung pada efektivitas vaksinasi dan juga ketaatan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan. Harapannya, tren positif ini dapat konsisten dan berkelanjutan sehingga semakin banyak warga Sumsel yang tervaksinasi.
Gubernur Sumsel Herman Deru menekankan agar proses vaksinasi terus dilaksanakan, terutama menyasar petugas pelayanan publik. Tujuannya tidak lain agar perekonomian dapat berjalan dan mobilitas masyarakat dapat kembali pulih.
Dengan adanya vaksinasi, dia berharap kegiatan peribadahan pada bulan puasa dapat berjalan, termasuk silaturahmi saat Lebaran, tentu dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan. Tidak hanya itu, vaksinasi pada guru juga terus digencarkan agar pembelajaran tatap muka di Sumsel dapat segera terlaksana.