Desa Wisata di Labuan Bajo Terima Lagi Pelancong, Protokol Kesehatan Ketat
Setelah setahun terpukul pandemi, aktivitas desa wisata di kawasan Destinasi Superprioritas Labuan Bajo, NTT, kembali berjalan. Untuk mencegah penularan Covid-19, protokol kesehatan tetap diterapkan secara ketat.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·5 menit baca
LABUAN BAJO, KOMPAS — Aktivitas pariwisata di kawasan Destinasi Superprioritas Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, kembali menggeliat setelah setahun lebih terpukul pandemi. Desa-desa wisata juga sudah siap menerima wisatawan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19.
Selama pandemi, kunjungan wisata ke Manggarai Barat turun drastis. Menurut data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Barat, total wisatawan domestik dan mancanegara pada 2020 sebanyak 44.505 orang. Angka ini anjlok dari 2019 yang mencapai 256.171 orang.
Akibatnya, aktivitas pariwisata terpukul. Demikian pula dengan jasa pendukung, seperti akomodasi, kuliner, perjalanan wisata, dan transportasi. Tidak hanya di kota dan kawasan inti, kondisi serupa terjadi di desa-desa wisata sekitar Manggarai Barat.
Memasuki 2021, aktivitas pariwisata desa wisata di Manggarai Barat sudah mulai berjalan kembali. Pantauan Kompas, desa-desa wisata di Kecamatan Komodo dan Mbeliling, misalnya, sudah kembali menerima wisatawan.
Di Desa Komodo, misalnya, menurut pemandu wisata setempat, Mardona, sudah ada wisatawan yang datang. Sepanjang 2021, sudah sekitar 30 wisatawan berkunjung. Mayoritas dari mereka pelancong lokal atau domestik.
”Kalau dibandingkan dengan sebelum pandemi, memang sangat berbeda. Dulu bisa 40 orang sebulan. Juga sampai ada yang menginap di homestay. Tetapi sekarang homestay kosong,” kata Mardona, Kamis (25/3/2021).
Desa Komodo berada di kawasan Taman Nasional Komodo. Desa ini bisa dijangkau menggunakan transportasi laut dari Labuan Bajo. ”Wisatawan yang datang ke sini masih melakukan sejumlah aktivitas seperti berkeliling desa atau masuk jalur trekking untuk melihat komodo,” kata Mardona.
Sementara itu, di Kecamatan Mbeliling, salah satu desa wisata yang telah menerima kembali wisatawan adalah Desa Wisata Adat Liang Ndara. Liang Ndara berada 20 kilometer perjalanan darat tenggara Labuan Bajo, ibu kota Manggarai Barat.
Di desa ini, menurut Kepala Desa Liang Ndara, Karolus Vitalis Ikun, total kunjungan sudah mencapai 4.000 orang pada 2021. Mereka didominasi wisatawan Nusantara.
Menurut Karolus, mereka telah mendapatkan sertifikasi desa wisata berkelanjutan, terutama pada kegiatan budaya, termasuk kuliner, usaha mikro, kecil, dan menengah, serta alam.
Saat Kompas berkunjung ke desa itu, aktivitas budaya paling terlihat, mulai dari prosesi penyambutan dan penerimaan wisatawan secara adat. Setelah itu, wisatawan diajak melihat langsung pertunjukan tarian Caci di Sanggar Riang Tanah Tiwa. ”Kami punya enam sanggar. Dua milik sekolah dan empat milik masyarakat,” kata Karolus.
Menurut Karolus, seluruh elemen warga antusias mendukung desa wisata yang sudah memiliki sanggar tari sejak tahun 1990-an itu. Pemerintah desa, pengelola sanggar tari, kelompok sadar wisata, hingga warga lain terlibat langsung maupun tidak langsung dalam jasa wisata.
”Kami memang sangat rindu pariwisata kembali normal. Oleh karena itu, kami juga sudah mulai bergerak kembali, misalnya mulai mengambil bahan baku dari masyarakat di sini untuk produk oleh-oleh kuliner,” kata Ketua Kelompok Kuliner ”PKK Liang Dara” Martina Jaya Murni.
Kami memang sangat rindu pariwisata kembali normal. Oleh karena itu, kami juga sudah mulai bergerak kembali. (Martina Jaya Murni)
Desa Wisata Cunca Wulang yang juga berada di Kecamatan Mbeliling pun telah beraktivitas kembali. Menurut Ketua Kelompok Sadar Wisata Cunca Wulang Benediktus Situs Hartono, selama 2021, total kunjungan sekitar 800 wisatawan.
”Jumlahnya memang masih jauh dari sebelum pandemi yang mencapai 8.000 orang pada 2019. Tetapi, setidaknya sudah ada harapan,” katanya.
Menurut Benediktus, Cunca Wulang yang berada sekitar 19 kilometer di tenggara Labuan Bajo menawarkan kegiatan wisata alam berupa penjelajahan air terjun. Selain itu, ada kegiatan lain, seperti atraksi budaya dan kerajinan.
Hingga saat ini, penyebaran Covid-19 di Indonesia, termasuk Manggarai Barat, belum bisa dikendalikan. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan untuk mencegah penularan Covid-19 tanpa mematikan kegiatan ekonomi masyarakat, termasuk industri pariwisata.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pada 2021 telah melakukan Sosialisasi dan Simulasi Panduan Pelaksanaan Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan (CHSE) pada Penyelenggaraan Kegiatan Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran (MICE) di lima destinasi superprioritas di Borobudur (Jawa Tengah), Toba (Sumatera Utara), Mandalika (NTB), Likupang (Sulawesi Utara), dan Labuan Bajo.
Sebagai kelanjutan, pada 2021 juga akan ada konferensi internasional untuk mempromosikan kesiapan lima destinasi superprioritas itu ke dunia internasional.
Sejalan dengan itu, Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat juga mendorong hal serupa. Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Manggarai Barat Agustinus Rinus, penerapan konsep CHSE telah didorong pada semua usaha jasa pariwisata, termasuk desa wisata.
Menurut Agustinus, Pemerintah Kabupaten Manggarai ingin agar konsep CHSE menjadi budaya dalam pengembangan wisata mereka. Apalagi sekarang Labuan Bajo telah menjadi salah satu destinasi superprioritas.
Desa wisata yang telah berkegiatan kembali juga menyatakan siap menerima tamu dengan tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan. Menurut Mardona, di Desa Komodo, protokol kesehatan tidak hanya berlaku bagi wisatawan, tetapi juga masyarakat. ”Prokes (protokol kesehatan) sangat ketat. Tidak hanya di homestay, hampir semua rumah warga juga diminta menyediakan tempat cuci tangan,” kata Mardona.
Langkah serupa dilakukan pengelola wisata di Desa Liang Ndara. Menurut Karolus, tidak hanya fasilitas cuci tangan dan memastikan seluruh pelaksana menggunakan masker, pihaknya juga menyiapkan langkah antisipasi.
”Antisipasi itu terhadap kemungkinan terburuk. Misalnya ada wisatawan yang memperlihatkan gejala Covid-19, maka kami sudah ada kerja sama dengan pusat kesehatan terdekat untuk penanganan,” kata Karolus.
Pemerintah Kabupaten Manggarai ingin agar konsep CHSE menjadi budaya dalam pengembangan wisata mereka. Apalagi sekarang Labuan Bajo telah menjadi salah satu destinasi superprioritas. (Agustinus Rinus)
Meski perlengkapan seperti alat pengecek suhu tubuh terbatas, Desa Wisata Cunca Wulang juga berupaya tetap patuh pada protokol kesehatan. ”Kami mewajibkan cuci tangan dan penggunaan masker. Juga berkoordinasi dengan layanan kesehatan untuk antisipasi hal darurat terkait Covid-19. Sejauh ini memang belum ada kasus,” kata Benediktus.
Benediktus optimistis pariwisata di Labuan Bajo akan menggeliat kembali. Apalagi dengan berbagai upaya yang dilakukan, termasuk vaksinasi.