Pembelajaran Daring Disebut Tidak Optimal, Cirebon Bakal Buka Sekolah
Pembelajaran jarak jauh melalui daring di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, berdampak negatif bagi anak. Pemkab pun ingin membuka sekolah tatap muka. Namun, ada sejumlah kendala.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS – Pembelajaran jarak jauh melalui daring di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, disebut tidak optimal. Pemkab Cirebon akan menerapkan pembelajaran tatap muka jika seluruh guru divaksin dan penyebaran Covid-19 terkendali. Namun, hingga kini, Cirebon kekurangan vaksin.
Berdasarkan evaluasi Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon setahun terakhir, pembelajaran jarak jauh akibat pandemi Covid-19 berdampak negatif pada pelajar. “Anak jadi malas, melawan orangtuanya, tidak disiplin, dan lainnya,” kata Kepala Disdik Kabupaten Cirebon Asdullah Anwar setelah rapat terkait pembelajaran tatap muka di Cirebon, Senin (22/3/2021).
Pembelajaran daring juga memicu pelajar kecanduan gawai serta merebaknya kelompok kendaraan bermotor dan anak jalanan. Dari mutu pembelajaran, survei terhadap 359 guru SMP di Cirebon menunjukkan hanya 40 persen pelajar yang memahami pelajaran via daring. Penyebabnya, metode pengajaran hingga keterbatasan fasilitas.
Itu sebabnya, pihaknya mengusulkan agar pembelajaran tatap muka di sekolah dibuka kembali. Asdullah mengklaim, sekitar 800 sekolah dasar dan 150 sekolah menengah pertama bersedia menggelar pembelajaran tatap muka dengan ketentuan tertentu.
Sekolah, misalnya, telah membangun sarana cuci tangan hingga membatasi jumlah siswa setiap kelas. Adapun total pelajar di Cirebon terdiri dari lebih kurang 250.000 siswa SD dan 90.000 siswa SMP.
Pihaknya berjanji mengawasi jalannya protokol kesehatan di sekolah secara ketat. “Kami punya pengawas di setiap sekolah. Kalau diizinkan, besok pun kami siap menggelar pembelajaran tatap muka,” ucapnya.
Terlebih lagi, pemerintah pusat berencana membuka sekolah kembali pada Juli 2021 setelah vaksinasi bagi guru tuntas. Namun, data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentang kesiapan belajar menunjukkan, baru 280.372 atau 52,44 persen sekolah yang mengisi daftar kesiapan proses belajar-mengajar di masa pandemi. Dari jumlah itu, baru 10 persen yang siap (Kompas, 19/3/2021).
Di Kabupaten Cirebon, vaksinasi untuk guru masih terbatas. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Eni Suhaeni mengatakan, belum ada data khusus jumlah cakupan vaksinasi Covid-19 bagi guru.
Sebab, datanya tergabung dengan pelayan publik lainnya, seperti aparatur sipil negara, TNI, Polri, dan warga lanjut usia. Adapun sasaran vaksinasi bagi guru mencapai 13.060 orang. Ini belum termasuk tenaga kependidikan sejumlah 13.760 orang.
“Kami menargetkan vaksinasi untuk guru selesai Mei. Tetapi, vaksinnya terbatas,” ujarnya. Vaksinasi tahap kedua bagi pelayan publik menyasar 365.925 orang. Namun, vaksin yang diterima dari pemerintah pusat hingga kini hanya untuk 73.600 orang.
Pihaknya telah mengajukan vaksin tambahan, tapi belum dikirim. "Kami berharap masyarakat juga bersedia divaksin untuk membentuk kekebalan kelompok. Sebab, siswa tidak bisa divaksin karena di bawah 18 tahun," ujarnya.
Ada kecamatan yang hari ini zona hijau, besok jadi zona merah (risiko tinggi penyebaran Covid-19)
Selain vaksinasi, Eni juga mengingatkan penyebaran Covid-19 yang belum sepenuhnya terkendali di Cirebon. Hari Senin, ada penambahan 70 kasus positif Covid-19 sehingga total kasus positif mencapai 7.145 orang. Sebanyak 843 orang atau sekitar 12 persen dari total kasus merupakan usia sekolah 6-19 tahun.
Kasus kematian akibat positif Covid-19 di Cirebon juga mencapai 347 orang. Sebanyak 620 orang juga masih menjalani isolasi. “Ada kecamatan yang hari ini zona hijau (tidak ada kasus Covid-19) besok jadi zona merah (risiko tinggi penyebaran Covid-19),” ujarnya.