logo Kompas.id
Nusantara”String Art”, Seni Kreasi dari...
Iklan

”String Art”, Seni Kreasi dari Benang dan Paku

Di tangan Surip, susunan benang bisa memunculkan wajah presiden Republik Indonesia, seperti Soekarno, Megawati Soekarnoputri, dan Abdurrahman Wahid.

Oleh
VINA OKTAVIA
· 4 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/vogoy-UDQ5jOToaWz2teeTtG1xc=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F03%2Ff758508c-b8c6-49c9-8e94-8c883b2a6903_jpg.jpg
KOMPAS/VINA OKTAVIA

Surip (45), pegiat string art, sedang mengerjakan karya seni dari benang dan paku di rumahnya, di Desa Haduyang, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Minggu (14/3/2021).

Bagi Surip (45), pegiat string art asal Lampung, benang dan paku tak bisa dipandang sebelah mata. Di tangan pria itu, susunan paku dan kaitan benang ternyata mampu menjadi karya seni yang menakjubkan.

”Gallery Mbah Surip”, begitu Surip memasang papan nama di depan rumahnya yang terletak di Desa Haduyang, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Di sana, dia memajang sejumlah karya string art yang dia buat sejak lima tahun terakhir.

Karya-karya itu, antara lain, lukisan berupa wajah sejumlah tokoh besar yang pernah menjabat presiden Republik Indonesia, seperti Soekarno,  Megawati Soekarnoputri, dan Abdurrahman Wahid. Tak hanya itu, Surip juga piawai menciptakan gambar ikan hingga naga dari susunan paku dan kaitan benang.

Ketertarikan Surip pada seni yang terbuat dari benang dan paku (string art) ini sebenarnya berawal dari ketidaksengajan. Kala itu, dia melihat karya string art yang dibuat Debbie Smyth, seniman asal Inggris di Youtube.

Baca juga : Bertahan Hidup dengan Kerajinan Tangan

https://cdn-assetd.kompas.id/wkM_VSl7IgfKqcxHd523mTQZ6FQ=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F03%2Fc83b28aa-7447-4f50-9e42-0d2f1449209f_jpg.jpg
KOMPAS/VINA OKTAVIA

Surip (45), pegiat string art, sedang mengerjakan karya seni dari benang dan paku di rumahnya, di Desa Haduyang, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, Minggu (14/3/2021).

Takjub dengan karya seni itu, Surip meneruskan pencariannya tentang Debbie Smyth melalui Facebook. Dia pun menemukan bagaimana seniman perempuan itu menciptakan lukisan dari media paku dan benang dari akun media sosialnya.

Tak berhenti sampai di situ, dia juga memberanikan diri untuk menyapa Debbie Smyth melalui pesan pada Facebook. Keterbatasan berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris tak menyurutkan langkahnya belajar pada seniman string art dunia itu.

Keterbatasan berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris tak menyurutkan langkahnya belajar pada seniman string art dunia itu.

Dia pun memanfaatkan aplikasi Google Translate untuk menerjemahkan kalimat bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggiris. Dengan bantuan teknologi, komunikasi antara Surip dan Debbie Smyth berjalan lancar.

”Saya sangat senang karena ternyata direspons. Komunikasi awal terjadi sekitar tahun 2016,” ujar Surip saat ditemui di rumahnya, Minggu (14/3/2021).

https://cdn-assetd.kompas.id/kuGEnyRkdPE8W0ofrSfGgWJEvDk=/1024x1536/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F03%2Fb3f9d1bc-9fe7-47bf-ac30-ccfd906b3c0e_jpg.jpg
KOMPAS/VINA OKTAVIA

Surip (45), pegiat string art, sedang mengerjakan karya seni dari benang dan paku di rumahnya, di Desa Haduyang, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, Minggu (14/3/2021).

Dari percakapan melalui Facebook dan tutorial di Youtube, Surip mempelajari string art secara otodidak dari sudut kampung di Lampung. Untuk memperdalam pengetahuannya dengan karya seni itu, dia juga bergabung dengan komunitas string art dunia secara daring.

Para pencinta string art itu terhubung melalui grup Facebook bernama String Art Fun yang memiliki anggota sekitar 10.000 akun. Selain itu, ada pula grup String Art Patterns yang beranggotakan sekitar 17.000 akun Facebook.

Menurut dia, para seniman dan pegiat string art dari sejumlah negara itu amat terbuka dan senang berbagi ilmu. Dari mereka, Surip mendapat software yang bisa dipakai untuk membuat pola gambar melalui komputer. Setelah itu, paku disusun mengikuti pola dan benang dikaitkan pada susunan paku.

Iklan

Dalam membuat karya seni itu, Surip memanfaatkan sejumlah barang bekas, seperti ban dan tripleks. Keduanya bisa dipakai sebagai media lukisan yang diletakkan di atas kain yang telah dipola dan dipaku. Surip membutuhkan waktu sekitar 3 tahun untuk bisa mahir membuat karya seni dari benang dan paku tersebut.

Baca juga : Si Mini yang Bikin Hati Selalu Gembira

https://cdn-assetd.kompas.id/va861TdHuXtzgVlq4WNGOvyfiE0=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F03%2Fe1ffd6a8-0304-4aff-bf01-78cdb75d3489_jpg.jpg
KOMPAS/VINA OKTAVIA

Surip (45), pegiat string art, sedang mengerjakan karya seni dari benang dan paku di rumahnya, di Desa Haduyang, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, Minggu (14/3/2021).

Waktu yang dibutuhkan untuk membuat satu karya bergantung pada kerumitan gambar dan besar atau kecilnya ukuran bingkai. Untuk karya sederhana, Surip biasanya bisa mengerjakan sebuah karya dalam waktu satu minggu. Namun, untuk karya yang rumit, dia bisa membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan.

Untuk karya yang rumit, dia bisa membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan.

Hingga saat itu, sudah puluhan karya seni string art yang dia ciptakan. Karya string art terbesarnya adalah lukisan tentang proses pengolahan biji kopi pada bingkai berukuran 5 meter  x 2 meter. Karya itu dihargai sekitar Rp 50 juta oleh pengusaha kopi Lampung yang memesannya.

Elkana Arlen Riswan, pemilik El’s Coffee, menuturkan, dia tertarik memesan karya string art untuk dipajang di kafenya karena karya seni dari paku dan benang tersebut sangat unik.

”Saya memberikan konsep tentang pengolahan biji kopi untuk dibuatkan karya string art,” kata Elkana.

Baca juga : Menyesap Harum Kopi Robusta di Bandar Lampung

https://cdn-assetd.kompas.id/3VH61QIM1xjFc_vs_BaTwjpcG5U=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F01%2FDSC07940_1579445762.jpg
KOMPAS/VINA OKATAVIA

Suasana di salah satu kedai kopi di Bandar Lampung, Minggu (19/1/2020). Gaya hidup minum kopi membuat usaha kedai kopi semakin berkembang di Lampung.

Anak difabel

Saat membuat karya tersebut, Surip kerap membawa Chandra, anak laki-lakinya, yang merupakan seorang penyandang disabilitas untuk belajar string art. Cara itu dia gunakan untuk melatih motorik anaknya yang menderita lumpuh otak atau celebral palsy. Kelainan syaraf otak tersebut membuat Chandra kesulitan berjalan di usianya yang menginjak enam tahun.

Selain itu, sejak empat bulan terakhir, dia juga mengajari string art pada anak-anak penyandang disabilitas lain yang dikenalnya. Hingga saat ini, ada dua anak yang kerap didampingi Surip. Bahkan, satu di antaranya sudah menghasilkan karya seni string art berupa gambar wajah Presiden Joko Widodo.

Anak itu adalah Reyhan (16), penyandang disabilitas yang dikenal Surip secara tidak sengaja melalui Facebook. Pada Desember 2020, Surip mengunjungi rumahnya di Kabupaten Pesawaran, Lampung. Pertemuan itu berlanjut pada rutinitas belajar string art.

https://cdn-assetd.kompas.id/JDIa0RAhikVETr7V2Q-YDHLurJk=/1024x576/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F04%2Fantarafoto-peringatan-hari-autis-sedunia-030419-rai-6_1554268511.jpg
ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI

Sejumlah anak difabel memainkan alat perkusi di Aula Timur Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Rabu (3/4/2019). Acara itu untuk memperingati hari autis sedunia dan diramaikan dengan lomba menggambar yang diikuti oleh 82 anak difabel, serta 86 kategori umum.

Saat ini, Surip juga bergabung dalam Forum Keluarga Spesial Indonesia Wilayah Lampung. Lewat jaringan itu, dia ingin lebih banyak berbagi ilmu tentang string art kepada anak-anak berkebutuhan khusus. Dia berharap akan banyak anak-anak penyandang disabilitas yang menghasilkan karya seni tersebut.

Ketua Harian Forum Keluarga Spesial Indonesia Wilayah Lampung Irma Yulianti menuturkan, anak-anak penyandang disabilitas membutuhkan pelatihan keterampilan untuk mengasah kemampuannya. Untuk itu, dia berencana mengajak Surip untuk mendampingi anak-anak disabilitas belajar string art.

Baca juga  : Kelompok Disabilitas Berkarya ”Hunting” Foto di Pabrik Tahu

Editor:
aufrida wismi
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000