Presiden Jokowi Dijadwalkan Tinjau Vaksinasi Vaksin AstraZeneca di Sidoarjo
Vaksin Covid-19 produksi AstraZeneca mulai digunakan dalam program vaksinasi nasional. Presiden Joko Widodo dijadwalkan meninjau langsung penyuntikan perdana vaksin tersebut di Sidoarjo, Senin (22/3/2021).
SIDOARJO, KOMPAS — Setelah dinyatakan manfaatnya lebih besar dibandingkan risiko yang ditimbulkan, vaksin Covid-19 produksi AstraZeneca mulai digunakan dalam program vaksinasi nasional. Presiden Joko Widodo dijadwalkan meninjau langsung penyuntikan perdana vaksin tersebut di Sidoarjo, Senin (22/3/2021).
Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo Syaf Satriawarman mengatakan vaksinasi Covid-19 menggunakan vaksin produksi AstraZeneca digelar di Pendopo Delta Wibawa dan Puskesmas Sidoarjo dengan total penerima vaksin 150 orang.
”Presiden direncanakan mengunjungi kegiatan vaksinasi di pendopo. Adapun sasaran vaksinasi ini beragam, ada anggota TNI, polri, ASN (aparatur sipil negara), tokoh agama, hingga masyarakat berusia lanjut,” ujar Syaf Satriawarman, Minggu (21/3/2021).
Syaf mengatakan, vaksin Covid-19 produksi AstraZeneca tiba di Sidoarjo, Minggu, dengan jumlah 11.000 vial atau dosis. Setiap vialnya bisa digunakan untuk vaksinasi 10 orang. Dengan demikian, total ada 110.000 penerima yang akan menjadi sasaran vaksin tersebut.
Baca juga : Vaksin AstraZeneca Bisa Mulai Digunakan di Indonesia
Sidoarjo akan mendapatkan 400.000 vial vaksin produksi AstraZeneca yang distribusinya dilakukan secara bertahap sampai dengan Mei mendatang. Pada tahap awal ini, baru 11.000 yang datang dan langsung digunakan mulai Senin. Dinkes Sidoarjo akan bergerak cepat sehingga setiap vaksin yang datang langsung didistribusikan ke tempat layanan vaksinasi dan diberikan ke penerima.
Waktu jeda berbeda
”Berbeda dengan vaksin Covid-19 Sinovac yang jeda penyuntikan antara dosis pertama dan kedua selama 14 hari, untuk vaksin AstraZeneca ini jedanya jauh lebih panjang, yakni 8-12 minggu sehingga pengaturan waktunya harus diperhitungkan agar cakupan vaksinasinya lebih tinggi,” kata Syaf Satriawarman.
Kehadiran vaksin Covid-19 dipastikan akan memperluas cakupan vaksinasi di Sidoarjo. Berdasarkan data hasil vaksinasi Covid-19 tahap 1 dan tahap 2, Provinsi Jatim per 17 Maret, jumlah sasaran vaksinasi tahap pertama untuk tenaga kesehatan di Sidoarjo 8.717 orang.
Namun, realisasi vaksinasinya 11.587 orang atau 132,92 persen. Sidoarjo menjadi kabupaten pertama di Jatim yang menuntaskan target vaksinasi tahap pertama.
Sementara itu, vaksinasi tahap kedua yang ditujukan untuk pelayan publik, jumlah sasaran yang ditetapkan 95.425 orang. Dari target sasaran tersebut, yang sudah menerima dosis pertama 31.425 orang atau sekitar 32,93 persen. Adapun yang sudah menerima hingga dosis kedua atau menuntaskan vaksinasinya 9.504 orang atau 9,96 persen.
”Tidak ada kendala untuk vaksinasi dosis kedua, hanya menunggu jadwal sesuai masa jeda. Kendala signifikan dalam upaya menyukseskan program vaksinasi Covid-19 nasional yang utama keterbatasan jumlah vaksin, bukan infrastruktur maupun sumber daya manusia,” ucap Syaf Satriawarman.
Baca juga : Sumbar Tunggu Sertifikat Halal Vaksin AstraZeneca
Setelah mengunjungi vaksinasi di Sidoarjo, Presiden Joko Widodo direncanakan mengunjungi vaksinasi vaksin produksi AstraZeneca di Kabupaten Jombang.
Bicara soal vaksinasi, capaian vaksinasi Covid-19 di Provinsi Jatim secara kumulatif adalah 1,176 juta orang, tertinggi di Indonesia. Hal itu didasarkan data Kementerian Kesehatan RI pada 17 Maret.
Juru Bicara Satgas Covid-19 Pemprov Jatim Makhyan Jibril mengatakan, hingga saat ini jumlah vaksin yang diterima 1.792.220 vial atau dosis. Dari jumlah tersebut, 1.736.960 terdistribusi ke 38 kabupaten/kota di Jatim. Adapun jumlah vaksin yang sudah digunakan 1.176.136 dosis.
Vaksinasi tahap pertama dengan sasaran tenaga kesehatan yang awalnya menyasar 189.907 orang, terealisasi 227.163 orang atau 119 persen. Hal itu terjadi karena ada tambahan sasaran vaksin dari tenaga penunjang seperti sopir ambulans dan petugas pemulasaraan jenazah.
Untuk vaksinasi tahap kedua, ada 2.070.774 pelayan publik yang menjadi target. Namun, dari jumlah tersebut, yang sudah menerima penyuntikan dosis pertama baru 539.672 orang atau sekitar 26 persennya. Sementara itu, jumlah orang yang sudah menerima penyuntikan dosis kedua 213.160 atau sekitar 10 persennya.
Upaya percepatan vaksinasi terus dilakukan karena Pemprov Jatim menyadari pentingnya vaksin bagi kelompok risiko tinggi untuk melindungi mereka dari paparan Covid-19. (Makhyan Jibril)
Capaian vaksinasi Covid-19 di Jatim menjadi tertinggi nasional karena sejak Presiden Joko Widodo menargetkan program ini harus selesai dalam kurun waktu 1,5 tahun, Pemprov Jatim berupaya keras memenuhi target tersebut. Upaya keras itu diwujudkan, di antaranya, dengan menyiapkan vaksinator jauh sebelum vaksin tiba di Tanah Air.
Baca juga : Vaksinasi Covid-19 dengan Vaksin AstraZeneca Dilanjutkan
Jatim juga menyiapkan semua fasilitas layanan kesehatannya sebagai tempat layanan vaksinasi. Bantuan sarana prasarana seperti lemari pendingin diberikan kepada pemerintah kabupaten dan kota. Untuk mempercepat realisasi vaksinasi, strategi yang dipilih tidak lain menggelar kegiatan penyuntikan vaksin secara massal.
”Upaya percepatan vaksinasi terus dilakukan karena Pemprov Jatim menyadari pentingnya vaksin bagi kelompok risiko tinggi, yakni untuk melindungi mereka dari paparan Covid-19 dan mencegah dampak yang lebih parah akibat terkonfirmasi positif,” kata Makhyan.
Meski capaian vaksinasi Jatim tertinggi nasional, secara kumulatif angkanya masih jauh dari harapan. Dari total jumlah sasaran vaksinasinasi tahap pertama maupun tahap kedua di Jatim, jumlah orang yang telah divaksin baru 27 persen.
Hal itu terjadi karena adanya sejumlah tantangan dalam pelaksanaan seperti keterbatasan jumlah vaksin dan masih kurangnya infrastruktur berupa rantai dingin di beberapa kabupaten/kota.
Makhyan mengatakan, Pemprov Jatim terus memperkuat bekerja sama dengan kabupaten/kota dalam upaya mengatasi tantangan demi percepatan cakupan vaksinasi Covid-19. Langkah itu ditempuh karena vaksinasi menjadi upaya prioritas untuk memutus sebaran Covid-19 selain melalui pembatasan kegiatan masyarakat.
Efektif
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro di wilayahnya kembali akan diperpanjang mulai 23 Maret sampai 5 April. Perpanjangan periode keempat ini dilakukan karena PPKM mikro periode pertama yang dimulai 9 Februari lalu hingga periode ketiga dinilai efektif mengendalikan sebaran Covid-19 di masyarakat.
”Beberapa hari jelang berakhirnya masa PPKM mikro periode ketiga, jumlah penambahan kasus baru harian sekitar 300 orang. Jumlah tersebut turun drastis dibandingkan sebelumnya yang mencapai 1.100 kasus per harinya,” ujar Khofifah, Minggu, di Grahadi.
Saat ini, di Jatim sudah tidak ada zona merah atau daerah dengan risiko sebaran Covid-19 tinggi. Bahkan 16 kabupaten yang sebelumnya berada di zona oranye saat ini berhasil masuk ke zona kuning. Artinya, risiko sebaran Covid-16 di daerah tersebut semakin turun.
Hasil signifikan juga didapatkan dari turunnya jumlah pasien yang dirawat. Bed Occupancy Rate (BOR) isolasi biasa yang sebelumnya sempat berada di angka 79 persen, turun menjadi 29 persen. Sementara itu, BOR ICU yang sebelumnya berada di angka 72 persen, kini turun menjadi 49 persen.