Perum Bulog Divisi Regional Lampung menargetkan menyerap 100.000 ton beras pada 2021. Dari jumlah itu, sekitar 70 persen merupakan penyerapan selama musim panen rendeng pada Maret-Mei mendatang.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Perum Bulog Divisi Regional Lampung menargetkan menyerap 100.000 ton beras pada 2021. Dari jumlah itu, sekitar 70 persen merupakan penyerapan selama musim panen rendeng pada Maret-Mei mendatang.
Hal itu disampaikan Kepala Perum Bulog Divisi Regional Lampung Faisal saat dihubungi dari Bandar Lampung, Jumat (19/3/2021). Faisal mengatakan, Bulog mulai melakukan penyerapan di sejumlah kabupaten yang telah panen sejak awal Maret 2021.
”Saat ini, Bulog Lampung sudah menyerap sekitar 3.000 ton beras. Jumlah itu termasuk besar karena biasanya panen raya dimulai pada April,” kata Faisal.
Menurut dia, penyerapan gabah ataupun beras dari petani akan lebih optimal pada April dan Mei saat sebagian besar wilayah di Lampung sudah mulai panen raya. Penyerapan itu juga dilakukan sebagai upaya untuk mencegah anjloknya harga jual komoditas pangan tersebut.
Bulog Lampung membeli beras dari petani dengan harga Rp 8.300 per kg. Adapun gabah kering giling (GKG) dibeli dengan harga Rp 5.300 per kg.
Harga jual tersebut lebih baik dibandingkan dengan harga jual gabah dan beras pada pengepul. Saat ini, harga jual padi di tingkat petani di Lampung berkisar Rp 4.000-Rp 5.200 per kg.
Stok beras yang ada di gudang Bulog Lampung saat ini juga masih mencukupi. (Faisal)
Faisal menambahkan, stok beras yang ada di gudang Bulog Lampung saat ini juga masih mencukupi. Stok beras yang tersimpan 40.000 ton. Jumlah itu setara dengan 36,3 persen dari total kapasitas gudang Bulog Lampung yang mampu menyimpan 110.000 ton.
Menurut dia, Bulog juga melakukan pembinaan terhadap petani dan para mitra kerja penggilingan untuk memenuhi standar beras Bulog. Pasalnya, beras serapan Bulog akan disimpan di dalam gudang dalam waktu cukup lama.
Selain untuk cadangan pangan, stok beras Bulog juga akan dikeluarkan untuk kegiatan operasi pasar saat terjadi fluktuasi harga pangan. Selain itu, Bulog juga bisa membantu pemerintah daerah menyediakan pasokan beras untuk keperluan bantuan sosial.
Meningkat
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung, pada 2020, produksi padi di Lampung mencapai 2,65 juta ton gabah kering giling (GKG). Jumlah itu meningkat 486.200 ton atau 22,47 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat 2,16 juta ton.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura Lampung Kusnardi menjelaskan, kenaikan produksi padi sepanjang 2020 dipengaruhi oleh berbagai faktor. Selain luas panen yang bertambah, perbaikan irigasi dan musim hujan yang lebih panjang juga membuat petani bisa menanam padi lebih dari satu kali dalam dua tahun.
Pada 2020, luas panen padi di Lampung mencapai 545.150 hektar. Luasan itu meningkat 17,46 persen dibandingkan dengn tahun sebelumnya yang tercatat 464.100 hektar.
Sementara itu, potensi produksi padi pada periode Januari-April 2021 diperkirakan mencapai 1,36 juta ton GKG. Jumlah itu meningkat 61,57 persen ketimbang periode yang sama tahun lalu.
Menurut dia, stok pangan untuk masyarakat Lampung mencukupi. Bahkan, dengan produksi yang melimpah itu, Lampung bisa menyuplai sekitar 1,5 juta ton beras untuk daerah lain yang membutuhkan.