Kecepatan dan prioritas menjadi sarana bagi Satuan Tugas Covid-19 Jawa Timur untuk menyelesaikan vaksinasi kepada kelompok sasaran demi mewujudkan kekebalan kelompok.
Oleh
AMBROSIUS HARTO/AGNES SWETTA PANDIA/RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Satuan Tugas Covid-19 Jawa Timur telah melaksanakan vaksinasi tahap pertama dan kedua yang untuk sementara ini menggapai 1,17 juta sasaran. Jumlah yang telah menerima suntik vaksin Covid-19 setara dengan 2,8 persen dari populasi yang jumlahnya 40,67 juta jiwa.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, capaian vaksinasi di Jatim menjadi yang tertinggi sampai Kamis (18/3/2021). Di antara 38 kabupaten/kota di Jatim, untuk sementara ini Surabaya menjadi yang terdepan dengan imunisasi terhadap 200.000 orang sasaran atau 6,7 persen dari populasi 2,89 juta jiwa.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan, provinsi bermoto Jer Basuki Mawa Beya ini berusaha dengan cepat dan tepat untuk memenuhi program vaksinasi. Meski imunisasi bergantung pada kecepatan pengiriman vaksin dari pemerintah pusat, vaksin setiba di Jatim segera disalurkan dan disambut dengan pelayanan cepat oleh satuan tugas kabupaten/kota.
Jatim juga berusaha konsisten untuk memberikan vaksin kepada sasaran sesuai prioritas. Tahap pertama, vaksinasi ditujukan bagi tenaga kesehatan, pejabat utama pemerintah, TNI, dan Polri. Sasaran berikutnya, aparatur pemerintah, TNI, Polri, anggota legislatif, warga lanjut usia, tenaga pendidikan, kelompok rentan, dan tenaga kesehatan yang belum mendapat vaksin di tahap pertama.
”Kami tetap berusaha meningkatkan pelayanan agar vaksinasi bisa diselesaikan dengan cepat. Begitu ada kiriman datang, vaksin segera didistribusikan dan diberikan,” kata Khofifah yang juga mantan Menteri Sosial.
Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita mengatakan, hampir 200.000 sasaran di ibu kota Jatim tersebut telah menerima vaksin. Untuk percepatan vaksinasi, seluruh fasilitas kesehatan dikerahkan, yakni 63 puskesmas serta lebih dari 40 klinik dan rumah sakit.
”Keserentakan dapat mempercepat pelaksanaan vaksinasi,” kata Febria.
Vaksinasi merupakan salah satu upaya intervensi dalam penanganan pandemi Covid-19 yang telah berlangsung setahun dan belum mereda. Vaksinasi merupakan sarana penting untuk mencapai kekebalan kelompok dengan harapan menekan dan meredakan wabah.
Kami tetap berusaha meningkatkan pelayanan agar vaksinasi bisa diselesaikan dengan cepat. Begitu ada kiriman datang, vaksin segera didistribusikan dan diberikan. (Khofifah Indar Parawansa)
Epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, mengharapkan masyarakat dan aparatur tidak sangat bergantung pada vaksinasi. Vaksin bukanlah obat pemusnah Covid-19, melainkan mekanisme yang diharapkan berjalan akan mampu menurunkan risiko bahaya pandemi.
Tetap gencar
Windhu meminta satgas tetap gencar dalam pengetesan, pelacakan, dan perawatan (test, tracing, treatment). Pengetesan massal dengan pemeriksaan sampel PCR tetap penting, terutama terhadap individu yang belum pernah dites guna mencari kasus-kasus baru yang selama ini tenggelam. Pelacakan tentu diperlukan untuk mencari potensi orang lain yang terjangkit karena kontak dekat dengan pasien Covid-19. Penanganan untuk menekan risiko kematian seseorang.
”Selain itu, sosialisasi dan penegakan protokol kesehatan serta mekanisme pembatasan sosial masih perlu ditingkatkan,” kata Windhu.
Mengutip laman resmi http://infocovid19.jatimprov.go.id/, sejak 17 Maret 2020 sampai dengan yang terkini, Covid-19 telah menjangkiti 135.803 warga. Mayoritas atau 124.044 orang sembuh, sedangkan 9.578 orang meninggal. Masih ada 2.181 orang dalam perawatan. Tingkat kesembuhan 91,3 persen, sedangkan tingkat kematian 7 persen.
Di Jatim, telah diperiksa 1,18 juta sampel tes usap PCR. Namun, jumlah itu tidak linier dengan individu. Seseorang bisa mengikuti tes PCR beberapa kali karena prasyarat untuk pencegahan. Jika dibagi dengan rentang setahun atau 365 hari, dalam sehari di Jatim ada pemeriksaan untuk 3.233 sampel PCR. Jumlah ini masih di bawah kapasitas beberapa laboratorium yang secara gabungan bisa memeriksa lebih dari 10.000 sampel dalam sehari.