Presiden Resmikan Bandara Buntu Kunik, Toraja-Makassar Tak Lagi Sembilan Jam
Kehadiran bandara di Tana Toraja diharapkan bisa mendorong geliat pariwisata di daerah ini. Efisiensi waktu perjalanan juga diharapkan membuat mobilitas orang dan barang meningkat.
Oleh
Reny Sri Ayu
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Mobilitas warga dan potensi pariwisata di Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan, semakin terbuka dengan beroperasinya Bandara Buntu Kunik. Makassar-Toraja, yang sebelumnya harus ditempuh 9-10 jam perjalanan darat, kini hanya dibutuhkan sekitar 50 menit.
Bandara Buntu Kunik di Tana Toraja diresmikan Presiden Joko Widodo, Kamis (18/3/2021). Secara simbolis, Presiden juga meresmikan Bandara Pantar, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Dalam kunjungan ke Sulsel, Presiden didampingi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi serta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono.
Presiden tiba di Makassar, Kamis pagi, dengan pesawat kepresidenan dan langsung melanjutkan penerbangan ke Tana Toraja. Seusai meresmikan bandara, Presiden meninjau vaksinasi di Puskesmas Ge’tengan.
Dari Toraja, Presiden Jokowi menghadiri vaksinasi massal untuk guru di salah satu hotel di Makassar. Selanjutnya, Presiden meresmikan kolam regulasi Nipa-Nipa di Kabupaten Maros sebelum kembali ke Jakarta.
Bandara Buntu Kunik yang diresmikan Presiden rampung pertengahan 2020. Wings Air menjadi maskapai pertama yang mendarat. Selain itu, ada Citilink yang sudah aktif melayani penerbangan Makassar-Toraja.
”Kita tahu, biasanya masyarakat lewat darat ke Makassar butuh waktu sembilan jam. Sekarang saya coba dengan ATR, 50 menit. Artinya, mobilitas orang, mobilitas barang akan lebih cepat. Saya juga berharap konektivitas pariwisata semakin baik dan berkembang. Akses menuju ke sini bisa langsung, baik dari Makassar, Bali, dan Jakarta, juga daerah lainnya,” kata Presiden Joko Widodo.
Micha Rainer Palli (38), warga Toraja dan pemilik usaha kopi, berharap mobilitas wisatawan akan makin meningkat. Kehadiran bandara diyakini akan membuat mobilitas pelancong lokal dan internasional makin tinggi.
”Efisiensi waktu perjalanan bisa makin singkat dan perputaran uang makin tinggi. Semoga warga juga tidak kaget jika kelak ada ledakan budaya sebagai dampak meningkatnya sektor pariwisata,” kata Micha.
Bandara Buntu Kunik yang dibangun di atas tanah seluas 141 hektar memiliki panjang landasan pacu 2.000 meter meski baru efektif sepanjang 1.700 meter. Bandara ini bisa didarati pesawat jenis ATR dengan apron seluas 94,5 meter x 67 meter dan taxiway 124,5 meter x 15 meter. Adapun luas bangunan terminal sekitar 1.000 meter persegi yang mampu menampung 150 penumpang.
Presiden mengatakan, anggaran yang digunakan untuk pembangunan bandara ini sekitar Rp 800 miliar. Untuk runway sepanjang 2.000 meter harus memotong tiga bukit. Setidaknya enam juta meter kubik tanah harus dipindahkan dari bukit yang dipotong.
”Ke depan, bandara akan dimaksimalkan hingga landas pacu 2.000 meter bisa digunakan. Bandara ini diperkirakan bisa menampung 45.000 orang dalam setahun. Harapannya, jika panjang landas pacu bisa dimanfaatkan maksimal, pesawat berbadan lebar bisa mendarat dan potensi pariwisata akan makin berkembang,” kata Budi Karya.
Selain bandara, Presiden juga meresmikan kolam regulasi Nipa-Nipa di Kabupaten Maros. Kolam regulasi ini sangat penting untuk mengelola air dari aliran Sungai Tallo yang selama ini menjadi salah satu sumber banjir di Kota Makassar.
Dibangun sejak 2016 dengan anggaran Rp 320 miliar, kolam regulasi Nipa-Nipa akan mereduksi potensi banjir hingga 157 meter kubik per detik. Luapan air dari hilir Sungai Tallo ini kerap menggenangi Kota Makassar dan sekitarnya.
”Alhamdulillah, hari ini kita resmikan dan operasikan karena telah selesai dibangun. Ini adalah kolam untuk pengaturan air, terutama banjir dan genangan yang ada di Kota Makassar,” kata Presiden.
Dengan luas genangan mencapai 83,93 hektar dan berkapasitas tampung sebesar 2,74 juta meter kubik, kolam regulasi ini akan bekerja dengan menyimpan air untuk sementara waktu selama puncak banjir dan mengalirkannya kembali ke hilir Sungai Tallo.
”Sangat berfungsi meskipun nanti masih ada kolam regulasi lain yang memang harus dibangun, terutama di DAS Tallo. Kita harapkan Kota Makassar dapat bebas dari genangan. Harapannya, banjir juga bisa dikendalikan kolam regulasi di Nipa-Nipa,” kata Presiden Joko Widodo.
Selain itu, pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat juga akan melakukan normalisasi Sungai Tallo dan pembangunan tanggul sepanjang 3 kilometer pada tahun 2022.