Kalsel Adopsi Aplikasi Digital untuk Penanganan Karhutla
Aplikasi digital berbasis teknologi informasi mulai digunakan untuk mencegah dan mengendalikan kebakaran hutan dan lahan. Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan juga bakal mengadopsi aplikasi digital dari Riau dan Jambi.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan bakal mengadopsi aplikasi digital dari provinsi lain dalam upaya pencegahan dan penanganan kebakaran hutan dan lahan atau karhutla. Pemanfaatan aplikasi digital berbasis teknologi informasi itu diharapkan efektif mencegah terjadinya ataupun meluasnya karhutla.
Dalam rapat koordinasi penanganan karhutla di Banjarmasin, Senin (15/3/2021), Pemprov Kalsel menyatakan kesiapannya untuk mengadopsi aplikasi digital Lancang Kuning dari Riau dan Asap Digital dari Jambi. Dua aplikasi digital itu dinilai cukup berhasil dalam mencegah dan mengendalikan karhutla di dua provinsi tersebut.
”Dua aplikasi tersebut sudah cukup berhasil dan akan dikembangkan ke wilayah-wilayah lain, termasuk Kalsel. Kami pada prinsipnya mendukung program ini dan akan mencoba berkolaborasi,” kata Penjabat Sekretaris Daerah Provinsi Kalsel Roy Rizali Anwar.
Menurut Roy, rencana penggunaan dua aplikasi tersebut akan didetailkan lagi secara teknis dengan satuan kerja perangkat daerah ataupun instansi terkait lain. Ditargetkan pada akhir Maret 2021 ini sudah ada rencana aksi untuk penggunaannya.
”Aplikasi itu sangat bagus karena menggunakan teknologi informasi. Dengan adanya kamera pemantau atau CCTV dan jaringan internet, lokasi kebakaran lebih mudah diketahui sehingga penanganannya bisa lebih cepat,” tuturnya.
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, ada 121 desa di Kalsel yang rawan karhutla. Desa-desa itu akan jadi prioritas pemantauan dengan aplikasi digital. Pemprov Kalsel akan bekerja sama dengan perusahaan pemegang hak guna usaha (HGU) perkebunan ataupun izin pinjam pakai kawasan hutan (IPPKH) untuk merealisasikan program pencegahan karhutla secara digital.
”Perusahaan harus terlibat agar lokasi karhutla di mana pun bisa terdeteksi lebih awal. Sebelum api membesar sudah bisa dipadamkan,” ujar Roy.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan musim kemarau di Kalsel tahun ini mulai pada Mei atau Juni. Puncak kemarau diperkirakan berlangsung dari Agustus hingga Oktober. Dalam rentang waktu itu, karhutla juga diperkirakan akan masif.
Perusahaan harus terlibat agar lokasi karhutla di mana pun bisa terdeteksi lebih awal. Sebelum api membesar sudah bisa dipadamkan.
”Karhutla itu 99 persen disebabkan ulah manusia. Untuk itu, kami juga terus berupaya membangun kesadaran masyarakat dan memberikan pemahaman agar masyarakat tidak membakar lahan untuk keperluan apa pun,” kata Roy.
Kepala Biro Operasi Kepolisian Daerah Kalsel Komisaris Besar Mochamad Noor Subchan mengatakan, Polri dan TNI siap mendukung penanganan karhutla di Kalsel dengan menggunakan teknologi informasi yang terkoneksi dengan kamera pemantau dan satelit. Dengan begitu, penanganan karhutla bisa lebih cepat dan tepat.
”Ada beberapa aplikasi yang nantinya bisa diintegrasikan. Kalau aplikasi Lancang Kuning itu ibaratnya kaki, aplikasi Asap Digital itu adalah matanya. Begitu ada pantauan kejadian karhutla, petugas bisa langsung bergerak,” katanya.
Menurut Subchan, Polda Kalsel juga sudah memiliki aplikasi serupa yang dinamakan Bekantan (Berantas Kebakaran Hutan). Aplikasi itu dibuat untuk memantau karhutla di Kalsel. ”Kami juga akan coba integrasikan aplikasi Bekantan dengan dua aplikasi tersebut. Kami akan lihat dulu apakah teknologinya bisa masuk atau tidak,” ujarnya.