Fondasi Jembatan di Pantura Ambles, Jalur Surabaya-Bali di Banyuwangi Tersendat
Fondasi Jembatan Awing yang berada di jalan nasional pantura ambles akibat tergerus aliran sungai. Sejumlah kendaraan menuju Banyuwangi dan Bali dari arah Surabaya dialihkan lewat Jember.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·4 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Fondasi Jembatan Awing yang berada di jalan nasional pantura ambles akibat tergerus aliran sungai. Akibatnya, akses Surabaya menuju Pulau Bali dan sebaliknya tersendat karena pemberlakuan sistem buka tutup jalan.
Jembatan Awing terletak di Desa Alasbuluh, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi. Jembatan yang memiliki panjang sekitar 4 meter dengan lebar 6 meter tersebut melintas di atas sungai sedalam lebih kurang 5 meter.
Upaya perbaikan fondasi jembatan segera dilakukan agar lalu lintas kendaraan di jalur pantura paling timur tersebut kembali normal. Hal itu disampaikan Alfan Nurizal, Kepala Tata Usaha Pejabat Pembuat Komitmen Wilayah Situbondo-Ketapang Banyuwangi, yang ditunjuk Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sebagai pelaksana perbaikan.
”Hari ini, kami masih melihat kondisi jembatan yang masih terpasang untuk menentukan langkah-langkah lanjutan. Kondisinya, pelat jembatan masih dalam keadaan utuh. Hanya saja, fondasi berbentuk gorong-gorong di bawahnya ambles karena tergerus derasnya aliran air sungai,” ujarnya, Jumat (12/3/2021).
Alfan mengatakan, sungai yang berada di bawah jembatan merupakan sungai curah. Sungai tersebut selalu kering dan hanya teraliri air saat hujan. Namun, hujan deras yang mengguyur Banyuwangi pada Kamis (11/3/2021) menyebabkan debit air sungai sangat tinggi.
Kondisi tersebut diperparah dengan adanya lekukan sungai yang berada tepat di bawah jembatan sisi timur. Akibatnya, sebagian dinding talut sungai dan fondasi jembatan ambles.
Bahkan, sebagian halaman rumah warga yang berada di bantaran sungai juga turut longsor. Kendati demikian, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.
”Saat ini, yang dapat kami lakukan ialah memasang kantong pasir untuk mengantisipasi apabila terjadi hujan besar yang diikuti naiknya debit air sungai. Kami juga berupaya untuk mengalihkan aliran sungai ke Sungai Alasbuluh agar air tidak semakin menggerus fondasi jembatan,” tutur Alfan.
Perbaikan jembatan akan dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat karena jembatan tersebut berada di jalan nasional. Belum diketahui pasti perbaikan yang akan dilakukan.
Tim dari Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional (P2JN) Jawa Timur masih harus melakukan kajian. Salah satu kemungkinan yang akan dilakukan ialah pembangunan dam permanen di sekitar jembatan untuk mengurangi derasnya debit air sungai.
Alfan mengatakan, saat ini pihaknya masih berupaya berkoordinasi dengan kepolisian setempat untuk pengalihan arus lalu lintas. Jalan nasional yang menghubungkan Situbondo-Banyuwangi sekaligus akses untuk menyeberang ke Bali tersebut memang padat dan dan kerap dilintasi kendaraan berat.
Kondisi tersebut dikhawatirkan akan memperparah kerusakan fondasi jembatan. Saat ini, upaya pengurangan beban jalan dilakukan dengan memberlakukan sistem buka tutup. Apabila nantinya diperlukan pengalihan jalur, penyekatan sudah harus dilakukan di Panarukan, Situbondo.
Apabila nantinya diperlukan pengalihan jalur, penyekatan sudah harus dilakukan di Panarukan, Situbondo.
Skenario tersebut mambuat kendaraan dari arah utara yang hendak ke Banyuwangi harus memutar ke selatan melintasi Jember. Perjalanan dari Surabaya ke Banyuwangi melalui jalur pantura sejauh 312 km biasanya dapat ditempuh selama lebih kurang enam jam. Apabila memutar melintasi Bondowoso dan Jember, jarak tempuh menjadi 345 km dengan waktu tempuh mencapai tujuh jam.
Amblesnya fondasi Jembatan Awing cukup mengagetkan warga. Selama ini lokasi tersebut jarang banjir, bahkan sungai di bawah jembatan lebih sering kering sepanjang tahun.
”Sejak tahun 1983 saya tinggal di sini, baru kali ini melihat jembatannya tergerus. Debit sungai memang sedang tinggi-tingginya. Tidak pernah saya melihat sungai itu sederas kemarin. Kalau hari biasa, sungai itu sama sekali tidak ada airnya,” tutur Bambang Setiabudi (58) yang tinggal di seberang Jembatan Awing.
Bambang mengatakan, fondasi jembatan tersebut ambles pada Kamis (11/3/2021) sore saat hujan deras mengguyur daerah tersebut. Ia dan warga setempat sempat mendengar suara deburan air sungai disertai suara gemuruh robohnya fondasi jembatan dan dinding talut sungai. Dikhawatirkan akan memutus jembatan, jalan pantura sempat ditutup warga selama lebih kurang satu jam.
Kecamatan Wongsorejo sejatinya merupakan daerah rawan kekeringan. Sebelum tahun 2021, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi kerap menggelar program pemberian air bersih untuk warga di Wongsorejo. Namun, baru pada tahun 2021, BPBD Banyuwangi menemukan ada potensi daerah rawan banjir baru di sana.
Di Kecamatan Wongsorejo tercatat Desa Bengkak, Bangsring, Alasbuluh, dan Sidodadi sebelumnya tidak masuk wilayah rawan banjir. Namun, daerah itu kini justru berpotensi masuk dalam wilayah rawan banjir. Bahkan, kemungkinan desa-desa lain di sekitar juga masuk dalam daerah rawan banjir.
Perluasan daerah rawan banjir, lanjut Eka, terjadi karena kerusakan daerah resapan air di hulu sungai-sungai yang melintas di Kecamatan Wongsorejo. Kerusakan tersebut terjadi di Pegunungan Ijen yang pada tahun 2019 mengalami kebakaran hutan dan lahan.