Gugur Tertembak Kelompok MIT, Briptu Herlis Dimakamkan di Samping Pusara Ibunya
Jenazah Brigadir Satu Anumerta Herlis Pombili yang gugur dalam kontak tembak dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur di Palu dimakamkan di kampung halamannya di Kolaka Utara, di samping makam ibunya.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Jenazah Brigadir Satu Anumerta Herlis Pombili, yang gugur dalam kontak tembak dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur di Palu, dimakamkan di kampung halamannya di Kolaka Utara. Anggota Brimob Polda Sulawesi Tengah ini dimakamkan tepat di sebelah makam ibunya yang meninggal beberapa tahun sebelumnya.
Jenazah Briptu Herlis tiba di kampung halamannya di Kolaka Utara, Kamis (4/3/2021) sekitar pukul 12.00 Wita. Anggota Kompi 4 Tolitoli Brimob Polda Sulteng ini diterbangkan dari Palu menuju kampung halamannya di Kecamatan Pakue, Kolaka Utara, dengan helikopter.
Komandan Satuan Brimob Polda Sultra Komisaris Besar Adarma Sinaga menuturkan, setelah tiba, jenazah Herlis dibawa ke pemakaman umum di daerah tempat tinggal almarhum. Hal tersebut sesuai dengan permintaan keluarga untuk dimakamkan di sebelah pusara sang ibu.
”Dalam pengantaran jenazah, ikut juga sejumlah pejabat dan personel dari Polda Sulteng. Dari kami ada 30 personel Brimob Polda Sultra yang terlibat dalam rangkaian upacara pemakaman kedinasan. Inspektur upacara adalah Bupati Kolaka Utara Nur Rahman Umar,” kata Adarma di Kendari, Sultra, Kamis siang.
Awalnya, menurut Adarma, jenazah Briptu Herlis direkomendasikan untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kendari. Sebab, almarhum termasuk pahlawan yang berkorban hingga meninggal terkait keamanan dan keutuhan bangsa.
Akan tetapi, pihak keluarga meminta agar jenazah Herlis dimakamkan di pemakaman umum di Kolaka Utara. Mengikuti permintaan itu, pemakaman akhirnya dilakukan di lokasi sesuai permintaan keluarga besar almarhum.
Lokasi taman makam pahlawan itu jauh dari tempat keluarga besar kami, jadi diputuskan untuk dimakamkan di pemakaman umum. (Aksan)
Brigadir Kepala Aksan, kakak korban, menyampaikan, pihaknya menyatakan berterima kasih atas rekomendasi tempat pemakaman di Taman Makam Pahlawan Kendari. Akan tetapi, mengingat lokasi Kolaka Utara dan Kendari yang berjarak sekitar 200 kilometer, keluarga memutuskan agar pemakaman dilakukan di lokasi pemakaman umum terdekat.
”Lokasi taman makam pahlawan itu jauh dari tempat keluarga besar kami, jadi diputuskan untuk dimakamkan di pemakaman umum. Itu yang pertama. Yang kedua, ibu kami juga dimakamkan di pemakaman umum, jadi bisa dimakamkan berdekatan,” katanya.
Meninggalnya Briptu Herlis, kata Aksan, menjadi duka yang dalam bagi keluarga. Sebab, sang adik adalah sosok pendiam yang punya perhatian besar terhadap keluarga. Bahkan, sebelum masuk hutan untuk bertugas sehari sebelumnya, almarhum sempat menelepon sang ayah untuk mengabarkan kondisi dan situasi.
Meski demikian, ia melanjutkan, pihak keluarga ikhlas akan kejadian yang terjadi dan menyerahkan semuanya kepada Yang Kuasa. Ia berharap tidak ada lagi korban selanjutnya dari operasi yang digelar di wilayah Sulawesi Tengah.
Sebelumnya, kontak senjata terjadi di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Rabu (3/3/2021), antara aparat Satuan Tugas Operasi Madago Raya dan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Dalam kejadian ini, Briptu Herlis tewas tertembak.
Baku tembak tersebut pecah di pegunungan Desa Gayatri, Kecamatan Poso Pesisir Utara, sekitar 8 kilometer dari permukiman warga, pukul 15.30 Wita. Baku tembak bermula saat anggota Satuan Tugas Operasi Madago Raya berpatroli dan bertemu dengan anggota kelompok MIT.
”Telah gugur salah satu personel Brimob Polda Sulteng atas nama Brigadir Satu Herlis. Jenazahnya telah berada di RS Bhayangkara untuk divisum,” kata Kepala Bidang Humas Polda Sulteng Komisaris Besar Didik Supranoto di Palu.
Didik memastikan kontak senjata tersebut terjadi antara aparat dan kelompok MIT yang dipimpin Ali Kalora. Baku tembak masih serangkaian dengan kontak senjata pada Senin (1/3/2021) di Desa Tambarana, Kecamatan Poso Pesisir Utara. Namun, Didik tidak bisa memastikan kelompok itu orang yang sama yang terlibat baku tembak pada Senin, yang dipastikan ada Ali Kalora di dalamnya.
Sebelumnya, kontak senjata terjadi pada Senin yang menewaskan dua anggota MIT dan satu anggota TNI. Dua orang tersisa dari kelompok itu kemudian dikejar aparat. Salah satu dari dua orang tersebut dipastikan Ali Kalora, pemimpin kelompok MIT. ”Satuan Tugas Operasi Madago Raya masih mengejar kelompok MIT,” katanya.
Operasi Madago Raya digelar untuk mengejar anggota MIT di Poso. Operasi digelar sejak 2016 yang sebelumnya bernama Operasi Tinombala. Sejak Januari 2021, operasi itu berganti sandi menjadi Operasi Madago Raya. Tinombala merujuk nama gunung di timur Kabupaten Parigi Moutong, kabupaten tetangga Poso. Sementara madago, kata dalam bahasa Pamona, bahasa yang dipakai suku Pamona, salah satu suku di Poso, berarti ’baik hati’.
Operasi berpusat di pegunungan berhutan lebat di Kabupaten Poso, Parigi Moutong, dan Sigi. Wilayah itu merupakan medan gerilya kelompok Ali Kalora, yang diperkirakan tersisa sembilan orang setelah dua orang tewas pada Senin (Kompas, 3 /3/2021).