Pedagang di Pasar Cinde, Palembang, Mulai Divaksinasi
Sebanyak 253 pedagang Pasar Cinde, Palembang, Sumatera Selatan, divaksinasi. Pedagang termasuk dalam kelompok prioritas karena mereka masuk dalam golongan berisiko tinggi terpapar Covid-19.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS —Setelah tenaga kesehatan dan kaum lanjut usia, kini giliran 253 pedagang Pasar Cinde, Palembang, Sumatera Selatan, yang divaksinasi, Rabu (3/3/2021). Pedagang termasuk dalam kelompok prioritas karena mereka masuk dalam golongan berisiko tinggi terpapar Covid-19. Vaksinasi terhadap pedagang diharapkan dapat segera memulihkan perekonomian daerah.
Vaksinasi terhadap pedagang Pasar Cinde dilaksanakan di halaman Kantor Bank Mandiri, Jalan Sudirman, Palembang, yang berada sekitar 50 meter dari Pasar Cinde.
Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Lesty Nurainy seusai memantau pelaksanaan vaksinasi itu mengatakan, secara keseluruhan ada 273 pedagang di Pasar Cinde. Dari jumlah itu, sebanyak 253 pedagang bersedia divaksin. Dengan angka partisipasi mencapai 90 persen ini, kekebalan komunal di Pasar Cinde bisa segera terwujud.
Lesty menyebutkan, pedagang masuk dalam kelompok masyarakat dengan risiko tinggi (high risk). Itu karena setiap hari mereka harus berhadapan dengan banyak orang, terutama pembeli yang tidak diketahui apakah mereka telah terpapar Covid-19 atau belum. Karena itu, vaksinasi pedagang merupakan hal yang paling penting.
Menurut Direktur Operasional PD Pasar Palembang Jaya, Saiful, tidak mudah untuk meyakinkan pedagang agar mau divaksin. Alasannya, mereka takut akan dampak yang muncul setelah divaksin. Apalagi santer beredar kabar adanya orang yang lumpuh atau bahkan meninggal setelah divaksin.
Namun, berkat kerja sama pihak Pasar Cinde dan Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel maupun Kota Palembang, dari awalnya hanya 20 pedagang yang mau divaksinasi, kini menjadi 253 orang. Pasar Cinde menjadi contoh bagi pedagang di pasar lain di Palembang.
Ada sekitar 15.000 pedagang yang tersebar di 43 pasar di Palembang. ”Untuk waktu pelaksanaan, kami kembalikan ke Dinas Kesehatan Kota Palembang,” ucap Saiful.
Erik (27), seorang pedagang perabotan rumah tangga di Pasar Cinde, mengaku sejak awal merasa takut untuk divaksin. ”Karena saya takut jarum suntik,” ucapnya. Namun, karena merasa vaksinasi penting bagi kesehatan seluruh keluarga, akhirnya dia mau divaksinasi.
Setelah mendapat vaksin, Erik berharap bisa meyakinkan orangtuanya untuk turut divaksinasi. ”Sampai sekarang orangtua saya tidak mau divaksin. Dengan melihat anaknya divaksin dan sehat, saya harap mereka jadi mau divaksin,” kata Erik.
Belum lagi dalam transaksi jual beli, sulit sekali untuk menjaga jarak. ”Untuk itu, sejak awal saya sudah meminta agar pedagang pasar menjadi yang diprioritaskan,” tegas Herman.
Ketika para pedagang pasar divaksinasi, diharapkan perekonomian daerah bisa kembali bergerak dan segera pulih. ”Saya ingin kegiatan bisa berjalan seperti biasa dan mobilitas warga Sumsel pun bisa pulih kembali,” ujar Herman.
Kasus pedagang yang terkonfirmasi positif Covid-19 pernah terjadi beberapa kali di Palembang. Pada Juni 2020, misalnya, puluhan pedagang di Pasar Kebon Semai dan Kebun Bunga terpapar Covid-19. Akibatnya, aktivitas di pasar tersebut ditutup sementara untuk sterilisasi.
Lesty mengatakan, belum semua pedagang di Palembang bisa divaksinasi karena keterbatasan jumlah vaksin. Hingga kini jumlah vaksin yang tiba di Sumatera Selatan baru mencapai 282.900 dosis. Jumlah tersebut hanya cukup untuk diberikan kepada 141.450 warga. Karena itu, kelompok prioritas harus menjadi sasaran utama di awal.
”Vaksinasi untuk warga lansia baru digelar di Palembang. Sementara di 16 kabupaten/kota lain di Sumsel masih fokus vaksinasi pada petugas pelayanan publik,” katanya.
Vaksinasi berikutnya bergantung pada pengiriman vaksin dari pemerintah pusat. ”Kemungkinan awal Maret ini PT Bio Farma akan mengirim lagi vaksin ke Palembang. Terkait jumlah dosis, itu tergantung dari kebijakan Kementerian Kesehatan,” jelas Lesty.
Setelah pedagang pasar, ujar Lesty, sasaran vaksinasi berikutnya adalah anggota TNI dan Polri. Alasannya, mereka yang paling cepat mengumpulkan data. Setelah itu, vaksinasi menyasar kelompok masyarakat lain, seperti pejabat, wartawan, pekerja pariwisata, dan aparatur sipil negara.
Terkait cakupan vaksin untuk sumber daya manusia kesehatan, lanjut Lesty, saat ini cakupan di Sumsel sudah mencapai sekitar 85 persen dari total sasaran vaksin, yakni 49.007 orang. Ini menandakan antusiasme masyarakat untuk divaksin cukup tinggi. ”Kami berharap agar tren baik ini terus berlanjut sehingga angka partisipasi bisa melebihi batas kekebalan komunal, yakni 80 persen,” ujarnya.
Setelah pedagang, Herman meminta agar seluruh guru di Sumsel juga segera divaksinasi. Tujuannya agar kegiatan belajar-mengajar di sekolah bisa segera terlaksana. ”Banyak siswa yang rindu ingin kembali belajar di sekolah. Karena itu, vaksinasi terhadap tenaga pengajar harus dikedepankan,” ucapnya.