Selama setahun pandemi Covid-19, kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi di Sumatera Utara mengalami sejumlah adaptasi. Pesta adat, tempat wisata, dan tempat publik mencoba berubah agar bisa beradaptasi.
Oleh
NIKSON SINAGA, AUFRIDA WISMI
·4 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Selama setahun pandemi Covid-19, kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi di Sumatera Utara mengalami sejumlah adaptasi. Pesta adat, tempat wisata, dan tempat publik lainnya mencoba berubah agar bisa beradaptasi dengan pandemi.
Meskipun belum masif dan konsisten, perubahan sosial sudah mulai terjadi. Salah satu adaptasi yang terjadi di Sumut adalah pesta adat pernikahan. Pesta yang biasanya yang dilakukan dengan meriah, dihadiri banyak orang, dari pagi hingga malam, kini sudah mulai berubah dengan lebih sederhana.
Perubahan itu, antara lain, terlihat di sebuah pesta pernikahan adat Batak di Sopo Godang Jalan Sudirman, Medan, Sabtu (27/2/2021). Sebelum pandemi, pesta pernikahan di wisma itu biasanya selalu dipadati tamu. Kini, sejumlah adaptasi pun dilakukan seperti pembatasan jumlah tamu. Beberapa kamera telepon seluler tampak digunakan untuk siaran langsung acara adat melalui media sosial.
Para tamu menggunakan masker dan pelindung wajah. Tidak ada tamu yang saling bersalaman. ”Saya sebenarnya sudah beberapa bulan tidak menghadiri pesta pernikahan karena usia saya juga sudah 50 tahun. Namun, kali ini saya hadir tetapi dengan memakai masker dan face shield,” kata Tiurma Silalahi, tamu di pesta pernikahan.
Pesta adat pun kini dilaksanakan dengan lebih sederhana karena pesta harus selesai sebelum pukul 15.00, padahal biasanya acara perkawinan bisa sampai tengah malam. Acara memberikan ulos atau mangulosi dalam tradisi perkawinan Batak pun hanya dilakukan oleh saudara paling dekat. Pemberian ulos yang biasanya sampai ratusan lembar tidak dilakukan lagi secara langsung.
Adaptasi juga dilakukan dalam upacara pelepasan jenazah. Keluarga Munte di Binjai, Sumatera Utara, misalnya, menyelenggarakan upacara pelepasan jenazah keluarganya dengan fasilitas Zoom bagi pelayat dari rumah masing-masing. Upacara di rumah duka hanya dihadiri keluarga inti dan pemimpin upacara keagamaan.
Kerabat yang biasanya menyempatkan hadir dalam peristiwa kematian keluarga mengikuti acara dari rumah masing-masing di banyak daerah di Indonesia. Zoom diikuti para pelayat sejak upacara di rumah duka hingga pemakaman di pemakaman umum.
Adaptasi lainnya juga terlihat di tempat-tempat wisata di kawasan Danau Toba. Kunjungan ke Makam Raja Sidabutar dan Sigale-Gale kini tidak wajib menggunakan. ”Sebelumnya, pengunjung wajib memakai ulos karena tempat ini sakral bagi kami. Namun, sekarang kami tidak bisa memaksa karena bisa jadi media penularan kalau dipakai pengunjung secara bergantian,” kata Karmiden Sidabutar, pengelola Makam Raja Sidabutar.
Tempat-tempat cuci tangan pun kini terdapat di pelabuhan, destinasi wisata, dan sejumlah hotel di kawasan Danau Toba. Namun, disiplin masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan belum sepenuhnya bisa dilaksanakan.
Karmiden mengatakan, pihaknya wajib mengikuti protokol Covid-19 agar pariwisata bisa hidup kembali di tengah pandemi. Di awal pandemi, wisata Samosir hampir tutup total hampir enam bulan. ”Kini sudah mulai ada pengunjung meskipun masih sedikit,” kata Karmiden.
Pantauan Kompas di The Hill Hotel & Resort, Sibolangit, Deli Serdang, Sabtu, (20/2) juga menunjukkan hotel menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Para tamu diperiksa suhu tubuh dan diminta masuk dalam kabin sterilisasi sebelum masuk ke kompleks hotel.
Para petugas menggunakan masker dan hotel hanya menerima reservasi 50 persen dari kapasitas. Jumlah mengunjung yang tidak banyak membuat suasanya terbuka itu terasa lapang. Para tamu secara sadar disiplin menjaga jarak dan membawa penyanitasi tangan sendiri. Sarapan disediakan dengan menu buffet di ruangan terbuka atau diantar ke kamar.
Peningkatan disiplin masyarakat langsung bisa menekan jumlah penularan kasus baru. (Alwi Mujahit Hasibuan)
Kepala Dinas Kesehatan Sumut Alwi Mujahit Hasibuan mengatakan, adaptasi kebiasaan baru menjadi salah satu pilar utama dalam menghadapi pandemi Covid-19. ”Adaptasi kebiasaan baru sudah dilaksanakan di sejumlah tempat publik, meskipun memang belum maksimal,” kata Alwi.
Alwi mengatakan, peningkatan disiplin masyarakat langsung bisa menekan jumlah penularan kasus baru. Sebaliknya, kasus baru selalu meningkat jika mobilitas masyarakat meningkat khususnya saat ada libur panjang.
Menurut data Satuan Tugas Penanganan Covid-19, kasus positif Covid-19 di Sumut kini mencapai 24.249 kasus. Sebanyak 20.990 di antaranya telah sembuh dan 829 meninggal. Penularan paling besar terjadi di Medan, Deli Serdang, Pematang Siantar, Simalungun, dan Binjai.
Alwi mengatakan, adaptasi kebiasaan baru masih akan tetap menjadi standar di semua tempat dan acara publik meskipun vaksinasi sudah mulai dilakukan. Pelaksanaan protokol kesehatan pun diharapkan bisa mendorong percepatan pemulihan ekonomi.