Buol Rentan Gempa Besar, Kewaspadaan Harus Selalu Ditingkatkan
Kabupaten Buol dan Tolitoli, Sulteng, rawan gempa dengan potensi besar. Kewaspadaan harus selalu ditingkatkan untuk meminimalkan korban jiwa dan kerugian jika terjadi gempa besar.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·4 menit baca
PALU, KOMPAS — Gempa dengan Magnitudo 5,8 mengguncang Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah, Selasa (23/2/2021) pukul 03.22 Wita. Sejauh ini belum ada laporan kerusakan bangunan atau rumah. Buol dekat dengan sumber atau pembangkit gempa besar sehingga kewaspadaan harus selalu ditingkatkan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyebutkan, gempa tersebut berpusat di koordinat 1,47 Lintang Utara dan 122,03 Bujur Timur, tepatnya berlokasi di laut pada jarak sekitar 76 kilometer arah timur laut Kota Buol, Kabupaten Buol, Sulteng. Gempa berada di kedalaman 27 kilometer.
Gempa dirasakan dalam skala IV Modified Mercalli Intensity (MMI) di Buol yang artinya gempa dirasakan oleh banyak orang jika terjadi pada siang hari. Guncangan terasa dalam skala III MMI di Tolitoli yang artinya getaran terasa seperti ada truk yang melintas.
”Gempa terasa cukup kuat, cukup lama. Kami semua terjaga meskipun tidak terlalu panik. Alhamdulillah rumah masih aman,” kata Romi (42), warga kota Buol saat dihubungi dari Palu, Sulteng, Selasa.
Ia menuturkan, hingga pagi ini dirinya tak melihat adanya rumah atau bangunan di Kota Buol yang roboh ataupun retak. Warga di pesisir juga tidak terlihat mengungsi. Mereka beraktivitas seperti biasa.
Bupati Buol Amiruddin Rauf memastikan gempa tersebut tidak menimbulkan kerusakan rumah atau bangunan dan infrastruktur lainnya.
Hal sama disampaikan Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Palu Andrias Hendrik Johanesberdasarkan koordinasi dengan berbagai pihak di Buol. Ia menyatakan belum ada laporan kerusakan dan korban jiwa dari gempa tersebut. Untuk kejelasannya, sejumlah pihak masih mencari informasi terkait dampak gempa tersebut.
Andrian meminta warga hendaknya memeriksa dan memastikan kondisi rumah tinggalnya demi keamanan. Warga diminta untuk selalu waspada.
Dalam siaran persnya, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Bambang Setiyo Prayitno menyatakan, setelah gempa tersebut belum terpantau gempa susulan (after shock). Gempa tersebut dikategorikan dangkal akibat adanya aktivitas subduksi di Laut Sulawesi. Berdasarkan analisis mekanisme sumber gempa memiliki pergerakan naik (thrust fault).
Kepala Seksi Informasi dan Data BMKG Stasiun Geofisika Palu Hendrik Leopatty menyatakan, dengan belum adanya gempa susulan tidak bisa dipastikan apakah masih ada kemungkinan gempa besar. Sejauh ini ada jejak gempa besar di subduksi tersebut.
Ia meminta semua pihak untuk melakukan upaya mitigasi mulai dari rumah dengan memperhatikan dan memperkuat struktur atau fondasi dan kolom rumah. Benda-benda berat jangan diletakkan di plafon atau atas lemari. ”Tetapkan titik aman evakuasi di sekitar lingkungan rumah. Warga jangan panik, tetap tenang serta jangan percaya hoaks,” katanya.
Kabupaten Buol dan Tolitoli, Sulteng, serta sebagian Sulawesi Utara dekat dengan sumber gempa dari zona subduksi di Laut Sulawesi. Di zona tersebut, antara lain, tercatat pernah terjadi gempa besar dengan kekuatan M 7,7 pada 7 November 2008. Sebanyak 4 orang di Buol meninggal karena gempa tersebut. Gempa tak menimbulkan tsunami.
Dalam Peta Sumber Gempa Bumi Nasional 2017yang disusun Pusat Studi Gempa Nasional disebutkan, kecepatan pergeseran subduksi Sulawesi Utara (North Sulawesi Subduction) 42-50 milimeter per tahun. Subduksi itu memanjang di Laut Sulawesi dari wilayah Sulawesi Utara hingga di perairan wilayah Tolitoli. Di perairan Tolitoli, subduksi ini dekat dengan titik munculnya Sesar Palu-Koro Segmen Selat Makassar.
Sebelum gempa 5,8 pada Selasa ini, gempa-gempa menengah mengguncang. Pada 27 Agustus 2019, misalnya, terjadi gempa M 5 di Buol.
Dalam Peta Sumber Gempa Bumi Nasional 2017yang disusun Pusat Studi Gempa Nasional disebutkan kecepatan pergeseran Subduksi Sulawesi Utara 42-50 milimeter per tahun.
Tak merinci lokasi pemasangan, Amiruddin menyatakan pihaknya sudah menyiapkan jalur evakuasi di sejumlah tempat. Jalur itu bahkan dipasang lampu tenaga surya agar menerangi rute, terutama ketika kemungkinan buruk terjadi pada malam hari.
Romi menyebutkan, sejak gempa pada 2008, warga memiliki kewaspadaan. Namun, hal itu perlu selalu diingatkan dengan sesering mungkin melakukan simulasi sehingga warga makin tanggap gempa dan tsunami. ”Kami meminta agar kesiapsiagaan warga selalu dibangun, selalu ditingkatkan dengan simulasi dan sosialisasi. Di permukiman di pinggir pantai, saya tidak melihat adanya jalur-jalur evakuasi. Mungkin luput dari pemantauan saya,” katanya.
Wilayah pesisir Buol dan Tolitoli merupakan daerah konsentrasi permukiman warga, baik di Buol maupun Tolitoli. Kota Buol dan kota Tolitoli yang menjadi pusat aktivitas pemerintahan dan ekonomi di dua kabupaten itu juga berada di pinggir laut.
Langkah-langkah yang bisa dilakukan saat gempa terjadi, antara lain, melindungi kepala di bawah kolong meja atau material kuat lainnya untuk menghindari robohnya elemen bangunan, lari keluar ruangan dengan tetap melindungi kepala jika hal itu bisa segera dilakukan, dan menghindari bangunan atau gedung tinggi. Jika berada di pinggir pantai, begitu merasakan gempa kuat, segera menjauhi pantai untuk menghindari kemungkinan terjadinya tsunami.