Longsor di Jalan Gombel Lama Semarang, Dua Keluarga Diungsikan
Longsor terjadi di Bukit Gombel, Semarang, setinggi lebih dari 10 meter sehingga menutupi jalan yang menjadi satu-satunya akses ke pusat kota sekitar 15 meter. Kemacetan hingga 1 kilometer. Dua keluarga mengungsi.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Tanah longsor terjadi di turunan Gombel atau Jalan Gombel Lama, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (22/2/2021) sekitar pukul 17.00. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, tetapi kemacetan lebih dari 2 kilometer tak terhindarkan di jalan satu arah menuju pusat kota Semarang itu. Dua keluarga juga diungsikan.
Upaya pemulihan jalur masih dilakukan. Meski sebagian sisa material longsor berhasil dibersihkan, lalu lintas belum sepenuhnya pulih. Hingga pukul 21.00, akses utama menuju pusat kota Semarang dari arah Ungaran itu baru bisa digunakan separuh lajur.
Senin sore, Kota Semarang diguyur hujan selama dua jam hingga sekitar pukul 16.30. Bukit Gombel yang memisahkan dua jalur jalan nasional, dalam beberapa hari terakhir, menunjukkan tanda-tanda longsor di beberapa titik, tetapi selalu dapat tertangani petugas dan tak mengganggu lalu lintas.
Namun, pada Senin, terjadi longsor pada bukit dengan ketinggian lebih dari 10 meter sehingga menutupi badan jalan sepanjang sekitar 15 meter. Berdasarkan pantauan, sekitar pukul 18.30, separuh jalan nasional tersebut terpaksa ditutup. Lalu lintas kendaraan dari arah Ungaran, Kabupaten Semarang, macet lebih dari 1 kilometer.
Sri (47), warga Kelurahan Tinjomoyo, Kecamatan Banyumanik, mengatakan, kejadian berlangsung cepat. ”Terdengar suara gemuruh kecil yang ternyata longsoran. Tadi ada satu pesepeda motor kena batu, tetapi tidak apa-apa. Bisa melanjutkan perjalanan,” katanya.
Sri mengakui, setiap hujan deras dan lama, ia dan keluarganya tidak berani tinggal di dalam rumah, tetapi menunggu di teras. Dia mengaku, setiap musim hujan, lokasi di kawasan Bukit Gombel memang rawan. Namun, ia tak tahu mesti pindah ke mana.
Setiap musim hujan, lokasi di kawasan Bukit Gombel memang rawan. Namun, ia tak tahu mesti pindah ke mana. (Sri, Warga)
Isnaini (45), warga Tembalang, Kota Semarang, menuturkan, beberapa hari terakhir, di tebing pada turunan Gombel terlihat ada longsoran kecil dan air mengalir. Ia juga sudah curiga akan terjadi longsor. Pada Senin sore, perjalanannya menuju pusat Kota Semarang terhambat sekitar satu jam karena kemacetan.
Salah seorang petugas Kecamatan Banyumanik, Rendy Iswantoro, di lokasi, mengatakan, kontur tanah dan intensitas hujan tinggi menyebabkan longsor. ”Salah satu antisipasi dengan pemasangan talut di bagian bawah bukit atau di tepi jalan, terakhir pada 2019. Kalau tidak dibuatkan talut, mungkin bisa lebih parah,” lanjutnya.
Rendy menambahkan, begitu kejadian, tim gabungan langsung terjun ke lokasi guna membersihkan material longsor. Tim itu, antara lain, berasal dari Kecamatan Banyumanik, polisi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang, sejumlah sukarelawan, dan warga sekitar yang membersihkan secara manual. Namun, agar optimal, perlu alat berat untuk membersihkannya.
Hingga pukul 19.15, petugas gabungan masih membersihkan longsor dengan diangkut ke mobil bak terbuka dan truk. Pembersihan juga dibantu satu unit mobil pemadam kebakaran yang menyemprotkan air untuk membersihkan sisa material longsor. Adapun satu alat berat baru tiba pukul 19.20.
Pada 20.20, material yang dibersihkan dengan alat berat dan diangkut ke truk membuat jalan bersih dari material longsor. Namun, sedikit bebatuan yang tiba-tiba longsor sempat membuat petugas kaget. Pengawasan pun dilakukan. Sementara arus lalu lintas masih macet.
Camat Banyumanik Maryono mengatakan, ada sekitar 10 rumah di sekitar lokasi yang rawan terdampak bencana. Untuk sementara, ada dua keluarga beranggotakan tujuh orang yang dievakuasi ke rumah di perumahan PDAM. Rumah dua keluarga tersebut memang bersebelahan langsung dengan bukit yang longsor.
”Saat ini kami fokus penanganan dulu, terutama dua keluarga tersebut. Namun, setiap tahun kami memberi peringatan kewaspadaan kepada warga, terutama saat musim hujan. Daerah ini memang bekas patahan sehingga rawan,” kata Maryono.
Curah hujan di Kota Semarang sudah tidak setinggi dua pekan lalu saat menyebabkan sedikitnya delapan dari 16 kecamatan terdampak banjir. Saat itu, curah hujan 171 milimeter (mm) atau kategori ekstrem. Namun, belakangan, hujan deras sesekali masih mengguyur kota secara merata.