Seluruh Korban Tanah Longsor di Nganjuk Telah Berhasil Ditemukan
Evakuasi satu jenazah korban tanah longsor pada hari keenam operasi pencarian dan pertolongan atau Jumat (19/2/2021) di Selopuro, Ngetos, Nganjuk, Jawa Timur, melengkapi operasi SAR terhadap seluruh (21 orang) korban.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Tim terpadu menemukan satu jenazah korban tertimbun tanah longsor pada hari keenam operasi pencarian dan pertolongan atau Jumat (19/2/2021) di Selopuro, Ngetos, Nganjuk, Jawa Timur. Dengan demikian, tim terpadu berhasil menemukan dan mengevakuasi 21 orang atau seluruh korban.
Tanah longsor dari tebing runtuh merusak 15 rumah di RT 001 RW 006 Dusun Selopuro, Desa/Kecamatan Ngetos, Minggu (14/2/2021) jelang pukul 19.00 WIB. Tanah longsor setelah hujan sejak tengah hari itu menimbun 21 orang, melukai 15 orang, dan memaksa 186 warga Selopuro mengungsi.
Operasi pencarian dan pertolongan atau SAR (search and rescue) segera ditempuh beberapa saat setelah kejadian meski secara terbatas dalam jumlah personel dan peralatan. Hari pertama operasi atau Minggu malam, tim dari warga, sukarelawan taruna siaga bencana (Tagana), dan aparatur desa mengevakuasi lima korban yang dua di antaranya selamat.
Senin, evakuasi terhadap enam jenazah, sedangkan Selasa tim mengevakuasi tiga jenazah. Rabu, evakuasi terhadap satu jenazah, sedangkan Kamis tim mengevakuasi lima jenazah. Jumat ini, tim mengevakuasi jenazah Mbah Darimun (80).
”Kami sangat bersyukur karena operasi SAR kurang dari seminggu berhasil menemukan seluruh korban tertimbun,” ujar Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Surabaya Hari Adi Purnomo saat dihubungi di Surabaya.
Tim menemukan jenazah Mbah Darimun pada Jumat pukul 08.46. Korban ditemukan di Sektor A (utara). Dalam operasi pencarian dan pertolongan, tim membagi lokasi bencana menjadi Sektor A, B, dan C.
Adapun pada Kamis pukul 11.28, tim menemukan satu jenazah lelaki dewasa di Sektor B. Pada pukul 11.35, tim menemukan jenazah perempuan dewasa di Sektor A. Pukul 11.44, di Sektor A, tim menemukan jenazah lainnya, yakni perempuan dewasa. Di Sektor A lagi, pukul 12.04 ditemukan jenazah anak lelaki dan pukul 12.39 ditemukan jenazah lelaki dewasa.
Secara terpisah, Bupati Nganjuk Novi Rahman Hidayat mengatakan, operasi SAR terhadap korban direncanakan berlangsung 14 hari sebagai masa tanggap darurat bencana di Selopuro. Namun, operasi SAR bisa dihentikan saat seluruh korban telah ditemukan dan dievakuasi. Untuk selanjutnya, kawasan bencana akan direhabilitasi, tetapi bukan untuk dihuni kembali.
Menurut Novi, pemkab sedang mencari dan menyiapkan 25 hektar lahan untuk relokasi atau pemindahan 54 keluarga atau 186 jiwa warga terdampak tanah longsor. Kebutuhan lahan untuk hunian dan ladang atau sawah budidaya mencapai 25 hektar. Warga harus pindah karena tinggal di bawah tebing perbukitan di kaki Pegunungan Wilis yang merupakan kawasan dalam pengelolaan Perum Perhutani.
Kami sangat bersyukur karena operasi SAR kurang dari seminggu berhasil menemukan seluruh korban tertimbun.
Pemerintah juga menyiapkan hunian sementara agar pengungsi tidak terus-menerus tinggal di pengungsian. Rumah sementara ada di Desa Sendang Bumen, Kecamatan Berbek, di bagian hilir Kecamatan Ngetos. Di Sendang Bumen ada rumah-rumah eks hibah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Di masa lalu, rumah-rumah itu dipakai untuk program transmigrasi. Ada 80 rumah yang baru terisi separuhnya. Pengungsi dari Selopuro dapat sementara menempati 40 rumah di Sendang Bumen sampai hunian tetap selesai dibangun.
Secara terpisah, Kepala Kepolisian Resor Nganjuk Ajun Komisaris Besar Harviadhi Agung Pratama mengatakan, tim penyidik sedang memeriksa dua orang dari donor yang memberikan bantuan mi ayam untuk pengungsi tanah longsor Selopuro. Sebabnya, Kamis malam, 44 pengungsi mengeluh keracunan bahkan sampai memerlukan perawatan.
Dari 44 pengungsi yang keracunan itu, 3 orang dirawat di RSUD Nganjuk, 1 orang dirujuk ke RS Bhayangkara, 7 orang dirawat di Puskesmas Ngetos, dan 33 orang rawat jalan di Pos Pengungsian. Tim penyidik memastikan bahwa pengungsi keracunan makanan dari mi ayam sumbangan donor, bukan dari makanan minuman yang disiapkan dapur umum. Mi ayam dibagikan pada Kamis sekitar pukul 15.00 yang selepas pukul 22.00 mengakibatkan 44 pengungsi mengeluh sakit.
Harviadhi mengatakan, laporan keracunan itu membuat tim penyidik dan Inafis menguji sampel makanan termasuk mi ayam ke laboratorium. Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat kandungan formalin dalam mi ayam yang berdampak merugikan kesehatan. Tim juga memeriksa sampel mi, kuah, bumbu, saus, dan kecap. Tim menemukan tingkat formalin 10, sementara senyawa membahayakan lainnya tidak ada atau nol.
”Kandungan formalin pada mi itulah yang kami yakini membuat warga mual, muntah, dan keracunan,” kata Harviadhi.
Jika ada unsur pidana dalam pemberian bantuan makanan minuman kepada pengungsi, lanjut Harviadhi, penyelidikan akan ditingkatkan ke penyidikan. Dalam penyidikan akan ada pihak yang ditersangkakan untuk selanjutnya diperkarakan di pengadilan.