Bendungan Tapin Jadi Bagian Pengendalian Banjir di Kalsel
Bendungan Tapin di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, diresmikan Presiden Joko Widodo. Bendungan tersebut menjadi salah satu infrastruktur penting dalam pengendalian banjir di Kalimantan Selatan.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
RANTAU, KOMPAS — Presiden Joko Widodo meresmikan Bendungan Tapin di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, Kamis (18/2/2021). Bendungan yang dibangun dengan dana APBN sebesar Rp 986,50 miliar itu menjadi salah satu infrastruktur penting dalam pengendalian banjir di Kalimantan Selatan.
Bendungan Tapin berada di Desa Pipitak Jaya, Kecamatan Piani, sekitar 30 kilometer (km) dari Rantau, ibu kota Kabupaten Tapin. Bendungan ini dibangun sejak 2015 oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan mulai proses pengisian air (impounding) pada Oktober 2020.
Presiden Joko Widodo mengatakan, pembangunan Bendungan Tapin yang dilakukan sejak lima tahun lalu menghabiskan anggaran hampir Rp 1 triliun. Bendungan ini memiliki kapasitas tampung 56,77 juta meter kubik air dan berperan sangat penting dalam pengendalian banjir karena mampu mereduksi banjir sebesar 172 meter kubik per detik.
Di samping itu, bendungan juga berperan penting dalam memperkuat ketahanan pangan karena bisa menyediakan irigasi untuk lahan pertanian seluas 5.472 hektar, menyediakan air baku 0,50 meter kubik per detik, serta menghasilkan tenaga listrik 3,3 megawatt (MW).
”Karena adanya Bendungan Tapin, banjir di Kabupaten Tapin bisa dikurangi sangat drastis, hanya sebagian kecil daerah yang terkena banjir. Inilah fungsi bendungan selain untuk mengairi sawah, menghasilkan listrik dan air baku, juga dalam rangka pengendalian banjir,” kata Presiden saat meresmikan Bendungan Tapin.
Banjir di Kalsel yang terjadi pada Januari 2021 disebut-sebut sebagai bencana besar yang belum pernah dialami dalam kurun lebih dari 50 tahun. Bahkan, Pemerintah Provinsi Kalsel menyebut banjir besar ini merupakan siklus 100 tahun sekali karena pernah terjadi pada tahun 1928 di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Banjir menyebabkan 11 dari 13 kabupaten/kota terendam.
Bencana banjir dan juga tanah longsor akibat hujan ekstrem tersebut mengakibatkan 102.340 rumah penduduk terendam dan 176.290 keluarga atau 633.723 jiwa terdampak banjir. Jumlah warga yang harus mengungsi mencapai 135.656 jiwa. Bencana itu juga mengakibatkan 35 orang meninggal.
Berdasarkan catatan Pos Komando Tanggap Darurat Banjir Provinsi Kalsel, dari 11 kabupaten/kota yang terdampak banjir, Kabupaten Tapin merupakan daerah yang terkena dampak paling kecil. Banjir di Tapin hanya berdampak pada 549 keluarga atau 1.607 jiwa. Sementara di Kabupaten Banjar tetangganya, yang terkena dampak banjir mencapai 60.654 keluarga atau 275.906 jiwa.
Presiden mengatakan, banjir di Kalsel mencakup area yang sangat luas dan memerlukan penanganan yang komprehensif dari hulu sampai hilir. ”Saya titip kepada gubernur dan semua bupati agar intervensi terhadap rehabilitasi lahan itu sangat penting. Penghutanan atau penanaman kembali di lahan-lahan, terutama yang berkaitan dengan daerah aliran sungai perlu segera dilakukan secara besar-besaran kalau kita tidak mau lagi terkena banjir di masa-masa yang akan datang,” tuturnya.
Sangat efektif
Penjabat Gubernur Kalsel Safrizal ZA mengatakan, masyarakat Kalsel bersyukur atas keberadaan Bendungan Tapin. Sebelum diresmikan Presiden, bendungan ini telah bekerja dengan sangat efektif dalam pengendalian banjir di Tapin.
”Saat banjir besar lalu, salah satu keuntungan serba guna (multipurpose) dari bendungan ini adalah berhasil menahan banjir untuk Kabupaten Tapin sehingga Tapin menjadi salah satu kabupaten yang paling kecil mendapatkan efek banjir,” kata Direktur Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri itu.
Selain sebagai pengendali banjir, Bendungan Tapin juga sebagai sumber energi listrik dan pengairan sawah yang ada di hilirnya. Beberapa areal pertanian di hilirnya bahkan sudah empat kali panen. ”Dengan keberadaan bendungan ini, mudah-mudahan pertanian akan lebih meningkat bahkan nantinya mampu menjadi penyuplai pangan bagi calon ibu kota baru yang ada di Kaltim,” ujarnya.
Menurut Safrizal, beberapa infrastruktur di kabupaten lain di Kalsel hancur akibat banjir dan membutuhkan bendungan, seperti di Tapin. Beberapa yang masuk perencanaan, yaitu Bendungan Pancur Hanau di Hulu Sungai Tengah, Bendungan Riam Kiwa di Banjar, dan Bendungan Kusan di Tanah Bumbu. ”Kami berharap bendungan-bendungan itu juga dapat direalisasikan,” katanya.
Di samping itu, masyarakat dan pemerintah di Kalsel juga mengusulkan adanya pembangunan jalan lintas barat Marabahan-Rantau-Amuntai-Tanjung sebagai jalan alternatif menghubungkan kawasan metropolitan Banjarmasin serta Kawasan Industri Batulicin sampai ke lokasi calon ibu kota baru. ”Ini sangat diharapkan karena jalan transportasi satu-satunya rusak akibat banjir. Akan timbul masalah distribusi logistik kalau hanya jalan tunggal,” katanya.
Safrizal juga berharap kepada masyarakat yang ada di Tapin agar tetap menjaga keberadaan Bendungan Tapin. ”Bendungan ini merupakan salah satu proyek monumental di Kalsel. Aset ini menjadi salah satu kebanggaan Kalsel dan Kabupaten Tapin pada khususnya,” katanya.
Salah satu warga Desa Pipitak Jaya yang diajak Presiden mengobrol saat sambutan mengaku bangga dengan adanya Bendungan Tapin. ”Kami bersyukur dengan adanya bendungan ini karena dapat mengubah kehidupan masyarakat yang ada di sekitarnya. Sebagai masyarakat di sini, kami juga tidak mau hanya sebagai penonton,” katanya.