Longsor Masih Mendominasi Bencana di Jabar Awal 2021
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jabar menerima laporan hingga 17 kejadian longsor selama Februari 2021. Sebagian besar kejadian ini dipicu oleh hujan deras sehingga warga diminta waspada selama musim hujan.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Sebanyak 17 lokasi longsor muncul di Jawa Barat sepanjang Februari 2021. Sebagian besar kejadian tersebut dipicu hujan deras sehingga warga diimbau waspada selama musim hujan berlangsung.
Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar Budi Budiman Wahyu di Bandung, Selasa (16/2/2021), memaparkan, longsor terjadi di Kabupaten Bogor, Cianjur, Purwakarta, Karawang, Cirebon, Garut, hingga Sumedang. Sebanyak 50 rumah terancam rusak dan berdampak pada lebih dari 150 jiwa.
Kabupaten Bogor menjadi daerah dengan potensi kejadian terbanyak, mencapai delapan lokasi. Kawasan longsor itu berada di Kecamatan Pamijahan, Sukamakmur, Dramaga, Megemendung, Nanggung, dan Cigombong. Sementara hujan deras yang melanda kawasan Sumedang berdampak pada ancaman longsor di Kecamatan Cimalaka, Tanjungkerta, Sumedang Selatan, dan Sumedang Utara.
”Longsor terjadi saat hujan deras dalam waktu lama. Karena itu, semua pihak diharapkan waspada selama musim hujan karena potensi bencana terjadi selama musim hujan,” ujarnya.
Laporan ini menambah jumlah kejadian bencana longsor di Jabar selama tahun 2021. Sebelumnya, BPBD Jabar mencatat, laporan longsor mencapai 137 lokasi dan menjadi kejadian bencana terbanyak selama bulan Januari.
Selain longsor, selama awal tahun 2021 Jabar mengalami berbagai bencana hidrometeorologi, seperti 51 kejadian puting beliung dan 25 kali banjir. Dari total 225 kejadian, sebanyak 28.059 jiwa terdampak. Sebanyak 40 korban di antaranya meninggal dalam kejadian longsor di Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Sabtu (9/1/2021).
Gubernur Jabar Ridwan Kamil menuturkan, jumlah kejadian bencana di Jabar mencapai 1.500-1.800 per tahun. Sebagian besar bencana ini masuk kategori bencana hidrometeorologi sehingga mitigasi warga dalam menghadapi cuaca buruk perlu ditingkatkan.
Menurut Kamil, persiapan ini disikapi dengan penerapan budaya tangguh bencana melalui kurikulum mitigasi bencana berupa Jabar Resilience Culture Province (JRPC). Materi kebencanaan ini mulai diterapkan dalam pendidikan sekolah dasar yang diusung lima pilar, antara lain pendidikan, pengetahuan kebencanaan, infrastruktur tahan bencana, regulasi dan kebijakan, serta ekologi ketahanan.
”Kebencanaan kami selalu berhubungan dengan air. Jabar sebelah tengah ke utara yang cenderung datar biasanya dilanda banjir, sedangkan tengah ke selatan longsor. Karena itu, tindakan cepat kedaruratan perlu dimiliki daerah yang dilewati aliran sungai,” ujarnya.
Sebelumnya, Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum memaparkan, selain curah hujan yang tinggi, kerusakan lingkungan juga menjadi faktor penyebab bencana di Jabar. Dalam kunjungan ke daerah banjir di Kabupaten Subang dan Karawang, Sabtu (13/2/2021), dia berujar, semua pihak diminta berkolaborasi, mulai dari penanganan hingga pengawasan terhadap lingkungan.
”Kami akan selalu berkolaborasi dengan berbagai pihak. Gubernur Jabar juga memberikan instruksi dan tindakan yang diperlukan dalam setiap penanganan bencana,” katanya.