Longsor Susulan Masih Mengancam Purwakarta dan Karawang
Curah hujan tinggi memicu longsor di sejumlah daerah Purwakarta dan Karawang, Jawa Barat. Meski tidak ada korban jiwa, warga diminta tetap waspada dengan potensi bencana susulan yang mungkin terjadi.
Oleh
MELATI MEWANGI
·4 menit baca
PURWAKARTA, KOMPAS — Curah hujan tinggi memicu longsor di sejumlah daerah di Kabupaten Purwakarta dan Karawang, Jawa Barat. Meski tidak ada korban jiwa, warga diminta tetap waspada dengan potensi bencana susulan yang masih mungkin terjadi.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Purwakarta Wahyu Wibisono, Selasa (16/2/2021), mengatakan, saat ini pihaknya masih melanjutkan pembersihan material longsor di Desa Kertamanah, Kecamatan Sukasari, Purwakarta. Di lokasi tersebut, longsor terjadi tiga kali dalam satu hari.
Longsor pertama terjadi Senin (15/2/2021) sekitar pukul 10.30, disusul runtuhan selanjutnya pukul 16.30 dan 18.30. Intensitas hujan tinggi dalam waktu lama memicu pergerakan tanah sehingga menimbulkan longsor sepanjang 350 meter. Akses penghubung antardua desa tertutup material.
Wahyu mengungkapkan, pihaknya datang ke lokasi pada siang hari dengan membawa satu unit alat berat (backhoe) untuk membersihkan material yang menutup jalanan. Di sela-sela kegiatan, longsor susulan terjadi. Alat backhoe pun terdorong longsoran dan mengakibatkan dua operator mengalami luka ringan. Kegiatan pembersihan dihentikan sementara karena kondisi gelap.
Awal Februari 2021, pergerakan tanah akibat hujan dengan durasi lama juga terjadi di Desa Pasanggrahan, Kecamatan Tegalwaru, Purwakarta. Akibatnya, jalan desa retak serta beberapa rumah warga retak pada bagian dinding dan lantai.
Sejumlah kecamatan di Purwakarta masuk dalam kategori kerawanan menengah-tinggi terkait longsor, antara lain Kecamatan Sukatani, Bojong, Wanayasa, Cibatu, dan Pasawahan. Wilayah ini berjarak lebih dari 25 kilometer dari pusat kabupaten Purwakarta dan beberapa memiliki ketinggian lebih dari 600 meter di atas permukaan laut. Tak jarang saat hujan mengguyur daerah tersebut, kabut tebal pun menyelimuti jalan. Jarak pandang maksimal pengendara hanya 2-4 meter.
Penanganan secara bertahap masih terus dilakukan dengan memperhatikan kewaspadaan yang tinggi untuk menghindari potensi longsor susulan. Kalau curah hujan ekstrem bisa saja terjadi yang tidak diharapkan. (Mahpudin)
Di Karawang, longsor terjadi di kawasan wisata Curug Cigentis, Desa Mekarbuana, Kecamatan Tegalwaru, Senin (15/2/2021) sore. Musibah ini dipicu curah hujan yang turun sejak pukul 14.00.
Camat Tegalwaru Mahpudin menyebutkan, lokasi longsor merupakan bekas longsoran yang terjadi pada awal Februari 2021. Material menutupi akses sepanjang 20 meter dan menghalangi pelintasan menuju curug.
Penanganan material longsor baru dilakukan hari ini karena kemarin kondisi medan jalan sulit dilalui karena hujan deras. Kawasan wisata ini ditutup sementara sampai batas waktu yang belum ditentukan. ”Penanganan secara bertahap masih terus dilakukan dengan memperhatikan kewaspadaan yang tinggi untuk menghindari potensi longsor susulan. Kalau curah hujan ekstrem bisa saja terjadi yang tidak diharapkan, semoga tidak terjadi longsor susulan,” kata Mahpudin.
Sebagian wilayah Indonesia dipantau Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memasuki puncak musim hujan yang terjadi pada kurun Januari hingga Februari 2021. Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, kewaspadaan akan potensi cuaca ekstrem harus terus ditingkatkan.
Berdasarkan analisis BMKG, kondisi dinamika atmosfer yang tidak stabil dalam beberapa hari dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia. Kondisi ini disebabkan oleh munculnya pusat tekanan rendah di sekitar wilayah Australia dan sirkulasi siklonik di sekitar wilayah utara Indonesia. Hal ini memengaruhi pola arah dan kecepatan angin yang dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah Indonesia.
”Kondisi labilitas atmosfer yang kuat di sebagian wilayah Indonesia dapat turut berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan awan hujan dalam skala lokal,” kata Guswanto dalam keterangan tertulis.
BMKG juga memantau anomali iklim kategori La Nina di Samudra Pasifik sejak awal l Oktober 2020. Pelaksana Tugas Kepala Subbidang Mitigasi Gerakan Tanah Wilayah Timur PVMBG Yunara Dasa Triana sebelumnya mengatakan, La Nina berdampak terhadap bencana hidrometeorologi di beberapa daerah di Indonesia. Di Jawa Barat, curah hujan yang tinggi menyebabkan banyak daerah mengalami bencana gerakan tanah dengan tipe cepat sehingga dibutuhkan pemantauan dan pencatatan curah hujan berkala.
Beberapa daerah rawan di Jabar yang pernah mengalami gerakan tanah, antara lain, Kabupaten Bogor, Kuningan, Tasikmalaya, dan Kabupaten Garut. Mayoritas daerah ini berada di zona risiko bencana menengah hingga tinggi. Tak sedikit kasus gerakan tanah yang menimbulkan banjir bandang dan longsor.
Peningkatan curah hujan juga dapat memengaruhi kondisi geologis sehingga menyebabkan pelunakan lapisan, tekanan air pori, bidang gelincir, dan erosi. Aktivitas manusia juga berpengaruh terhadap penataan drainase dan vegetasi.