Baru Dua Pekan, Vaksinasi di Kolaka Tertinggi di Sultra
Capaian vaksinasi di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, mencapai persentase tertinggi dibandingkan wilayah lain. Selama dua pekan vaksinasi, sebanyak 82 persen target telah menjalani injeksi pertama.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Capaian vaksinasi di wilayah Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, mencapai persentase tertinggi dibandingkan dengan wilayah lain. Selama dua pekan vaksinasi, sebanyak 82 persen target telah menjalani injeksi pertama.
Hingga akhir pekan lalu, total tenaga kesehatan yang telah divaksinasi di Kolaka mencapai 1.179 orang. Jumlah ini sekitar 82 persen dari total target vaksinasi 1.428 orang. Persentase ini jauh melewati daerah lain, bahkan yang jauh lebih awal melakukan vaksinasi. Padahal, proses vaksinasi di wilayah ini baru berjalan dua pekan.
Kepala Dinas Kesehatan Kolaka Harun Masirri menyampaikan, sejak awal, pihaknya telah melakukan pertemuan intensif dengan puskesmas dan rumah sakit di wiayah Kolaka. Dari pertemuan tersebut disepakati bahwa di fasilitas kesehatan dengan jumlah tenaga kesehatan maksimal 75 orang, vaksinasi harus dilakukan selama dua hari.
”Jika di atas jumlah itu, diberi waktu maksimal empat hari. Dalam perjalanannya, semua berlangsung lancar. Kami sedang persiapan untuk vaksinasi kedua bagi para tenaga kesehatan,” ucap Harun, dihubungi dari Kendari, Senin (15/2/2021).
Di masa-masa awal, ia melanjutkan, isu penolakan vaksinasi juga ditemukan di Kolaka. Sejumlah tenaga kesehatan mempertanyakan berbagai hal terkait vaksin Sinovac untuk mencegah penularan Covid-19. Meski demikian, seiring berjalannya vaksinasi, sejumlah tenaga kesehatan yang awalnya menolak berbalik mendaftarkan diri untuk mendapat injeksi dosis.
Menurut Harun, edukasi agar tenaga kesehatan segera mendapatkan vaksin terus dilakukan. Dokter, perawat, dan lainnya sangat berpotensi terpapar Covid-19 dari kegiatan pelayanan medis yang mereka lakukan. Sejumlah tenaga kesehatan juga telah terkonfirmasi positif di wilayah Kolaka.
”Kami tekankan, jika vaksinasi tenaga kesehatan berhasil, akan mencegah penyebaran virus terus meluas dan pelayanan kesehatan akan terus berjalan. Jika berhasil di tenaga kesehatan, akan berhasil juga di masyarakat,” tambahnya.
Selama satu bulan vaksinasi di Sultra, capaian injeksi tahap pertama baru sebesar 54 persen. Jumlah ini masih jauh dari target awal yang mencapai 100 persen pada akhir Februari atau sekitar kurang dari dua pekan ke depan. Tenaga kesehatan yang telah menjalani vaksinasi pertama sebanyak 11.207 orang dari target 20.436 orang.
Capaian sejumlah daerah bahkan masih jauh dari target. Kabupaten Wakatobi, misalnya, baru sebanyak 192 orang atau 22 persen dari target. Wilayah Konawe Utara dan Muna bahkan masih di angka 10 persen.
Ketua Dewan Perwakilan Wilayah Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Sultra Heryanto menyampaikan, vaksinasi di sejumlah daerah memang masih jauh dari target. Kendala utama adalah pendaftaran daring pemerintah pusat yang sering kali bermasalah.
”Untuk perawat PNS mungkin lebih mudah karena bisa secara manual. Yang susah itu kalau perawat non-PNS, tetapi bertugas juga. Apalagi kalau di KTP tertulis wiraswasta. Ini yang perlu menjadi perhatian,” kata Heryanto.
Sejauh ini, ia melanjutkan, asumsi bahaya vaksin bagi tubuh mulai terkikis seiring proses yang berlangsung. Sebab, dalam kenyataannya, mereka yang mendapatkan injeksi tidak merasakan dampak buruk bagi tubuh. Diharapkan setelah semua tuntas, mereka yang telah divaksin menjadi corong bagi vaksinasi untuk masyarakat.
Oleh karena itu, selain perbaikan dan penyelesaian kendala teknis, diperlukan pemberian pemahaman menyeluruh kepada tenaga kesehatan. Hal tersebut untuk mempercepat proses penyelesaian vaksinasi yang tengah berlangsung dan tetap sesuai target awal.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Sultra La Ode Rabiul Awal mengatakan, selama proses vaksinasi berjalan, memang terdapat beberapa kendala. Hal ini berimbas pada terbatasnya jumlah tenaga kesehatan yang menjalani injeksi dosis pertama. Dari target 40 orang setiap hari, hanya tercapai sekitar 20 orang. ”Dari kendala pendataan daring sampai distribusi vaksin. Kami upayakan bisa dipercepat hingga akhir Februari ini,” tambah Rabiul.
Vaksinasi terhadap tenaga kesehatan dibutuhkan untuk mencegah kejadian dokter atau perawat yang berada di garda terdepan tumbang akibat paparan Covid-19. Dengan vaksin, diharapkan para tenaga kesehatan yang berjumlah 21.000 orang bisa terus bekerja untuk kesehatan masyarakat. Setelah tahapan tenaga kesehatan, vaksinasi akan dilanjutkan ke masyarakat umum.