Pemprov NTT ”Refocusing” Anggaran Covid-19 Senilai Rp 200 Miliar
Provinsi Nusa Tenggara Timur melakukan ”refocusing” anggaran penanggulangan Covid-19 senilai Rp 200 miliar dan Pemkot Kupang senilai Rp 80 miliar.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Provinsi Nusa Tenggara Timur melakukan refocusing anggaran penanggulangan Covid-19 senilai Rp 200 miliar dan Pemkot Kupang senilai Rp 80 miliar. Pengusaha oksigen perlu didatangkan ke Kupang dengan sistem isi ulang sehingga tidak perlu mendatangkan tabung oksigen ke NTT.
Juru Bicara Satgas Penangan Covid-19 Nusa Tenggara Timur Marius Ardu Jelamu, di Kupang, Kamis (11/2/2021), mengatakan, jumlah kasus terus mengalami kenaikan, tidak hanya di Kota Kupang, tetapi juga di seluruh kabupaten, yang sebelumnya bergerak landai kini mengalami kenaikan yang mengkhawatirkan. Untuk itu, dibutuhkan anggaran tak terduga yang diperoleh dari hasil refocusing anggaran di setiap instansi di lingkungan pemprov dan pemkot/pemkab.
Pemprov NTT menurut Jelamu menyediakan anggaran penanganan dan penanggulangan Covid-19 senilai Rp 200 miliar. Dana ini diperoleh dari refocusing anggaran setiap satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dan masuk dalam anggaran tak terduga sehingga bisa digunakan kapan saja apabila dibutuhkan. Jika dalam perkembangan terjadi kekurangan, akan dilakukan refocusing tahap berikut. Ini semata-mata untuk menangani Covid-19.
Peningkatan kasus Covid-19 pada awal tahun ini dua kali lipat dibandingkan dengan tahun 2020. Posisi per 10 Februari 2021 jumlah kasus 6.600 positif, sembuh 3.601, dan sedang dirawat atau isolasi mandiri 2.819 orang, dan pasien Covid-19 meninggal sebanyak 180 orang.
Dana Rp 200 miliar hasil refocusing itu berasal dari APBD NTT tahun anggaran 2021. Dengan ini sejumlah pos anggaran yang mengalami refocusing mengalami kekurangan. Meski dilakukan refocusing, aktivitas di setiap perangkat daerah tetap berjalan seperti biasa.
Ia mengatakan, Gubernur NTT Viktor Laiskodat telah mengarahkan semua pimpinan organisasi perangkat daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota, agar konsentrasi menangani Covid-19 dengan cara melalukan refocusing anggaran. Kesehatan masyarakat tidak boleh diabaikan, apalagi menyangkut virus korona. Jika kasus ini terus dibiarkan, berdampak buruk bagi kesehatan dan keselamatan masyarakat.
Membiayai isolasi
Wakil Wali Kota Kupang Herman Man mengatakan, Pemkot Kupang menyediakan anggaran hasil refocusing senilai Rp 70 miliar-Rp 80 miliar. Dana ini, antara lain, dimanfaatkan untuk membiayai isolasi terpusat warga yang terpapar Covid-19 selama 10 hari di hotel. Empat hotel telah disiapkan pemkot. Setiap pasien yang menjalani isolasi terpusat di hotel dibiayai Rp 250.000 per hari per orang.
Biaya ini untuk makan tiga kali sehari, snack, laundry, dan vitamin. Isolasi terpusat di hotel diprioritaskan bagi pasien Covid-19 mengalami sakit sedang dan ringan. Adapun pasien kategori sakit berat tetap dirawat di rumah sakit. Jika kondisi pasien memburuk dan pasien harus dirujuk ke rumah sakit, anggaran untuk pasien di hotel itu dihentikan.
Sementara isolasi mandiri di rumah warga berlaku hanya rumah-rumah yang memenuhi syarat isolasi. Pasien itu tidur di kamar sendiri, kamar toilet sendiri, ruang duduk dan istirahat sendiri. Jumlah anggota keluarga di dalam rumah itu tidak boleh lebih dari empat orang sehingga bisa memberi kesempatan kepada pasien untuk beristirahat dengan tenang.
Masyarakat juga mengenal orang itu sehingga ketika ada yang membutuhkan plasma convalescent untuk pasien Covid-19, orang itu bisa didorong untuk melakukan donor darah. Selama ini banyak penyintas Covid-19 diam saja di rumah.
Pemkab Ende menyediakan anggaran Rp 48 miliar untuk mengangani Covid-19. Dana ini diambil dari hasil refocusing dana alokasi umum senilai Rp 600 miliar. Jumlah Rp 48 miliar itu dari setiap SKPD atau organisasi perangkat daerah (OPD) setempat. Dana ini antara lain untuk membiayai alat laboratorium PCR dan penangakan kasus Covid-19 lain seperti insentif bagi tenaga kesehatan.
Sementara itu Christian Widodo dalam rapat virtual dengan pimpinan anggota DPRD NTT terkait penanggulangan Covid-19 di NTT antara lain mengatakan, sebaiknya Pemprov tidak perlu mendatangkan tabung oksigen sampai 1.800 batang ke NTT dalam menangani kelangkaan oksigen di setiap rumah sakit. Pemprov perlu bekerja sama dengan pengusaha oksigen dari luar untuk mengisi oksigen di tabung-tabung kosong yang ada guna memenuhi kebutuhan oksigen di rumah sakit itu.
”Kalau datangkan tabung oksigen, harus kirim pulang tabung kosong itu ke Surabaya lagi atau lama-kelamaan oksigen kosong bakal melimpah di NTT jika setiap saat harus didatangkan dari Jawa. Namun, kalau isi oksigen ke tabung kosong seperti isi air galon, itu jauh lebih efisien dan efektif,” kata Widodo.
Ia mengatakan, kegiatan tracing, testing, dan treatment atau 3T harus dilakukan secara masif di setiap kabupaten/kota. Jangan hanya fokus di Kota Kupang. Jika tidak, setelah kasus di Kota Kupang rendah, muncul lonjakan kasus di 21 kabupaten yang belum melakukan 3T secara serius.
Apabila 3T ini dijalankan di semua kabupaten/kota secara masif, perlu dihadirkan pula laboratorium PCR di kabupaten/kota itu untuk mempercepat hasil pemeriksaan dari 3T itu. Dengan cara ini, NTT bisa menekan laju perkembangan pandemi Covid-19 yang ada. Selama ini semua hasil 3T di 22 kabupaten/kota dikirim ke Kupang sehingga harus menunggu hasil keluar sampai 21 hari.
Sekda Pemprov NTT Benediktus Polo Maing mengatakan, Gubernur Viktor Laiskodat meminta supaya para pasien Covid-19 diumumkan ke publik. Ini untuk mempermudah tracing, testing, dan treatment. Ketika nama orang itu disebutkan, semua orang yang merasa diri telah melakukan kontak erat dengan yang bersangkutan akan melapor diri ke petugas kesehatan untuk dilakukan tes.
”Masyarakat juga mengenal orang itu sehingga ketika ada yang membutuhkan plasma convalescent untuk pasien Covid-19, orang itu bisa didorong untuk melakukan donor darah. Selama ini, banyak penyintas Covid-19 diam saja di rumah,” kata Polo Maing.